Sahabat-sahabat Tuhan ytk,
Salam jumpa lagi melaui Ulasan Biblis Spiritual (UBS) di akhir bulan Oktober 2020. Kita bersyukur untuk segala anugrah dan berkat-berkat Tuhan yang telah kita terima dari kelimpahan kasih Tuhan sepanjang bulan Oktober ini.
Sabda Tuhan sepanjang minggu ini semakin mengajak kita menempatkan Tuhan sebagai KOMPAS penuntun langkah hidup kita. Teks-teks Injil sepanjang minggu ini pada umumnya menampilkan sikap judge-mental para pemimpin agama Yahudi terhadap Yesus. Menariknya, semangat pewartaan Yesus tidak dikerdilkan oleh sikap-sikap kaum Farisi itu. Yesus sebaliknya menggunakan moment-moment itu sebagai kesempatan menjernihkan sikap judge mental mereka dan mengarahkan mereka ke jalan yang baik dan benar.
Mengikuti refleksi-refleksi biblis yang ditampilkan di website Sumur Yakub ini sepanjang minggu ini, serta respons-respons dari para pembaca, ada suatu optimisme tampak jelas di sana bahwa kita tidak seperti para pemimpin Yahudi itu yang cenderung hanya mengkritik dan memojokkan Yesus. Dari refleksi, sharing iman, dan respons-respons positif yang muncul sepanjang minggu ini menunjukkan bahwa kita sungguh antusias terhadap ajaran tuntunan Tuhan. Alasannya karena kita mengakui dan mau mengikuti Tuhan sebagai penuntun langkah hidup kita.
Kalau melihat aksi-reaksi positif konstruktif ini dari kacamata Golden Rule Yesus yang disampaikan kepada kita melalui hari Minggu, 25 Oktober lalu, kita sebenarnya terus berupaya mengasihi Tuhan dan Sabda-Nya sebagai penuntun langkah hidup kita. Dan hasil dari relasi iman dengan Tuhan ini, mendorong kita mewujudkannya melalui cinta dan perhatian kita sesama.
Ditampilkan di sini beberapa respons dari para pembaca renungan sepanjang minggu untuk menunjukkan bagaimana pendalaman Sabda Tuhan, yang disampaikan melalui renungan-renungan harian atas Sabda Tuhan, mengajak para pembaca untuk turut mendalami Sabda Tuhan dan mengkaitkannya dengan pengalaman hidup nyata.
Sekali lagi melalui refleksi, kesaksian iman dan respons-respons tersebut, menjadi suatu signal positif bahwa kita terus berupaya mengikuti dan berjuang mengamalkan amanat-Nya dalam hidup kita. Dengan ungkapan-ungkapan hati tersebut, kita pun mau terus berupaya mencintai dan mendalami Sabda Tuhan, dan menghayatinya dalam kebersamaan hidup bersama sesama di sekitar kita.
Kata-kata St Paulus yang kita direnungkan kemarin dikutip di akhir UBS ini sebagai peneguhan dan sekaligus ajakan bagi kita semua untuk semakin tekun setia mengikuti Tuhan dan mengamalkan Sabda-Nya dalam hidup kita.
Aku mengucap syukur kepada Allahku karena persekutuanmu dalam Berita Injil mulai dari hari pertama sampai sekarang ini. Dan inilah doaku, semoga kasihmu makin melimpah dalam pengetahuan yang benar dan dalam segala macam pengertian, sehingga kamu dapat memilih apa yang baik, supaya kamu suci dan tak bercacat menjelang hari Kristus, penuh dengan buah kebenaran yang dikerjakan oleh Yesus Kristus untuk memuliakan dan memuji Allah (Filipi 1: 5, 9-11)
Selamat merenung, Tuhan memberkati kita semua.
Oleh P John Masneno, SVD (Pengurus Pusat Spiritualitas Sumur Yakub)
Saudara-saudari yang terkasih dalam Kristus,
Injil hari ini tentang Yohanes Pemandi, sang nabi terbesar yang selalu setia melaksanakan tugas panggilan hidupnya. Ia mengajak kita menuju pertobatan dan mewartakan kedatangan Sang Mesias. Ia dengan tegas menegur semua orang yang hidup dalam dosa.
Yohanes mengajak kita juga supaya berusaha agar hidup kita bisa menghasilkan buah-buah pertobatan. Jangan berpikir bahwa karena kita adalah kaum Religius (Imam, Bruder, Frater, Suster) atau orang Katolik sehingga, pasti akan kita diselamatkan secara otomatis.
Keselamatan diperoleh bukan karena panggilan, bukan karena status tahbisan atau kaul kekal, tetapi karena kehidupan pribadi yang penuh belas kasih, adil dan benar dan bijaksana.
Yohanes Pemandi tetap ingin supaya muridnya mengenal Yesus, Sang Mesias. Oleh karena itu Yohanes mengutus murid-muridnya kepada Yesus. Yohanes ingin supaya murid-muridnya mendengar dan melihat langsung Yesus sendiri, siapa Dia sebenarnya.
Hal yang sama mestinya terjadi pada diri kita. Waktu Ekaristi adalah kesempatan emas kita semua datang kepada Yesus. Dalam Ekaristi Kudus, berkat Allah dibagikan secara sempurna. Sakramen ini adalah tanda kehadiran Allah yang dapat 'ditangkap' oleh kita.
Segala sesuatu yang ada pada Kristus dan segala sesuatu yang Dia lakukan dan derita untuk kita semua, mengambil bagian dalam Ekaristi. Dalam liturgi di persyaan ini, kita ikut mencicipi liturgi surgawi, yang dirayakan di kota suci Yerusalem Surgawi, tujuan peziarahan kita. Di sana Kristus duduk di sisi kanan Allah.
Gereja tahu bahwa dalam Ekaristi, Tuhan sekarang ini sudah datang dan berada di tengah kita. Ekaristi adalah jaminan yang palig aman dan tanda yang paling jelas bahwa Tuhan Yesus hidup untuk selama-lamanya.
Oleh karena Kristus telah pergi dari dunia ini kepada Bapa-Nya, maka dalam Ekaristi, Dia memberi kepada kita jaminan akan kemuliaan-Nya yang akan datang. Keitkutsertaan dalam kurban kudus membuat hati kita menyerupai hatiNya, menopang kekuatan kita dalam penziarahan hidup ini, membuat kita merindukan kehidupan abadi, serta menyatukan kita sekarang ini dengan Gereja surgawi, Perawan yang kudus, dan dengan semua orang kudus.
Tuhan, Engkau telah mengajari kami bagaimana menjadi utusanMu, melalui hidup dan karya Santo Yohanes Pemandi. Semoga kami rindu selalu bertemu Dikau dalam Ekaristi Kudus, dan dengan kekuatan Ekkaristi kami berani memperjuangkan keadilan dan kebenaran serta kekudusan dalam hidup kami sehingga kami turut memandanG Dikau di Yerusalem Surgawi.
Amin.
(Oleh: P. Jozef (Korneliusz) Trzebuniak, SVD, Misionaris SVD asal Polandia yang sedang berkarya di Indonesia).
Tahun 2019 bagi SVD Kalimantan Timur (Kaltim) merupakan tahun penuh makna berkenaan dengan sejarah 40 tahun keberadaan Kongregasi Serikat Sabda Allah (SVD) di Keuskupan Agung Samarinda (KASRI). 40 tahun silam tepatnya bulan November 1979, SVD memulai karyanya di Kaltim.
Bertepatan momentum penuh makna tersebut, diselenggarakan Perayaan Syukur 40 Tahun SVD di Kaltim dengan tema umum Berakar Dalam Sabda Berokitmen pada Misi-Nya. Perayaan Panca Windu karya Misi SVD Kaltim-KASRI dirangkai dalam beberapa kegiatan besar yang melibatkan umat dari kelima Paroki yang ditangani SVD di Keuskupan Agung Samarinda. Kelima Paroki yang dimaksud yakni Paroki St Pius X Tenggarong, Paroki St. Maria Ratu Damai Nehas Liah Bing Wahau, Paroki St. Paulus Long Bentuk, Paroki St. Yohanes Penginjil Malapeh, dan Paroki St. Markus Melak. Panitia Perayaan menyelenggarakan beberapa kegiatan animasi selama beberapa hari menjelang perayaan Puncak. Kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan panitia antara lain:
Panitia menyelenggarakan rekoleksi dua hari bagi para pasutri bersama Tim dari Pusat Spiritualitas SVD-SSPS Sumur Yakub Indo-Leste di RR Bukit Rahmat Putak. Kegiatan Animasi dua hari ini bertujuan menyadarkan keluarga-keluarga Katolik akan peran keluarga sebagai komunitas pertama dan terutama dalam dan penanaman nilai -nilai Injili dan pembentukan karakter misioner dalam diri para anggota keluarga. Kesuksesan keluarga-keluarga Katolik membina hal tersebut akan memberikan dampak besar bagi pertumbuhan iman Gereja baik pada tingkat lokal maupun nasional serta Gereja Universal.
Menyadari peran dan harapan orang muda sebagai penerus karya misi Gereja maka Panitia menyelenggarakan kegiatan Animasi bagi OMK yang berasal dari kelima Paroki SVD di KASRI. Kegiatan Animasi bagi OMK dikemas dalam bentuk Animasi indoor dan outdoor. Kegiatan Indoor berupa Animasi Kitab Suci bersama Pastor Yonas Huru, SVD dari Bible Center SVD Batam, dan Animasi Panggilan Misioner bersama Pastor Gracius, SVD dari Bidang Promosi panggilan SVD Jawa. Kegiatan indoor lainya yang tidak kalah menarik dan mengesankan yakni Malam Pentas Seni yang menampilkan tarian daerah dari kelima paroki SVD di KASRI.
Kegiatan outdoor berupa pertandingan Bola Volly Putra dan Putri antar kelima Paroki SVD guna memupuk keakraban, persaudaraan dan rasa kekeluargaan di antara OMK kelima Paroki SVD di KASRI. Tim Volly putra Paroki Long Bentuk tampil sebagai juara sedangkan Volly Putri diraih oleh Tim Putri Paroki Wahau.
Ziarah misi selama 40 tahun sudah pasti memiliki aneka kisah dan hikmah yang patut disimak. Sebab itu Panitia menyelenggarakan acara Sharing Misi yang menghadirkan para misionaris SVD dan tokoh-tokoh umat saksi sejarah karya SVD Kaltim. Di awal Sharing Misi ini, Pater Fredi Parera, SVD selaku Rektor Distrik SVD Kaltim mengajak umat yang hadir mengenang tapak-tapak indah para Misionaris yang berkarya di Kaltim sehingga Gereja Katolik boleh tumbuh subur di bagian timur tanah Borneo ini. Pater Hendrik Nuwa, SVD mempresentasikan satu kronik visual mengesankan tentang perjalanan karya SVD selama 40 tahun di Kaltim-KASRI.
Pater Martin Anggut, SVD dalam sharingnya mengungkapkan bahwa misi SVD di Kaltim KASRI bisa hidup dan bertumbuh subur karena para misionaris SVD membawa Kerajaan Allah masuk dalam konteks hidup dan Budaya orang Kalimatan. Metode misi ini menurut mantan misionaris Borneo ini menjadi jalan emas yang menjembatani proses sinkronisasi Injil dan Budaya sehingga Gereja katolik mudah diterima dan tumbuh subur karena berakar dalam budaya Kaltim dan Kabar Gembira yang diwartakan oleh para Misionaris.
Hal yang tak kalah penting, lanjut mantan Provinsial SVD Jawa ini, yakni kerelaan dan pengorbanan para misionaris SVD dan juga para misionaris dari kangregasi lain untuk TURBA (turun ke bawah) untuk ada dan hidup bersama umat apa adanya sehingga umat sungguh merasakan kehadiran Tuhan yang nyata melalui kehadiran para misionaris di tengah-tengah lingkup mereka.
Hal ini diteguhkan oleh Sharing tokoh- tokoh umat yang memberikan testimoni pada malam sharing misi yakni Bpk. Dominikus Kewuta, Bpk. Agustalis Joni dan Bpk. Emanuel Eng Gun. Mereka mewakili umat Kaltim memberikan kesaksian serta mengungkapkan rasa bangga dan hormat kepada para misionaris SVD atas ketangguhan dan kesetiaan karya abdi-abdi Allah itu di tanah tumpah darah mereka di Kaltim.
Rangkaian acara ini berpuncak pada Ekaristi Kudus di Stadion Aji Imbut Tenggarong pada tanggal 22 November 2019. Misa Syukur tersebut dipimpin oleh Mgr. Yustinus-Harjosusanto, M.S.F., Uskup Agung Samarinda. Dalam homilinya Mgr. Yustinus mengapresiasi peran dan kontribusi luar biasa SVD demi perkembangan Gereja Katolik di Kaltim. Buah_buah karya yang telah ditunjukkan sepanjang 40 tahun ini, menurut Mgr. Yustinus, membuktikan komitmen, pengobanan dan kesetiaan karya SVD di KASRI. Sebab itu Bapak Uskup mengajak seluruh umat Kaltim untuk bersyukur atas karya Rahmat Allah melalui Serikat Sabda Allah serta berupaya terus bekerja sama dengan Para misionaris SVD guna semakin mengembangkan karya misi Allah di bumi Kaltim.
Masih dalam konteks Syukur 40 tahun SVD Kaltim, Pater Provinsial SVD Jawa, Pater Yosef Jaga Dawan, SVD dalam sambutannya menyampaikan ucapan terima kasih kepada Bapak Uskup Samarinda selaku Pimpinan Gereja Lokal KASRI atas kesediaan menerima dan memperbolehkan SVD berkarya di wilayah Keuskupan Samarinda. Lebih Lanjut Pater Yosef mengungkapkan bahwa hasil karya yang telah dipresentasikan sepanjang 40 tahun ini bukan semata hasil upaya para misionaris SVD. Kesuksesan tersebut merupakan hasil kolaberasi yang apik dengan Gereja Lokal, Pemeritah Daerah, umat setempat dan terlebih dengan Allah sendiri karena pemilik misi adalah Allah sendiri. Pater Provinsial menyatakan bahwa Allah Tritunggal Mahakkudus adalah sumber dan motor penggerak utama dalam dalam karya misi penyebaran kerajaan Allah. Menurut Pater Yosef keyakinan demikian sudah ditanamkan dalam diri setiap anggota SVD sehingga Spiritualitas Allah Tritunggal Mahakudus senantiasa menjadi andalan dan ‘napas’ kekuatan dalam hidup dan karya mereka.
Rangkaian Perayaan 40 tahun Misi SVD di Kaltim-KASRI berlangsung sukses dan sangat mengesankan. Pater Fredy selaku Penanggung-jawab Umum perayaan ini mewakili panitia menyampaikan rasa terima kasih dan apresasi kepada semua pihak atas seluruh bentuk dukungan dan kontribusi sehingga perayaan berhikmah tersebut bisa terselenggara dengan baik dan lancar serta penuh makna bagi karya misi SVD selanjutnya di tanah Kalimantan.
Kiranya perayaan akbar ini semakin membantu Umat Katolik Kaltim-KASRI semakin berakar dalam Sabda Allah dan memperteguh berkomitmen untuk berpartisipasi secara aktif sesuai status dan peran dalam karya misi di Kaltim.
John Masneno, SVD
(Pusat Spiritualitas Sumur Yakub SVD-SSpS Indonesia & Timor Leste)
Judul tulisan di atas mewakili isi tulisan ini dan sekaligus meringkas titik perhatian Forum Spiritual Youth Asia yang diselenggarakan baru-baru di Manila-Philipin. Forum tahunan bernuansa Asia tersebut diselenggarakan oleh Institute of Spirituality in Asia (ISA) guna memberikan penyegaran dan peneguhan rohani bagi berbagai kalangan yang berkecimpung dalam dunia pelayanan publik khususnya Kaum Muda Asia.
Sebagai suatu lembaga akademi yang bergerak di bidang Spiritual di Asia, ISA menyelenggarakan kegiatan ini guna turut mendukung upaya Gereja Universal melalui kegiatan penyegaran dan peneguhan rohani bagi umat Katolik di Asia. Forum Spiritual tahun 2019 ini masih melanjutkan tema tahun 2018 tentang Panggilan Hidup Kaum Muda. Tema ini berkaitan erat dengan tema Sinode XV Para Uskup Sedunia yakni Kaum Muda, Iman dan Penjernihan Panggilan hidup (Young People, the Faith and Vocational Discerment).
Untuk menggapai maksud tersebut, ISA mengundang kaum muda dan berbagai pihak yang menaruh perhatian kepada kehidupan kaum muda di berbagai Negara di Asia mengikuti Forum Spiritual ini. Tujuan diundangnya peserta dari berbagai latar belakang baik Negara maupun lingkup pengabdian di seputar benua Asia guna mensharingkan pengalaman hidup dan akfitifitas mereka, baik sebagai kaum muda maupun sebagai pemerhati kehidupan kaum muda.
Hadir dalam Forum tiga hari ini kaum muda dan para pemerhati kehidupan kaum muda dari berbagai kalangan baik dari kalangan religious maupun kaum awam. Beberapa Orang Muda Katolik Indonesia yang bernaung di bawah naungan Komunitas Transformative Youth Sumur Yakub dan beberapa wakil kaum muda Indonesia menghadiri Forum Spiritual Youth Asia ini. Hadir pula RD. Antonius Yakin Ciptamulya dari Seksi Kepemudaan Keuskupan Agung Jakarta dan Rm. Albert Herwanta, O.Carm – Rektor Unika Widya Karya Malang.
Panitia menghadirkan 15 Keynotes Speakers berpengalaman dan berkualitas, baik sebagai pemerhati kehidupan kaum muda maupun Orang-Orang Muda potensial-transformative yang selama ini sudah berupaya menyumbangkan bakat dan kemampuan mereka untuk kesejahteraan umum. Mereka membagikan kepada Forum pengalaman hidup dalam yang melatar belakangi kiprah mereka dan juga nilai-nilai serta prinsip-prinsip hidup yang menjadi pengangan mereka dalam hidup dan karya mereka. Selain sharing dan input dari para Keynotes spekers, para peserta juga mendapatkan peneguhan menarik dan mengesankan dari the International Academic Advisory Board Team.
Pada kesempatan emas ini juga dilaunching buku bercorak kehidupan kaum muda dengan judul listening to The Youth, Discerning the Spirit. Buku ini berisi sharing pengalaman dan pencerahan seputar kehidupan orang muda dan upaya-upaya mendampingi mereka yang pada umumnya dibahas pada Forum Youth 2018 termasuk para pembicara dari Indonesia.
Variasi pengalaman dan aktifitas di berbagai bidang kehidupan yang dipresentasikan selama forum ini membuat kegiatan penyegaran spiritual tiga hari ini sungguh memberikan atmosphere kegembiraan dan sukacita serta peneguhan bagi para peserta untuk terus menaruh perhatian pada kehidupan kepada Kaum Muda harapan Bangsa dan Gereja. Semua pihak yang mengambil bagian dalam forum saling memberi dan menerima pengalaman dan nilai-nilai kehidupan dan tentunya semakin menyegarkan komitmen untuk terus berjuang menjadikan anugrah hidup yang diberikan Tuhan sebagai suatu berkat bagi sesama.
Dari berbagai sharing pengalaman hidup dan pengalaman iman baik dari spekers maupun dari para peserta forum, terlihat jelas di sana beberapa benang merah yang punya hubungan erat dengan kehidupan kaum muda dan tips bagaimana kaum muda bisa menjadikan hidup mereka berguna bagi sesama.
Hal ini berkaitan erat dengan upaya menemukan arti dan makna di balik peristiwa dan situasi hidup yang dialami karena hidup manusia pasti akan berhadapan dengan kenyataan pengalaman susah-senang, untung-malang, dll. Kesediaan dan kemampuan memaknai pengalaman-pengalaman yang dialami secara baik, benar dan proporsional dari perspektif nilai-nilai kebijaksanaan dan iman akan menjadi pengarah yang baik pada langkah-langkah hidup selanjutnya.
Sharing Keynotes Speakers pada hari pertama menaruh fokus perhatian pada upaya memberi makna secara baik, benar dan proporsional pada pengalaman susah-senang yang dialami. Dengan Sub tema Love, Power and Grace, para pembicara menyoroti peran penting pemberian makna atas pengalaman hidup yang dialami khususnya dalam perspektif terang iman akan penyelenggaraan Tuhan. Menurut mereka, salah satu kendala yang dialami oleh banyak orang khususnya kaum muda yakni kelalaian memaknai pengalaman hidup khususnya yang menantang sehingga mereka terperangkap dalam lingkaran pemahaman hidup yang keliru.
Sebaliknya semakin orang mampu menemukan makna positif konstruktif di balik peristiwa yang dialami, semakin positif dia membangun hidupnya pada nilai-nilai hidup sejati. Dia pun akan terbuka belajar dari ilmu-ilmu kehidupan yang terjadi sepanjang pentas kehidupan baik berdasarkan pengalamannya sendiri maupun dari pengalaman sesama yang mampu memberikan pesan untuk kehidupan dan perjuangannya. Di sini lahir ilmu, nilai dan prinsip kehidupan. Pengalaman hidup bisa menjadi ‘triger’ tetapi sekaligus menjadi pemacu lahirnya visi-misi hidup seseorang yang dibutuhkan dalam hidup sebagai KOMPAS pengarah hidup dan perjuangan.
Arah pembicaraan keenam orang Keynote Speakers pada hari kedua ini mengerucut pada satu titik kesimpulan yang sama bahwa setiap orang perlu memiliki visi misi sebagai pengarah hidup dan karier pengabdian. Alasannya karena dengan memiliki visi misi dalam hidup, kaum muda akan diarahkan menuju tujuan yang hendak digapai. Karena itu visi misi ini hendaknya bernuansa global dan sebaiknya berbasis Biblis dan nilai-nilai luhur kehidupan. Artinya berlandaskan pada nilai-nilai iman dan kebijaksanaan universal dan bisa diterima serta berguna bagi semua orang. Hal inilah yang menjadi fokus perhatian Forum hari kedua dengan sub tema: ‘Loving, Serving and Growing: Singpots for the Young People. Dari sharing mereka terlihat jelas bahwa hal ini sungguh terbukti dalam kehidupan mereka. Para peserta disegarkan dan diteguhkan untuk semakin menyegarkan visi misi hidup mereka baik untuk diri maupun untuk publik.
Hal mengesankan dari para pembicara selama forum ini yakni sekalipun latar belakang kehidupan mereka berbeda-beda namun tampak jelasa satu kesamaan umum pada mereka. Kesamaan yang dimaksud yakni adanya pengalaman pribadi yang menumbuhkan visi-misi dan niat perjuangan mereka. Titik lanjut dari hal ini adalah adanya kesetiaan dalam mewujudkan niat mereka dari waktu ke waktu sehingga semakin menghasilkan buah dalam perjuangan mereka bagi banyak orang.
Dengan sharing ini para peserta diteguhkan untuk semakin memantapkan tekad dan semangat pengabdian bagi sesama melalui hidup dan karya pengabdian yang dipercayakan kepada mereka serta berupaya menjadi mitra kaum muda dalam upaya mentransformasi hidup dan talenta mereka sehingga berdayaguna bagi mereka dan kepentingan umum.
Oleh P. John Masneno, SVD (Moderator Komunitas Transformative Youth Sumur Yakub)
Keheningan hati, keheningan jiwa, keheningan raga. Bila hidup tak tenang, berjalan tanpa arah, hampa tanpa makna, terhempas badai ketiadaan, janganlah kita lari pada kesibukan demi kesibukan. Jangan kita berharap hanya pada sesama. Tetapi datanglah pada keheningan: keheningan diri, keheningan jiwa dan hati. Di sana kita dikuatkan, disegarkan dan diarahkan.
Bila kita sedang marah: karena pekerjaan, karena sesama, karena dunia, karena Tuhan, karena atasan kita. Janganlah kita menyalahkan siapa-siapa. Pandanglah diri sendiri dalam diam dan hening. Di sana kita menemukan jawaban. Pasti dalam diri kita sendirilah, sumber segala kecemasan dan kemarahan itu.
Bila kita sedih, sedih, gusar dengan diri sendiri, tak berkecil hati karena itu bagian dari dinamika kehidupan. Hadapilah dengan sabar, tenanglah, luangkan diri untuk hening, di sana tentu ada pemulihannya.
Bila kita terlalu sibuk dengan pekerjaan pekerjaan akan menyita waktu untuk diri sendiri, usahakan ciptakan keheningan dalam hati kita.
Pekerjaan kita kita hadapi dengan senang dan gembira, pekerjaan akan membawa kenikmatan dan kedamaian.
Tak kala kita terlalu banyak melihat, kita tak akan mampu ‘melihat’ apa-apa. Mata melihat tapi tak ‘melihat’. Mata memandang tapi mungkin hampa. Tak ada yang memberi makna pada hidup. Mundurlah sejenak, merenungkannya dalam keheningan. Keheningan akan mengajarkan kita melihat dalam semangat dan terang semangat baru.
Saudara-saudari yang terkasih
Berjalan dalam keheningan tak selalu harus menjauhkan diri dari sesama melainkan mencari hatinya tanpa menggunakan kata, dekat dengan mereka sebagai sesama dan terlebih dengan Tuhan. Sebab berada bersama mereka dalam Tuhan melalui keheningan berarti mencintai. Sebab cinta Tuhan mengalir dalam keheningan seperti cahaya yang menerangi pribadi kita masing-masing. Hanya dalam keheningan bathin, Tuhan menciptakan semua insan, memelihara dan menuntun semuanya kepada keabadian hidup yang sebenarnya.
Dikelilingi keheningan maha dasyat Allah -yang adalah keheningan dan kebesaran- memanggil kita dengan nama kita masing-masing ke dalam keadaan semula. Keadaan yang murni, yang polos. Saat kita bersatu denganNya dan menyembah Dia dalam Roh dan Kebenaran.
Oleh Sr Yosefin, SSpS. (Suster Misionaris Abdi Roh Kudus berkarya sebagai aktifis kemanusiaan – Koordinator Komisi JPIC Provinsi SSpS Flores Bagian Barat)
Tuhan punya cara menyapa kita dalam perjalanan hidup kita melalui hal-hal atau peristiwa yang sederhana dan biasa-biasa namun punya daya sapa luar biasa bila kita menaruh perhatian pada sapaan-sapaan sederhana itu. Sejalan dengan kebenaran itu, kita diajak merenungkan refleksi singkat seorang Frater -Fr. Wilfridus Oki, SVD namanya- yang disampaikan pada Misa Kudus di Kapela Agung Ledalero dalam rangka memperingati kematian Santu Yohanes Pembaptisan.
Refleksi Fr. Wil menyampaikan refleksinya yang singkat tapi sungguh bernas untuk direnungkan. Refleksinya berkaitan dengan pesan Injil Markus 6: 17-19 yang berisi tentang permintaan Herodias melalui putrinya kepada Raja Herodes untuk menyerahkan baginya kepala Yohanes Pembaptis. Renungan singkat Fr Wil mengandung kebenaran yang perlu direnungkan oleh siapa saja karena bernada introspektif. Berikut ini adalah renungan singkat yang disampaikan Fr Wil saat misa pagi di Kapela Agung Seminari Tinggi Ledalero dalam rangka memperingati Kematian Santu Yohanes Pembaptis:
Saudara-saudariku yang terkasih dalam Kristus,
Acapkali manusia malu kalau dicap penjilat ludah sendiri. Manusia, termasuk kita semua, enggan menarik kembali setiap kata (apalagi sumpah) yang kita ucapkan kepada orang lain walau hal itu berakibat buru bagi diri kita dan orang di sekitar kita. Mungkin bisa dikatakan bahwa kita kerap kali dikuasai oleh ego dan gengsi.
Raja Herodes dalam kisah kematian Santu Yohanes Pembaptis menyuruh memenggal kepala Yohanes Pembaptis hanya karena dia mau menyenangkan hati putri Herodias dan terlebih menjaga gengsinya di depan para tamu yang hadir saat itu dan mendengar langsung janjinya kepada Putri Herodias bahwa dia akan memberikan apa saja yang dimintanya. Herodes sendiri sebenarnya mengalami konflik bathin saat harus mengambil keputusan untuk menyuruh para alogojo memenggal kepala Yohanes Pembaptis. Alasannya karena dia tahu baik bahwa Yohanes Pembaptis adalah orang baik dan suci yang mewartakan kebenaran dalam kata dan hidupnya. Karena alasan itu maka sebenarnya Herodes melakukan suatu tindakan yang sebenarnya melawan hati nuraninya sendiri.
Kisah naas ini ditulis dalam Kitab Suci agar pertama, menjadi peringatan bagi kita dari waktu ke waktu agar kita lebih berhati-hati dalam bertutur dan bertindak khsussnya dalam kata dan tindakan kita yang berhubungan erat dengan nasib orang lain. Kita diajak untuk tidak secara gamlang atau seenaknya saja membuat sumpah atau mengeluarkan kata-kata kepada siapa saja tanpa terlebih dahulu memikirkanya secara matang efeknya. Kita perlu mempertingkan akibat-akibat buruk sebagai konsekuensi lanjut dari ucapan dan tindakan kita.
Pesan kedua dari kisah ini yakni, hendaknya peringatan kematian Santu Yohanes Pembaptis semakin mengobarkan semangat dan tekad kita sebagai abdi-abdi Tuhan untuk tetap menyuarakan kebenaran dan keadilan dalam hidup kita. Pewartaan ini hendaknya dimulai dari kesaksian hidup pribadi kita dalam keseharian hidup kita sehingga apa yang kita suarakan kepada orang lain dibenarkan juga oleh sikap hidup harian kita.
Tuhan memberkati kita selalu.
(Fr Wilfridus Oki, SVD, Tingkat II Seminari Tinggi St. Paulus Ledalero-Maumere Flores-NTT)
Kebahagiaan merupakan salah satu tujuan utama yang hendak digapai oleh setiap kita. Setiap aktifitas yang kita lakukan setiap hari senantiasa bertujuan untuk memperoleh kebahagiaan yang kita harapkan itu. Karenanya kita berjuang dan terus berjuang menata hidup dan seluruh kegiatan kita agar bisa menghantar kita menemukan kebahagiaan itu.
Menariknya takaran kebahagiaan setiap orang selalu berbeda-beda. Hal inilah yang membuat orang-orang yang sedang mencari model kebahagiaan sejati kadang bingung dan bertanya-tanya: manakah kebahagiaan sejati yang perlu diupayakan akan kita memperoleh kebahagiaan yang sesungguhnya.
Menjawab pertanyaan tersebut, penginjil Lukas (Lukas 6:20-23) menampilkan TIPS spiritual yang perlu dilakukan dan dihindarkan sebagaimana disampaikan oleh Yesus, Guru Kebenaran Sejati dalam upaya menggapai kebahagiaan:
Dari ajaran Yesus tersebut kita menemukan bahwa ternyata kebahagiaan merupakan suatu hasil dari sebuah proses yang perlu kita upayakan. Bagi mereka yang tidak mau berproses dalam situasi hidup yang disebutkan Yesus tersebut, akan melihat ajaran-ajaran Yesus tersebut hanya sebagai kata-kata hiburatif semata. Anehnya tuntutan mau bahagia kadang bahkan sering mendorong mereka untuk menempuh jalan pintas dalam upaya menggapai kebahagiaan. Tapi biasanya kebahagiaan yang didapatkan dengan jalan demikian apalagi tidak halal akan membuat orang itu tidak menemukan kebahagiaan sejati.
Hanya ketika kita mau masuk dalam suatu proses memperjuangkan amanah-amanah bijak tersebut, di sana kita akan belajar mengenal, memahami dan mengakui bahwa di balik ajaran suci itu ada kebenaran yang memerdekakan dan membahagiakan. Dengan kata lain:
Mari kita terus berupaya menghindarkan diri kita dari hal-hal yang tidak mampu membuat kita menggapai kebahagiaan abadi. Dan sebaliknya terus mengupayakan hal-hal yang bisa menghantar kita menggapai kebahagiaan sejati.
Oleh Fr. Charly Ka’u, SVD, (sedang menjalani masa formasi Imamatnya di Seminari Tinggi St. Paulus Ledalero)
Terinspirasi oleh teks Injil Lukas 5:33-39 kita diajak merenungkan satu dua point inspiratif berikut yang memiliki hubungan erat satu sama lain.
ATURAN YANG MEMERDEKAKAN
Perumpamaan Yesus ini sebenarnya mau mengkritik orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat yang terlalu kaku mempraktekan aturan keagamaan mereka sehingga mereka menjadi sangat regoristik –terpaku pada aturan. Padahal aturan keagamaan mestinya menjadi sarana yang mengatur, mengarahkan dan menghantar umat Tuhan merasakan damai dan sukacita saat bertemu Tuhan dalam doa dan perayaan. Prakter keagamaan demikian akhirnya membuat orang menjadi kaku dan bisa kekurangan bahkan ketiadaan vitamin B-Vitamin Bahagia- di hadapan Tuhan.
Inilah alasan Yesus mengajak kita menghindarkan diri kita praktek keagamaan demikian karena bisa membuat kita kekurangan Vitamin B rohani yakni kebahagiaan, damai, suka cita dalam doa dan perayaan iman. Sebab efek negative dari orang yang kekurangan atau ketiadaan Vit-B sebagaimana dipraktekan oleh kaum Farisi yakni memiliki pandangan yang buruk tentang kebaruan dan pembaharuan. Maka melalui perumpamaan ini Yesus mau menekankan pentingnya sukacita hati dan jiwa saat bersama Tuhan. Mendapatkan Vit-B - Bahagia- harus menjadi yang tujuan utama bertemu Tuhan.
TUHAN SELALU MENJADI SUMBER SUKACITA
Kita mencari dan mau selalu bersama Tuhan karena pada Dia lah ada sukacita sejati. Maka kiranya kita selalu meluangkan ruang dan waktu menyadari kehadiran Tuhan yang membuat kita merasa damai dan sukacita. Kiranya Vit-B rohani yakni Bahagia tidak pernah hilang dari kehidupan orang-orang Kristen.
Vit-B BERSUMBER PADA Vit-C.
Bahagia selalu datang dari Cinta yang tulus iklas penug pengorbanan dan selalu mengutamakan sesama. Dengan demikian hidup kita merupakan suatu perayaan yang selalu menghadirkan Tuhan. Semoga hidup kita selalu seperti pesta perkawinan yang mengarahkankan kita mengupayakan Vit-C –cinta- dan menjalani hidup dengan Vit-B – Bahagia.
Oleh RD. Dus Bone.Pr. (bertugas di Paroki St. Fransiskus Asisi Kolhua Kupang)
Ada banyak kisah menarik yang terjadi sepanjang bulan Agustus 2018 termasuk Asian Games yang sedang berlangsung dan akan berakhir pada tanggal 2 September 2018. Tentu masing-masing kita punya peristiwa pilihan mana yang paling berkesan. Dari sekian banyak peristiwa yang terjadi, kita diajak merenungkan pesan kisah Joni Kala. Bukanya mau mengabaikan pesan Pesta Asian Games yang fenomenal juga tapi karena masih berlangsung maka kita akan merenungkan event itu pasca pesta Olah Raga Asia itu. Sengaja fokus kita diarahkan ke kisah Joni Kala di akhir bulan ini karena kisah ini menampilkan pesan-pesan bijak dan penting yang patut kita renungkan bersama dalam kaitan dengan pesan perayaan HUT RI yang ke-73 yang dirayakan pada bulan Agustus ini.
Kisah fenomenal Yohanes Ande Kala atau Joni Kala, Si Cilik asal Silawan- Atambua bermula dari aksi heroiknya yang nekat memanjat tiang bendera setinggi 20 meter guna mengambil ujung tali bendera yang putus dan tersangkut di bagian atas tiang bendera sehingga Sang Merah Putih nyaris tidak bisa dikibarkan. Tindakan Joni tersebut dilakukan secara spontan tanpa disuruh dan tergolong tindakan berani penuh resiko apalagi waktu itu dia dalam kondisi sakit. Berkat kemauan tulusnya dan keberaniannya mengambil tali bendera akhirnya Sang Merah Putih bisa dikibarkan di hari Kemerdekaan RI yang ke-73 di pos perbatasan Motaain Belu, NTT.
Dan ternyata aksi heroik itu sempat divideokan oleh salah satu peserta yang hadir di upacara bendera pada saat aksi berani Joni terjadi. Video ini kemudian diviralkan dan meluas begitu cepat hingga sampai ke Presiden Jokowi. Joni, Si Pahlawan Cilik pun diundang oleh Bapak Presiden ke Istana Negara Jakarta pada 20 Agustus 2018. Banyak apresiasi dan hujan hadiah diberikan kepada Joni atas tindakan ksatrianya menyelamatkan situasi pada HUT Kemerdekaan RI.
Sambil tidak mengabaikan euforia Pesta Asian Gambes yang masih berlangsung, baiklah kita memilih kisah Joni sebagai kisah paling mengesankan bulan Agustus ini bagi NKRI karena beberapa alasan. Bila direnungkan lebih jauh, sebenarnya kisah ini menampilkan beberapa pesan bijak yang bisa kita renungkan bersama demi kehidupan bersama di NKRI tercinta ini.
Kita semua tahu kondisi bangsa kita saat ini dan mengapa sampai terjadi demikian. Kalau kita mengkontekskan situasi bangsa kita ini dalam kisah Joni Kala, kita tentu akui bahwa sekian lama bangsa kita mengalami nasib yang sama. Tali bendera semangat persatuan dan kesatuan sebagai suatu bangsa telah lama putus akibat berbagai alasan –kalau kita realistis. Dan tiga penyebab utama seperti yang kita ketahui bersama yakni Korupsi, Kolusi dan Nepotisme. Inti ketiga virus perusak kebersamaan itu yakni egoisme dalam diri orang-orang tertentu yang kemudian diperluas dalam konteks keluarga, kelompok-golongan dalam berbagai konteks. Hal-hal inilah yang memutuskan tali bendera semangat persatuan dan kesatuan untuk mengupayakan berkibarnya Sang Merah Putih kemakmuran di Negara RI tercinta ini. Impian bangsa pasca kemerdekaan untuk mengibarkan Sang Saka Merah Putih sehingga bisa sejajar dengan bendera keseteraan kemakmuran bangsa lain pun pupus karena hal-hal tersebut dan tentu masih ada alasan lain. Maksud hati mengibarkan Sang Merah Putih di antara bendera-bendera kesejahteraan seperti bangsa-bangsa lain; apa daya tali bendera semangat persatuan dan kesatuan tersangkut bahkan diputuskan oleh berbagai kepentingan-kepentingan segelintir orang, baik pribadi maupun kelompok. Impian mengibarkan Sang Merah Putih di mata dunia tetap menjadi suatu pertanyaan besar penuh kebingungan dicampur tanda tanya siapa yang mau berani seperti Joni Kala.
Dalam situasi terputusnya tali bendera persatuan dan kesatuan akibat egoisme dan pemahaman sempit serta heroisme mengupayakan kepentingan tertentu atas nama bangsa, kita butuh kesediaan Joni-Joni yang berhati tulus dan mulia untuk berani mengambil tali semangat persatuan dan kesatuan yang terputus, serta berjuang mengikat kita kembali dalam semangat mau hidup dan berjuang bersama membangun bangsa kita sehingga kembali mampu mengibarkan Sang Merah Putih Kesejahteraan bersama secara menyeluruh dan merata bukan untuk segelintir orang dan di beberapa tempat saja. Dari fakta di lapangan memberi kita data jelas siapa saja Joni-Joni yang telah berupaya dengan tulus rela berkorban dan berani mengambil kembali tali semangat persatuan dan kesatuan bangsa yang telah lama putus dan diputuskan. Dan kalau setiap kita sungguh menyadari diri sebagai WNI maka konsekuensi logisnya adalah setiap kita pun mesti menjadi Joni-Joni yang rela berkorban dengan tulus penuh keberanian untuk mengupayakan tali persatuan, kesatuan dan persaudaraan di tengah keanekaragaman bangsa kita. Keanekaan bukan menjadi sumber perpecahan tetapi justru harus menjadi kekayaan yang makin memperkaya kebersamaan kita.
Belajar dari kisah yang terjadi di Silawan di mana banyak orang yang hadir saat itu spontan mendukung tindakan mulia Joni, maka sikap yang sama dibutuhkan untuk mengambil dan mengikat kembali tali bendera semangat persatuan dan kesatuan bangsa sehingga Merah Putih bisa dikibarkan. Akan lebih berdaya guna lagi bila kita tidak sekedar menonton Joni-Joni yang telah berjuang tetapi kita semua juga mau menjadi Joni-Joni yang bertekad dalam semangat persatuan dan kesatuan penuh keberanian seperti Joni mengambil dan menyatukan kembali tali semangat persatuan dan kesatuan bangsa kita dan mau berjuang bersama mengibarkan Sang Merah Putih kesejahteraan bersama bagi seluruh rakyat Indonesia di seluruh wilayah Indonesia sehingga tidak terkesan seolah-olah wilayah terntentu di dalam NKRI ini belum merdeka. Kesediaan kita mau rela berkorban secara tulus seperti Joni dan berani berjuang bersama karena kita sama-sama WNI yang bertanggungjawab atas kesejahteraan NKRI akan turut melanggengkan proses perjuangan menggapai tercapainya cita-cita bersama. Kesediaan nan iklas seperti Joni untuk memperjuangkan hal ini akan menjadi sumbangsih tersendiri bagi terciptanya kesatuan dan kesejahteraan kita bersama –bonum commune. Dalam kaitan dengan hal ini baiklah kita bercermin pada kata-kata J.F. Kennedy: “jangan tanyakan kepada Negara apa yang dapat Negara perbuat bagi saya warganya tapi tanyakan pada diri apa yang bisa saya kepada Negara.” Kalau kita semua sungguh mau bekerja sama dan saling mendukung membangun bangsa kita, niscaya cita-cita kita bersama akan tercapai.
Cepat beredarnya video Joni hingga dalam waktu sekejap sampai ke tangan para petinggi Negara termasuk Presiden Jokowi mengingatkan kita akan peran penting media komunikas sosial –medkomsos- di era kita yang disebut Zaman Now ini. Maka kisah Joni menyapa dan sekaligus mengajak kita untuk memviralkan hal-hal yang baik dan benar serta mulia demi terciptanya suatu kondisi yang konstruktif yang menjunjung tinggi semangat persatuan dan kesatuan serta upaya bersama menggapai cita-cita bersama di NKRI tercinta ini. Mudah-mudahan pihak-pihak yang memiliki dan juga berkarya di medkomsos tidak menjadikan hal itu sebagai sarana komunikasi mengendalikan massa demi kepentingan kepentingan-kepentingan tertentu tetapi sungguh mau menjadi sarana pemersatu nusa dan bangsa serta turut menciptakan atmospher kondusif bagi publik.
Hujan apresiasi dan hadiah yang didapatkan oleh Joni Kala pasca tindakan mulia dan heroiknya demi berkibarnya Sang Merah Putih menampilkan satu pesan bijak bagi kita. Siapa saja yang rela berkorban melakukan hal-hal baik, benar dan mulia secara tulus maka pada waktunya akan mendapatkan imbalannya baik secara secara langsung maupun tidak langsung karena kita memetik buah tindakan yang kita lakukan. Ini hukum alam tak tertulis dan tertulis yang telah berlaku sepanjang sejarah hidup manusia di kolong langit ini. Tentu begitu banyak Joni-Joni di Negara ini yang selama ini berhati mulia dan rela berkorban demi bangsa dan Negara. Mungkin kiprah mereka tidak dipublikasikan tapi bukan berarti mereka tidak berbuat hal-hal mulia seperti yang dilakukan Joni demi bangsa dan Negara. Mereka pun pasti mendapatkan imbalan khususnya dari Sang Khalik. Dikisahkan bahwa saat bertemu Presiden Jokowi di Istana Negara, Joni ditanya Bapak Presiden soal hadiah yang mau dimintanya sebagai imbalan atas apa yang sudah dia lakukan. Dan Si Joni yang lugu spontan meminta sepeda. Lalu Presiden Jokowi spontan juga berespon: “masa jauh-jauh dari Atambua ke Jakarta bertemu Presiden hanya mau minta sepeda”. Presiden pun kemudian menghadiahkan rumah juga untuk Joni. Pesannya yakni Tuhan yang Mahatahu dan Mahaadil tentu saja mengetahui dan membalas niat baik dan karya-karya mulia orang-orang seperti Joni yang berjuang demi berkibarnya bendera persatuan dan kesatuan serta kesejahteraan bangsa ini pasti akan membalas mereka dengan cara-Nya.
Di akhir tulisan reflektif ini, kita diajak merenungkan pesan lagu Berkibarlah Benderaku guna memantapkan tekad kita bersama terus mengibarkan Sang Saka Merah Putih di seluruh Indonesia:
Berkibarlah benderaku lambang suci gagah perwira di seluruh pantai Indonesia kau tetap pujaan bangsa. Siapa berani menurunkan engkau serentak rakyatmu membela. Sang Merah Putih yang perwira berkibarlah selama-lamanya.
Kami rakyat Indonesia bersedia setiap masa mencurahkan segenap tenaga supaya kau tetap cemerlang. Tak goyang jiwaku menahan rintangan. Tak gentar rakyatmu berkorban. Sang Merah Putih yang perwira berkibarlah selama-lamanya.
Oleh Dr. John Masneno, SVD (Sekretaris Eksekutif Pusat Spiritualitas Sumur Yakub Indo-Leste)
ISA- Institute of Spirituality in Asia- sebagai suatu Institusi Spiritual Akademis di Asia kembali menyelenggarakan Forum Spiritual Asia di Manila-Filipina. Kegiatan Spiritual Tahunan ini diadakan sesuai tema yang dipilih dengan maksud menghimpun semua pihak yang selama ini terlibat dalam kehidupan Gereja Katolik di Asia, baik dari kalangan religius maupun awam dari berbagai latar belakang karya pelayanan, guna membagikan pengalaman pelayanan dan mendapatkan pencerahan spiritual demi karya-karya pelayanan selanjutnya.
Forum Spiritual Asia yang ke-18 tahun ini dilaksanakan di Saint Paul University Manila pada tanggal 1-3 Agustus 2018. Hadir dalam Forum tiga hari ini utusan-utusan Kaum Muda dan tokoh-tokoh kaum muda baik religius maupun awam yang selama ini berkiprah dalam pelayanan Kaum Muda di berbagai Negara di Asia. Hadir juga utusan kaum Muda Katolik dari Amerika Serikat dan Belanda. Ada 7 orang muda-muda Katolik dari Indonesia bersama Romo Chris Purba, SJ dan saya menghadiri Forum Spiritual Muda Mudi Asia ini. Ada juga peserta asal Indonesia yang mewakili dari Negara lain karena mereka sedang berkarya di lembaga atau kongregasi di Negara yang mereka wakili.
Titik fokus Forum Spiritual Asia tahun 2018 ini adalah Kaum Muda dan Panggilan. Alasannya karena kegiatan berkonteks Gereja Katolik di benua Asia ini merupakan suatu bentuk tindak lanjut terhadap tema yang dipilih Paus Fransiskus untuk Sinode Para Uskup XV tentang Panggilan Kaum Muda (Young People, the Faith, and Vocational Discernment). Dalam terang tema tersebut, Forum Spiritual Asia ini diadakan dengan maksud menghimpun dan memberi ruang kepada Kaum Muda Katolik Asia dan pihak-pihak yang selama ini berkecimpung dalam dunia kaum muda-mudi Asia guna mensharingkan pengalaman hidup dan kiprah perjuangan mereka, khususnya dalam konteks pelayanan kaum muda-mudi Katolik sebagai upaya untuk turut mengambil bagian dalam upaya membangun bangsa dan Gereja serta kehidupan sosial.
Tema yang dipilih untuk Forum tahun ini adalah “LISTENING TO THE YOUTH, DISCERNING THE SPIRIT: SPIRITUAL PROCESS OF THE YOUTH IN AN UNKNOWN WORLD” (Mendengarkan Kaum Muda dan Penjernihan Roh: Suatu Proses Spiritual bagi Kaum Muda di tengah suatu Dunia yang tak pasti). Panitia mengundang beberapa Kaum Muda dari berbagai latar belakang Negara, Lembaga dan bentuk karya pelayanan untuk membagikan pengalaman mereka terkait hidup dan kiprah pelayanan mereka selama ini dalam dunia kaum muda. Ada dua sesi sharing setiap hari selama forum tiga hari ini. Sharing pengalaman pribadi dari wakil kaum muda dirangkai dengan proses internalisasi dan pencerahan spiritual dari beberapa nara sumber (Resource Speakers) sekaligus Pendamping Spiritual (Spiritual Directors).
Sharing pengalaman pada hari pertama berkisar seputar kiprah dunia kaum muda dalam karya-karya kemanusiaan yang dipelopori oleh orang-orang muda baik dalam konteks karya kemanusia (Charity Volunter Ministry), konteks Pendidikan dan juga bagaimana penghayatan semangat spiritual dalam dunia olahraga. Pada sesi pertama dengan sub-tema Listening to the Youth, Discrening the Spirit, Mark Conrad R. Ravanzo (co-founder dari I Am MAD (Making a Difference) mensharingkan pengalamannya tentang bagaimana pengalaman perjuangan hidupnya sebagai seorang anak piatu sejak umur 10 tahun kemudian menjadi inspirasi baginya untuk mendirikan sebuah wadah sosial bagi anak-anak yang membutuhkan bantuan karena pengalaman-pengalaman seperti yang dialaminya pada masa kecil.
Bertolak dari sharing Mark, Fr. Art Borja, SJ (Clinical Psychologist, Spiritual Director and Chaplain Xavier School, Greenhills) yang diminta panitia menjadi Keynote Speaker and Spiritual Director untuk tema tersebut mengarahkan kami akan pentingnya merenungkan pengalaman masa silam guna menemukan karya tak terlihat Tuhan di balik pengalaman-pengalaman itu. Dengan jalan iman demikian, kita akan semakin mengakui kehadiran dan keterlibatan Tuhan dalam hidup kita. Dalam kaitan dengan hal ini, Pastor Borja menghantar kami menyadari pentingnya membuat disermen (pembedaan Roh) dalam hidup dan berkarya sehingga kita bisa mengikuti tuntunan Roh dan berkarya menurut kehendak Tuhan. Bahaya dari kurang memperhatikan peran disermen (pembedaan Roh), menurut Fr. Borja, adalah orang hidup dan berkarya berdasarkan keinginan dan rancangannya, serta kurang melibatkan atau tidak mengakui peran Tuhan dan Rohnya. Bahkan bisa menggunakan Tuhan dan kehendak-Nya sebagai label dalam hidup dan karyanya (working in the name of God but not for God’s will). Karena itu beliau menekankan pentingnya mengadakan refleksi entah secara pribadi maupun bersama berdasarkan data empiris berupa fakta-fakta sebagai sarana menguji karya dan buah Roh dalam hidup dan karya kita. Melalui refleksi berbasis data empiris, kita bisa mengetahui apa dan siapa penuntun di balik karya kita dan buah yang dihasilkan karena dari buahnya kita akan tahu Roh apa di balik hidup dan karya kita.
Ada juga sharing pengalaman menarik lainnya pada sesi kedua seputar kiprah kaum muda di dunia pendidikan dan olah raga: Maria Caterina Christina R.Lopa, (Juris Doctor and Associate Lawyer, Managing Director of Girls Got Game Philippines, Women’s Basketball Player of Ateneo de Manila University), Noli Ayo (Athletic Director of Antaneo de Davao University, Founder of Mindanao Peace Games), Ms. Sabrina Ongkiko (Teacher, Science and English School Librarian); dan Atty. Rene “Revo” Saguisag, Jr. (Executive Director, University Athletic Association of the Philippines). Di bawah sub-tema Spiritual Encounters in Youth Sports, mereka membagikan pengalaman mereka bagaimana karya mereka sebagai guru dan atlet serta coach berperan penting mengarahkan kaum muda untuk memiliki nilai-nilai luhur dalam diri dan peran mereka, entah dalam dunia pendidikan maupun dunia olah raga.
Mereka mengakui bahwa apa yang mereka lakukan bukan aktifitas fisik semata tetapi di balik itu ada visi misi dan roh yang dimiliki dalam diri mereka sebagai penggerak utama aktifitas mereka. Kesuksesan senantiasa terkait erat nilai-nilai luhur tak terlihat yang menghantar orang meraih sukses. Karena itu mereka mengatakan bahwa sebagai guru dan coach, mereka sendiri perlu memiliki spirit dan visi misi dalam proses pendampingan yang kemudian ditransferkan kepada anak-anak bimbingan mereka saat proses pendampingan. Satu hal menakjubkan dalam sharing mereka yakni semuanya mengakui bahwa kalau mau menjadi guru dan coach untuk orang lain termasuk orang muda, kesaksian hidup pribadi guru dan coach menjadi segalanya karena kesaksian hidup mempresentasikan visi misi, tujuan dan spirit di balik kehidupan seseorang.
Pada hari kedua, sharing pengalaman tentang kiprah kaum muda di dunia jurnalistik dan karya pelayanan Rohani untuk kaum Muda. Pada sesi I, diisi dengan sharing pengalaman pribadi dari Christian Esguerra (Jounalist and News Anchor of ABS-CBN Corporation, Assistant Professor of University of Santo Thomas) dan Ma. Angela B. Ureta, aO.Carm (Communications and Strategic Planning Consultant, and Former Executive Producer, in ABS-CBN News and Current Affairs). Di bawah sub-tema Media Education as Spiritual Formation, kedua wartawan ABS-CBN ini mensharingkan pengalamannya tentang bagaimana sebagai jurnalis muda, mereka harus berjuang untuk berkarya sesuai kode etik yang berlaku dalam dunia jurnalistik.
Mereka juga mengungkapkan bahwa wartawan yang mau sungguh bekerja sesuai jati diri dan kode etik jurnalisme perlu memiliki Roh Keberanian tersendiri dalam dirinya karena profesi ini kadang bahkan sering menghadapkan mereka pada situasi yang bertolak belakang dengan kode etik yang harus mereka jalankan. Ada banyak godaan dan tantangan yang mereka harus hadapi. Makanya Roh Kebenaran dan Keberanian yang dimiliki dalam diri akan memampukan mereka mengambil sikap melawan arus ketika berhadapan dengan praktek-praktek kurang terpuji yang terjadi dalam dunia jurnalistik. Selain itu mereka mengungkapkan peran penting karya mereka sebagai pembentuk opini publik. Untuk itu mereka juga perlu menampilkan kebenaran, kebaikan dan keluhuran dalam pemberitaan-pemberitaan mereka serta berupaya menghindarkan diri dari segala tendensi manusiawi dan duniawi, serta terus mengabdi pada kebenaran dan kepentingan umum.
Sesi kedua dibawakan oleh kami dari Indonesia dengan sub-tema Dialogue within dialogue: Youth in a Pluralistic Society. Ms Maria Regina Tjiumena (Wakil Koordinator BPK PKK KAJ dan Tim Inti Badan Pelayanan Nasional Pembaharuan Karismatik Katolik Indonesia) mensharingkan kisah hidupnya pada masa remaja yang menjadi cikal bakal karya-karya pelayanannya saat ini di dunia kepemudaan di Indonesia dan di beberapa kelompok kaum muda di Negara lain seperti Australia, Singapura dan lain-lain. Bermula dari pengalaman pribadi, Maria kemudian merasa terpanggil untuk melayani kaum muda agar mereka dituntun ke jalan yang baik dan benar demi masa depan mereka yang cerah. Maria juga mensharingkan untung-malang yang mereka hadapi dalam melayani kaum muda karena kaum muda punya cara tersendiri dalam mengeskpresikan kerohanian mereka. Maka menurut Maria, kita perlu mengetahui dan masuk melalui pintu mau-maunya mereka (enter through their door) sambil tetap menampilkan pesan luhur yang hendak dipresentasikan kepada mereka.
Pada sesi pendalaman sharing dan pencerahan spiritual, saya mengajak para peserta merenungkan bersama hikmah spiritual di balik kisah hidup dan karya Ms. Maria bahwa setiap orang memiliki kisah kehidupan entah bersama sesamanya maupun bersama Tuhan dalam perjalanan hidupnya. Tiap pengalaman punya pesan yang bisa dijadikan guru untuk langkah hidup selanjutnya. Karena itu kita perlu merenungkan pengalaman-pengalaman kita guna menemukan pesan sosial dan spiritual di balik setiap pengalaman hidup yang dialami. Dan karena pengalaman kita berbeda-beda maka diperlukan sikap terbuka dan kerelaan untuk saling mendengarkan, memahami dan memperkaya satu sama lain. Hal ini berlaku juga dalam hidup bersama yang ditandai aneka latar belakang dan perbedaan. Sebab itu dibutuhkan peran penting nilai-nilai universal sebagai kompas penuntun dalam kebersamaan hidup dan kiprah pengabdian. Mengacu pada nilai-nilai luhur dan universal yang terkandung dalam Pancasila yang mampu menyatukan bangsa Indonesia yang sangat pluralistik dalam berbagai segi, para peserta diarahkan untuk menyadari bahwa sebenarnya fenomen pluralisme dan multi dimensi hidup ada di mana-mana. Demikian pun upaya menghadirkan dan menjadikan nilai-nilai universal juga tentu ada di setiap wadah bersama baik dalam konteks sosial, budaya, polituk maupun dalam konteks hidup religius karena setiap wadah yang baik dan benar tentu menghendaki persatuan, persaudaraan dan kesejahteraan bersama.
Maka perlu disadari dan dihayati nilai-nilai universal yang dimiliki oleh setiap wadah bersama, entah sebagai suatu bangsa maupun lembaga atau komunitas hidup bersama. Dan yang terpenting dari semuanya itu yakni niat mulia untuk berjuang bersama mewujud-nyatakan nilai-nilai kehidupan itu demi terciptakaan keharmonisan bersama. Dalam kaitan dengan hal tersebut, salah satu hal penting dalam kehidupan bersama yang ditandai sikon pluralistik-keanekaan yakni sikap terbuka, kemauan nan tulus menjaga persatuan dan kerelaan bekerja sama dengan iklas untuk mengupayakan kesejahteraan bersama – bonnum commune.
Pada sesi Open Forum, ada beberapa pertanyaan seputar kehidupan bersama di Indonesia yang pluralistik konteksnya dalam berbagai aspek kehidupan. Panitia memberikan kesempatan kepada beberapa peserta forum asal Indonesia untuk turut memberikan tanggapan atas pertanyaan-pertanyaan itu. Romo Albert Herwanta O.Carm., Rektor Unika Widya Karya Malang memberikan tanggapannya dari konteks pelayanannya di dunia pendidikan. Romo Chris Purba,SJ, Moderator BPK PKK KAJ dan saya menjelaskan dari konteks pelayanan kaum muda. Selain testimoni dari Ms. Maria tentang kegiatannya di kelompok Karismatik, ada juga kesaksian Ms. Gisella Wenas dari Komunitas Sumur Yakub tentang bagaimana komunitas kaum muda ini memanfaatkan Media Sosial (medsos) untuk menghimpun dan menyelenggarakan kegiatan-kegiatan bersama serta menjadi sarana saling menginspirasi lewat online meeting yang diselenggarakan setiap akhir pekan. Kami menutup sesi tanggungan Indonesia dengan menyanyikan lagu Indonesia Tanah Air Beta sambil memegang bendera Merah Putih diiringi musik Sasando oleh Pastor John Bakok SVD yang sedang S3 Musik di Manila.
Sesi pertama hari ketiga diisi dengan sharing pengalaman dari 2 keynote speakers tamu: Bonnie Williams (Intern of Freeman Foundation, Junior Student of Philosophy and Religion of Furman University Amerika Serikat) dan Anne-Marie Bos, O. Carm. dari Belanda (Academic Staff of Titus Brandsma Instituut, Nijmegen Belanda). Di bawah sub tema The Sacred in the Secular Space of the Youth, keduanya mensharingkan pergulatan dan perjuangan mereka sebagai orang muda dan bersama orang-orang muda untuk menghidupi nilai-nilai Kristiani di tengah situasi sekularisme di negara-negara mereka. Acara ini ditutup dengan input umum dari ISA Board Members tim penasihat Forum Spiritual ini dari berbagai kongregasi religius dan awam yang ada di Asia. Tim ini diwakili oleh Fr. Eliseo Mercado,Jr., OMI; Dr. Alfredo.Co; Fr. Daniel Franklin Pilario, CM; Sr. Ma. Anicia B. Co, RVM; dan Dr. Anne-Marie Bos, O. Carm. Masing-masing mereka memberikan tanggapan mereka atas forum spiritual Asia bertemakan Kaum Muda dan Panggilan serta meberikan inspirasi-inspirasi untuk kami semua.
Forum Spiritual Asia tiga hari ini ditutup dengan ceremoni penuntupan. Panitia menobatkan peserta asal Indonesia sebagai peserta paling aktif dan kreatif baik dalam presentasi-presentasi mereka maupun selama forum tiga hari ini berlangsung. Tentunya menjadi inspirasi tersendiri bagi muda muda Indonesia yang mengikuti Forum ini.
PESAN-KESAN FORUM SPIRITUAL MUDA MUDI ASIA
Oleh: P. John Masneno, SVD (Tim Inti Pusat Spiritualitas Sumur Yakub Indo-Leste)
Bagaimana menyelaraskan nilai-nilai iman sejati dengan kecanggihan art...
Pada hari Sabtu, 15 Oktober 2022 yang lalu, Komunitas Verbum Domini (K...
Bible Zoom-Youtube Live-Streaming diadakan lagi oleh Tim Pengurus Pusa...
Tim Pengurus Pusat Spiritualitas (Puspita) Sumur Yakub SVD-SSpS Indone...
Tim Pengurus Pusat Spiritualitas (Puspita) Sumur Yakub SVD-SSpS Indone...
Nama yang dipilih untuk sentrum ini adalah “Pusat Spiritualitas Sumur Yakub” yang mempunyai misi khusus yaitu untuk melayani, bukan hanya anggota tarekat-tarekat yang didirikan Santu Arnoldus Janssen saja tetapi untuk semua... selebihnya