Kegiatan

Friday, 25 May 2018 11:31

Kegiatan AJS Flores di Novisiat Kuwu

Written by P. John Masneno, SVD

Tim Arnold Janssen Spirituality (AJS) Flores mengadakan Loka Retret AJS bagi para Novis SVD Kuwu. Kegiatan pendalaman rohani yang dilaksanakan selama dua minggu tersebut berlangsung dari 1-15 Mei bertempat di Novisiat Sang Sabda Kuwu-Ruteng- Manggarai- NTT. Para peserta yang mengikuti kegiatan spiritual itu adalah para Novis I yang berjumlah 56 orang (53 Frater dan 3 Bruder). Kegiatan rohani ini terdiri dari empat sesi utama yakni sesi pendalaman hidup dan karya Pendiri dan para co-pendiri tarekat, Sesi Mission Exposure, Sesi Retret Terbimbing, dan Sesi Refleksi serta evaluasi atas seluruh kegiatan. Dalam acara pembuka, Sr Christina Edith, SSpS selaku koodinator kegiatan ini mengajak para Frater dan Bruder peserta agar menggunakan hari-hari kegiatan AJS ini dengan baik guna mendalami semangat hidup para fundator khususnya spiritualitas Bapak Pendiri (Santu Arnoldus Yanssen) sehingga mereka sejak ini mencontohi semangat hidup pendiri dalam hidup harian mereka.

Tiga hari pertama dipakai untuk mendalami Spiritualitas hidup Fundator dan co-fundator ketiga kongregasi SVD, SSpS dan SSpS-AP atau yang biasa disebut Generasi Steyl.  Para peserta AJS dituntun ‘menggali’, mendalami dan mengambil hikmah dari kehidupan dan semangat hidup para fundator. Untuk menggapai maksud tersebut maka para fasilitator melibatkan Putra-Putra muda Arnoldus ini secara aktif dengan cara membagi mereka ke dalam beberapa kelompok. Setiap kelompok mendapat tugas mencari bahan-bahan terkait sejarah hidup dan semangat hidup salah satu tokoh dari para fundator lalu dipresentasikan ke forum sehingga menjadi bahan pendalaman bagi semua peserta. Para fasiliator memberikan input dan informasi-informasi terkait tokoh yang dibahas di bagian akhir pleno.

Para Frater dan Bruder peserta dibimbing mendalami secara khusus semangat hidup Santo Arnoldus Yanssen, Pendiri ketiga kongregasi: SVD, SSpS dan SSpS-AP teristimewa kualitas-kualitas diri yang membuat Santo Arnoldus Yanssen mampu menjadi abdi Tuhan dan pelayan sesama yang tekun setia hingga akhir hayatnya. Kualitas-kualitas diri yang didalami antara lain: kokohnya pengakaran dirinya pada Allah Tritunggal Mahakudus yang sudah dimulai sejak dalam keluarganya di Goch-Jerman; pengakaran diri pada Sang Sabda; kesalehan hidup doa termasuk devosi-devosinya yang mendalam kepada Bunda Maria, Hati Kudus Yesus, dan para santo-santa; Visi misi hidup dan karya yang meglobal sesuai amanat perutusan Tuhan untuk memberitakan Injil di seluruh dunia; kemampuan membaca tanda-tanda zaman dan berupaya memberikan tanggapan-tanggapan konkret atas situasi dan kebutuhan zaman; ketulusan hati dan kemampuan bekerja sama dengan orang lain; serta konsistensinya dalam menjalankan karya-karya misi ke-3 kongregasi yang didirikannya sekalipun menghadapi aneka tantagan dan kesulitan.

Kualitas-kualitas diri yang dimiliki dan dihidupi Santo Arnoldus diperlukan juga oleh setiap abdi Tuhan yang mau menjalankan karya misi Allah. Karena alasan-alasan tersebut maka semangat hidup Santo Arnoldus Yanssen dijadikan prototipe bagi para anggota ke-3 kongregasi yang didirikannya. Inilah alasan mengapa munculnya sebutan AJS (Arnold Janssen Spirituality). Atas dasar tersebut maka putra-putra Arnoldus yang hidup di ‘zaman now’ ini dituntun dalam program AJS ini gunan mendalami kualitas-kualitas hidup Santo Arnoldus Yanssen sehingga mereka sejak dini mulai berupaya mencontohi hidup Bapak Pendiri dengan berupaya menumbuhkan spiritualitas Pendiri dalam hidup nyata mereka. Selain itu mereka diarahkan untuk mulai memikirkan model-model pelayanan yang cocok dengan konteks dunia sekarang serta mulai mengembangkan bakat dan kemampuan-kemampuan yang mereka miliki sehingga menjadi bekal untuk karya missioner mereka di kemudian hari.

Selain mendalami semangat hidup Bapak Pendiri, para misionaris muda ini juga dibimbing mendalami semangat hidup dan karya para co-pendiri di antaranya Santo Freinademetz (Misionaris Pertama SVD) yang tekun dan setia menjalankan karya misi di negeri China sejak diutus ke sana hingga akhir hayatnya. Tokoh lain yang didalami yakni Beata Maria Helena Stollenwerk dan Beata Yosefa Hendrina Stenmanns (Co-Pendiri SSpS) dan Mother Maria Michaela (Co-Pendiri SSpS-AP). Para peserta tampak senang dan anstusias mengikuti sesi ini karena banyak informasi dan inspirasi yang mereka dapatkan seputar kehidupan dan semangat hidup Pendiri dan para co-pendiri. Mereka disemangati untuk makin menghidupkan semangat hidup para pendiri dalam keseharian hidup mereka.

Seusai mendalami Spiritual Pendiri dan para Co-Pendiri, para peserta diberi kesempatan sehari untuk mengadakan program Mission Exposure di wilayah Pasar Cacar, Rumah Sakit Damian Cancar dan Pasar Ruteng. Tujuan program ini untuk melibatkan para misionaris belia ini ke dalam realitas kehidupan publik sehari-hari guna melihat dan merasakan langsung bagaimana perjuangan hidup masyarakat dalam keseharian hidup mereka. Mencermati apa yang terjadi di sana, mendengarkan apa kata orang di luar biara tentang dunia kehidupan nyata. Dengan pengalaman-pengalaman akan dunia kehidupan riil di tengah masyarakat, para misionaris ‘zaman now’ ini diinspirasi untuk mulai menaruh perhatian pada situasi sosial kemasyarakatan serta mulai memikirkan bentuk-bentuk karya pelayanan yang bisa cocok dengan konteks kehidupan mereka.

Dari hasil yang dilaporkan dalam pleno pasca mission exposure, terlihat jelas bahwa para misionaris muda, yang nanti berkarya ke berbagai Negara di seluruh dunia ini, ternyata punya kepekaan tersendiri dalam membaca dan menganalisa kehidupan yang mereka datangi dalam mission exposure ini. Ada yang mengakui bahwa program ini membuat mereka ‘membuka mata’ akan kehidupan nyata yang terjadi dalam keseharian hidup di luar tembok biara. Mereka bersyukur boleh mendapat kesempatan seperti ini karena dengan pengalaman demikian mereka dilatih untuk memiliki kepekaan terhadap dunia sekitar dan sekaligus memacu mereka untuk mulai memikirkan bentuk-bentuk karya pelayanan yang bisa mereka tawarkan dan siapkan sejak dini sesuai bakat dan kemampuan yang mereka miliki serta berdasarkan tuntutan situasi. Tentu saja kita tidak bisa menilai hasil dan komitmet mereka hanya dari kegiatan sehari ini. Tetapi hasil dari kegiatan ini menandakan bahwa para penerus misi Arnoldus Janssen paling kurang sudah memiliki kemampuan-kemampuan yang dimiliki oleh bapak Pendiri yakni kemampuan membaca situasi dan kebutuhan zaman serta menawarkan solusi-solusi praktis guna menjawab situasi dan kebutuhan zaman yang sedang dihadapi. Kiranya kegiatan ini menginspirasi mereka untuk makin mengakarkan diri pada Allah Tritunggal Mahakudus, pemilik misi dalam kehidupan sehari-hari dan berupaya mempersiapkan diri demi karya misi yang akan dipercayakan kepada mereka nanti.

Untuk maksud tersebut maka setelah menjalani sesi pendalaman hidup dan spiritualitas para pendiri serta kegiatan mission exposure, para frater dituntun dalam Retret Terbimbing selama sepekan guna ‘melihat’ diri mereka dalam terang kehendak Allah yang memanggil mereka sebagaimana dilakukan Santo Arnoldus Yanssen selama masa hidupnya. Dalam retret terbimbing ini setiap orang didampingi untuk mengakarkan diri pada Allah Tritunggal Mahakudus dalam terang Sabda Tuhan sebagai kompas penuntun langkah hidup dan panggilan missioner mereka melalui kontemplasi dan doa serta Ekaristi Kudus.

Tim Pembimbing Retret selama seminggu terdiri dari 6 suster (Sr Christina Edith, SSpS, Sr Bernadina, SSps, Sr. Nikolin, SSpS, Sr Agustina, CSV dan Sr. Marieta, SSps) seorang Bruder (Br. Silverster Manek, SVD) dan 4 orang Pastor (P. Remigius Ceme, SVD, P. Apolinaris Tonbesi, SVD, P. Didakus Soga, SVD dan P John Masneno, SVD). Setiap peserta mendalami teks-teks Kitab Suci yang diberi tiap hari sesuai tema hari tersebut dan kemudian bertemu pembimbingnya guna mensharingkan pengalaman doa dan kontemplasinya serta mendapatkan pencerahan rohani dari pembimbingnya. Pendalaman ini dilanjutkan dalam Ekaristi Kudus khususnya pada bagian dinamika sesuai tema hari itu dan juga dalam doa di depan Sakramen Mahakudus.

Melalui bentuk dan proses-proses pendampingan selama sepekan ini para frater dituntun untuk menjadikan kehidupan doa sebagai sumber kekuatan dalam hidup dan aktifitas mereka. Alasannya karena bila hal ini tidak diperhatikan maka seorang religius bisa saja mengganggap kehidupan doa tidak punya kaitan dengan aktifitas karya mereka. Akibatnya mereka bisa terjerumus dalam praktek ritualisasi dan formalitasi kegiatan-kegiatan rohani dalam kehidupan harian atau malah menggangap hal-hal itu tidak penting.  Padahal kedekatan dengan Tuhan dan SabdaNya yang intens dan genuine, sebagaimana dihidupi Santo Arnoldus Yanssen, akan menjadi kekuatan rohani dalam diri kita dalam menjalani hidup dan juga dalam melaksanakan tugas serta karya yang dipercayakan kepada kita. Relasi personal dan komunal dengan Tuhan demikian makin menuntun kita juga menyadari dan mengalami karakter dan kualitas diri Allah dalam kehidupan nyata dari waktu ke waktu. Hal ini akan menjadi peneguh bagi kita dalam langkah hidup dan pengabdian kita selanjutnya sebagai Abdi Allah dan Pelayan sesama. Inilah salah satu tujuan yang diupayakan dalam program AJS ini.

Pada bagian akhir program AJS para peserta dibantu merefleksikan dan mengevaluasi seluruh proses kegiatan AJS ini dalam tuntunan Sabda Tuhan guna menemukan hikmah dan manfaat yang didapatkan dari kegiatan AJS ini. Dari evaluasi, para peserta mengakui bahwa program ini membantu mereka makin mendekatkan diri dengan Allah Tritunggal Mahakudus dan Sabda Allah sebagai dasar hidup dan sumber kekuatan dalam menghidupi panggilan mereka. Ada beberapa peserta yang mengakui dengan jujur bahwa sebelumnya mereka cenderung melihat secara terpisah kehidupan doa dan aktifitas harian lain. Namun dengan mengikuti kegiatan AJS ini mereka  disadarkan bahwa kehidupan rohani mesti menjadi dasar dan sumber kekuatan dalam hidup dan seluruh aktifitasnya seperti yang dihidupi Santo Arnoldus Yanssen, bukan memisahkan kehidupan rohani dengan aktifitas kerja.

Ada beberapa peserta juga yang memberikan testimony bahwa awalnnya mereka kurang antusias dan tidak sepenuh hati mengikuti kegiatan rohani ini. Namun proses dan bahan-bahan yang didapatkan dari sesi ke sesi membuat mereka mulai antusias. Akhirnya mereka sendiri menyadari bahwa ternyata program ini sangat baik dan membantu mereka untuk menata hidup mereka ke arah yang lebih baik lagi dari sebelumnya. Sebab itu mereka berkomitmen baik secara pribadi maupun sebagai satu angkatan untuk berjuang meneruskan hal-hal baik dan mulia yang mereka dapatkan dalam kegiatan AJS ini sembari memperbaiki hal-hal yang perlu mereka perbaiki. Mereka juga bertekad untuk makin serius membentuk karakter missioner mereka sebagaimana dilakukan Bapak Pendiri dan makin mengembangkan bakat serta kemampuan mereka sebagai persiapan untuk hidup dan karya mereka nanti sebagai misionaris Sang Sabda.

Ungkapan spontan seorang frater yang mengikuti kegiatan ini dikutip sebagai penutup berita kegiatan ini: “kegiatan ini menyadarkan kami untuk melihat diri dan hidup kami di Novisiat dan jenjang selanjutnya bukan hanya sebagai suatu persiapan untuk hidup dan karya kami kemudian hari sebagai misionaris Sang Sabda. Sebagai orang yang sudah dipanggil Tuhan, kami memang harus hidup demikian karena itu adalah tuntutan hidup seorang yang mau mengikuti Tuhan, baik yang masih novis maupun yang sudah berkaul kekal, di mana kami perlu mendasarkan diri kami pada Tuhan dan SabdaNya serta menggunakan bakat-bakat kami untuk melayani Tuhan dan sesama melalui hidup nyata kami dan melalui tugas-tugas yang dipercayakan kepada kami. ”.

Mari kita mendoakan para misionaris muda ini semoga mereka makin mengakarkan diri mereka pada Allah Tritunggal Mahakudus yang memanggil mereka juga mengambil bagian dalam karya misi penyebaran Kerajaan Allah di dunia, serta berupaya menyumbangkan bakat dan kemampuan mereka untuk pengembangan Kerajaan Allah melalui hidup dan tugas yang dipercayakan kepada mereka.

Semoga melalui hidup dan karya kesaksian nyata kita, Hati Kudus Yesus hidup dalam hati semua orang yang kita temui dan layani.

(oleh P John Masneno, SVD)

Last modified on Friday, 25 May 2018 11:44

Kegiatan Terbaru

...sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa (Yohan...

25 October 2023
...sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa (Yohanes 15:5)

Bagaimana menyelaraskan nilai-nilai iman sejati dengan kecanggihan art...

PERAN SABDA DALAM GEREJA MISIONER

19 October 2022
PERAN SABDA DALAM GEREJA MISIONER

Pada hari Sabtu, 15 Oktober 2022 yang lalu, Komunitas Verbum Domini (K...

BILBE ZOOM IV PUSPITA SUMUR YAKUB BERSAMA KARDINAL SUHARYO

18 October 2022
BILBE ZOOM IV PUSPITA SUMUR YAKUB BERSAMA KARDINAL SUHARYO

Bible Zoom-Youtube Live-Streaming diadakan lagi oleh Tim Pengurus Pusa...

BILBE ZOOM III PUSPITA SUMUR YAKUB BERSAMA MGR. DR. SILVESTE...

16 October 2022
BILBE ZOOM III PUSPITA SUMUR YAKUB BERSAMA MGR. DR. SILVESTER SAN

Tim Pengurus Pusat Spiritualitas (Puspita) Sumur Yakub SVD-SSpS Indone...

BILBE ZOOM II PUSPITA SUMUR YAKUB BERSAMA P. LUKAS JUA, SVD

14 October 2022
BILBE ZOOM II PUSPITA SUMUR YAKUB BERSAMA P. LUKAS JUA, SVD

Tim Pengurus Pusat Spiritualitas (Puspita) Sumur Yakub SVD-SSpS Indone...

Tentang Kami

Nama yang dipilih untuk sentrum ini adalah “Pusat Spiritualitas Sumur Yakub” yang mempunyai misi khusus yaitu untuk melayani, bukan hanya anggota tarekat-tarekat yang didirikan Santu Arnoldus Janssen saja tetapi untuk semua... selebihnya

Berita Terbaru

©2024 Sumur Yakub - Pusat Spiritualitas. All Rights Reserved.

Search