(Sumber Inspirasi Kis-Ra 13:26-33 & Yoh. 14:1-6)
Begitu banyak kebijaksaan yang kita bisa dapatkan dari kesaksian hidup para Rasul dan jemaat Kristen perdana. Kedua yang disebutkan kita renungkan hari ini memberikan beberapa kebijaksanaan dari sekian banyak yang ditampilkan dan dihidupi oleh para pengikut Tuhan itu.
Injil Yohanes 14: 1-16 menyampaikan kepada kita pernyataan diri Yesus sebagai Jalan, Kebenaran dan Hidup. Apa yang disampaikan Yesus ini bisa saja sulit dipahami dari sisi historis-kemanusiaan Yesus yang lahir di Nazaret dan tumbuh kembang di sana. Namun bila hal ini disoroti dari sisi ajaran dan karya-karya Agung yang dilakukan-Nya, kita akan memahami dan mengakui bahwa Dia sungguh Jalan, Kebenaran dan Hidup. Karena ajaran-ajararanNya benar dan diamini Kebenarannya. Dan yang mengagumkan dalam diri dan Hidup Sang Guru Ilahi ini yakni: apa Dia yang diajarkan, Dia hidupi (lakukan) dan Dia hidupi itualah yang Dia ajarkan. Dengan demikian ada satu kesatuan antara kata dan perbuatanNya.
Bagi siapa saja yang sungguh mau mencari kebenaran sejati, dia akan dituntun untuk mencari dan terus mencari hingga menemukan, menyadari dan mengakui bahwa di tengah aneka jalan yang ditawarkan oleh dunia, Yesus lah jalan kebenaran yang sesungguhnya yang mampu menghantar manusia menemukan kehidupan sejati. Pengalaman kita bersama Tuhan tentu saja menyakinkan kita akan kebenaran ini. Karena itu memang benar dan pantas Yesus memproklamirkan diriNya sebagai Jalan, Kebenaran dan Hidup.
Dan siapa saja yang menemukan jati diri Yesus ini dalam proses pencarian, dia akan mengarahkan dirinya dan hidupnya dituntun oleh Yesus, Sang Jalan Kebenaran yang sebenarnya menuju kehidupan kekal. Inilah penemuan yang dialami oleh para murid dan jemaat Kristen perdana sehingga meskipun mereka mengalami banyak tantangan dan kesulitan, mereka tetap tekun dan berani mewartakan Yesus, sebagai Putra Allah yang datang untuk menuntun semua manusia pada jalan kebenaran dan hidup sejati.
Kebijaksanaan ini menjadi sebuah pencerahan bagi kita yang sedang dalam proses pencarian dan bersiarah di dunia fana ini. Kiranya kita semakin diyakinkan dalam pengalaman-pengalaman iman kita bersama Tuhan bahwa Yesus sungguh adalah Jalan, Kebenaran dan Hidup. Dan semoga kita yang sudah diyakinkan melalui pengalaman iman yang kita alami, hendaknya kita menjadi Jalan-Jalan kecil bagi sesama kita guna menghantar mereka bisa menemukan Yesus sendiri sebagai Jalan Utama dalam siarah hidup mereka dan dalam proses pencarian mereka sehingga mereka boleh mengalami dan merasakan kebaikan kasih Tuhan dalam hidup mereka. Dengan demikian Yesus, Tuhan kita makin diakui sebagai Jalan, Kebenaran dan sumber Hidup sejati. Amin.
Oleh Ibu Maria Veronica Heriyati
(Pimpinan Komunitas Kerahiman Ilahi Alam Indah Tangerang-Banten)
Doa Peneguhan :
Yesus, Sang Jalan, Kebenaran dan Hidup sejati. Terima kasih atas segala tuntunanMu selama ini dalam hidup kami hingga saat ini. Semakin kami dari waktu ke waktu terus menyadari kehadiran dan peran sentralMu ini dalam hidup kami serta berupaya mengarahkan hidup kami sesuai jalan kebenaranMu sehingga kami pun mengalami keselamatan dan kebahagian sejati yang Dikau janjikan untuk kami. Sebab Dikaulah Tuhan dan Pengantara kami yang hidup dan bertahta bersama Bapa dan Roh Kudus, kini dan sepanjang segala masa. Amin.
Kisah-kisah seputar hidup dan karya penyebaran Kerajaan Allah yang dilakukan para Rasul Tuhan dan jemaat Kristen perdana terus diperdengarkan kepada kita sepanjang masa paska ini. Mereka yang adalah orang-orang sederhana biasa ternyata menjadi pewarta handal dan penyalur rahmat Tuhan karena mereka membiarkan diri dirahmati oleh Roh dan Kuasa Penyelenggaraan Ilahi. Mereka pun berjuang mewujudkan tugas pewartaan yang dipercayakan kepada mereka sehingga banyak orang dituntun kepada Tuhan, sumber hidup sejati.
Sebab itu kisah-kisah itu terus diperdengarkan kepada kita tentunya dengan tujuan meneguhkan dan menyemengati kita agar kita sebagai pengikut Kristus juga terus mengambil bagian dalam karya penyebaran Kerajaan Allah. Salah satu hal penting yang mesti kita selalu sadari yakni semua kita dipanggil dan dipilih serta diutus Allah melalui sakramen-sakramen yang telah kita terima untuk menjadi sarana-sarana penyalur rahmat Tuhan.
Tuhan yang memanggil, memilih dan mengutus kita tentu saja mengetahui dengan baik siapa kita. Karena itu Dia berkata: “Aku tahu siapa yang telah Kupilih.” Kita juga hendaknya perlu selalu menyadari bahwa panggilan hidup yang kita jalani merupakan rahmat Allah yang dianugrahkan kepada kita untuk dihayati. Kita dipanggil seperti para rasul dan jemaat perdana menjadi pemberita Kerajaan Allah apapun bentuknya sejauh pemberitaan kita itu sesuai rencana Kehendak Allah yang selalu mau menyelamatkan dan menyentosakan hidup ciptaan-Nya.
Karena itu sebagai orang-orang terpanggil hendaknya kita menjaga dan merawat panggilan kita melalui suatu model hidup yang berbobot dalam segala aspek kehidupan sehingga kita layak di hadapan Tuhan dan di mata sesama. Hal ini bisa terjadi bila kita seperti jemaat perdana senantiasa mendekatkan diri pada Tuhan serta membiarkan diri kita dituntun oleh kehendakNya sehingga hidup kita adalah perwujudan kehendak Allah.
Kita juga perlu mengamalkan panggilan itu yang dipercayakan Tuhan kepada kita melalui sikap hidup dan kiprah pengabdian kita sehingga menjadikan hidup dan karya kita sebagai suatu pewartaan yang hidup akan kebenaran, kebaikan, kasih kemurahan, cinta perhatian Allah kepada umatNya melalui hidup dan pengabdian kita.
Mari kita menjaga dan mewujudkan rahmat panggilan Tuhan yang telah dipercayakan kepada setiap dengan cara: berpikir baik, berkata baik dan berbuat baik seperti Yesus Sang Guru kita. Tuhan yang telah memanggil, memilih dan mengutus kita terus menyertai dan memberkati kita selalu dalam hidup dan karya pelayanan kita. Amin.
Oleh Fr. Tito, SVD (Unit Gabriel-Seminari Tinggi St Paulus Ledalero)
Doa Peneguhan :
Allah Tritunggal Mahakudus, kami bersyukur atas rahmat panggilan yang Dikau anugrahkan kepada setiap kami untuk boleh menjadi penyalur rahmat kasihMu kepada umatMu. Bantulah kami agar senantiasa berusaha hidup menurut tuntunan kehendak SabdaMu dan mampukan kami dengan rahmatMu agar kami bisa pembagi rahmat kasihMu kepada sesama kami hidup dan karya pengabdian kami sehingga namaMu dimuliakan kini dan sepanjang segala masa. Amin
Satu fenomena menarik yang melingkupi hidup manusia ‘zaman now’ yakni kebanyakan orang begitu gencar mengejar kebahagiaan namun tidak sedikit yang kurang mengalaminya. Padahal bila kita membandingkan sarana-sarana pendukung hidup manusia di masa sekarang dengan masa-masa sebelumnya terlihat jelas bahwa dunia sekarang jauh lebih baik sarana-prasarananya. Namun mengapa banyak orang kurang bahkan tidak mengalami rasa damai dan bahagia di zaman now ini?
Pernyataan Yesus, Sang Guru Ilahi dalam Injil Yohanes 10: 25 menjawab pertayaan tersebut dengan singkat, padat dan jelas. Dan jawaban itu adalah karena manusia tidak percaya kepada Dia, sebagai Putra Allah yang hidup yang datang membebaskan dan menyelamatkan. Ajaran dan karya ajaib sudah dibuatNya namun manusia tidak percaya. Inilah yang membuat manusia tidak mampu menggapai kebahagian sejati. Padahal kebahagiaan sejati manusia yang sesungguhnya adalah tinggal bersama Tuhan, Sang Pencipta dan penjamin hidup kita. Namun bahagia itu sirna dari kita lantaran dosa. Ketidakpercayaan akan Tuhan membuat manusia tidak percaya pula akan Sabda dan karya ajaib yang dilakukakannya. Dan tidak lanjut dari ketidakpercayakan ini yakni kita lebih mencari pertolongan di luar Tuhan.
Ada hal menarik dari fenomen ketidakpercayaan manusia akan peran Tuhan dalam hidupnya yang patut kita renungkan. Sekalipun manusia ‘menolak’ tawaran pertolongan Tuhan dan mencari pertolongan di luar Tuhan namun hasrat dan perjuangan mencari kebenaran dan kebahagiaan sejati akan menghantar dia menyadari bahwa apapun bantuan manusia atau dunia teknologi secanggih apapun toh terbatas kemampuannya. Pada saat yang sama kita menyadari pula bahwa Tuhan selalu mau menolong kita hanya kita lah yang menjauh dari Tuhan. Sikap demikianlah yang membuat kita seakan tidak punya kemampuan mendekati Tuhan. Akibatnya kita mengeluh dan terus mengeluh. Namun Tuhan tetap konsisten dengan identitas dan karakter diriNya sebagai Allah yang Mahamurah dan penuh cinta. Dia senantiasa berinisiatif menghampiri kita dalam sosok Yesus karena cintaNya yang tak terbatas kepada kita.
Inilah pengalaman iman para Rasul dan jemaat perdana. Mereka yang sebelum ragu, tidak percaya bahkan melarikan diri namun kemudian menjadi percaya karena mereka sendiri diteguhkan oleh perbuatan-perbuatan ajaib yang dilakukan Tuhan kepada mereka dan melalui mereka. Dan mereka pun kemudian menjadi pewarta Sabda Tuhan dengan penuh keberanian (bdk. Kis. 11:20). Dengan warta ini dunia menikmati bahagia yang sesungguhnya.
Semoga kita pun dicerahi oleh Sabda Tuhan dalam proses pencarian kita guna menggapai kebahagiaan kita yang sesungguhnya yakni dalam Tuhan. Semoga Rahmat kebangkitanNya yang mengalahkan maut menungguhkan kita untuk untuk semakin percaya dan selalu mengandalkan Dia. Alleluya. Salve.
Oleh RD. Andreas Sika, Pr.
Pastor Pembantu di Paroki St. Yoseph Pekerja Penfui Keuskupan Agung Kupang dan juga Pembina Rohani (Pemroh) WKRI DPD NTT
Doa Peneguhan :
Ya Yesus, Sang Sabda yang hidup, tolonglah kami dalam perjuangan hidup kami agar senantiasa menjadikan Sabda-Mu sebagai KOMPAS penuntun langkah hidup dan perjuangan kami. Semoga kami juga menyadari kehadiran dan karya penyelenggaraan-Mu dalam peristiwa-peristiwa hidup yang kami alami sehingga kami diyakinkan selalu bahwa kami tidak pernah berjalan dan berjuang sendirian karena Dikau selalu menyertai dan menolong kami. Karena Dikaulah Tuhan dan Penolong kami yang hidup dan bersatu dengan Bapa serta Roh Kudus, kini dan sepanjang segala masa. Amin.
Sumber inspirasi Kis 9:1-20, dan Yoh 652-59
Saya tersentuh dengan bacaan-bacaan suci hari ini tentang pengajaran dan pernyataan Yesus sebagai Roti Hidup yang membahasakan keagungan kasih Tuhan bagi manusia melalui pemberian diriNya sebagai sumber kehidupan. Memang pernytaan demikian tentu saja membawa kebimbangan dan bahkan penolakkan. Mereka yang setiap hari berbicara dan berdiskusi tentang hal-hal duniawi, apa yang bisa dilihat dan disentuh, apa yg bisa dimakan dan diminum , ttg hal-hal yang konkrit, pasti akan kaget mendengar pernyataan Yesus bahwa dagingNya untuk dimakan dan darahNya utk diminum. Tidak gampang utk dimengerti oleh pikiran jasmani belaka. Hanya dengan kaca mata rohani kita akan mampu memahami peryataan Yesus itu. Yesus mau menunjukkan bahwa diriNya diberikan sebagai Roti Hidup yang turun dari surga. Anugrah kasih agung ini diwariskan kepada kita dan kita dapatkan dalam Ekaristi kudus.
Keterbukaan menerima Tuhan dan membiarkan diri dikuatkan serta dicerahi oleh tahmat kasihNya akan sangat besar faedahnya bagi hidup kita termasuk dalam relasi dengan sesama.
Karya pelayanan bersama keluarga-keluarga di Botswana dan Zambia Afirika selama 17 tahun memberikan saya banyak pelajaran akan hal tersebut. Banyak keluarga tertolong karena relasi erat keluarga mereka dengan Tuhan. Sebaliknya banyak pasutri yang tidak saling memahami, cecok dll kr kurang ditntun oleh nilai-nilai sejati yg sumbernya dari Tuhan akibatnya rumah tangga mereka bisa terancam bubar.
Karena itu upaya menata keluarga berdasarkan nilai-nilai sejati sangat penting. Perbedaan antara pasangan suami istri mengisyarakan kemungkinan utk bertengkar bahkan bisa sampai bercerai. Maka perlu diantisipasi dan dihadapi dengan pikiran dan hati bijak sehingga apapun situasi yang dihadapi mereka tetap kompak dan harmonis. Maka membentuk keluarga itu, mengandung PEKERJAAN RUMAH utk tetap mejaga Harmoni dalam perbedaan (menjaga keharmonisan dalam perbedaan).
Agar keluarga menjadi HARMONIS dan LANGGENG maka diharapkan pasangan suami istri memancang 5 PILAR UTAMA utk rumah tangga mereka yakni :
Bila keluarga tetap berpegang pada LIMA PILAR ini, walaupun tantangan hidup berkelurga semakin hari semakin kompleks, mereka akan tetap kuat , kompak dan harmonis.
Semoga bermanfaat.
Salam dalam Yesus Tuhan kita.
Oleh : Br Albert Babu, SVD
Pernah berkarya di Boitswana dan Zambia -Afrika. Sekarang bertugas sbg Sekretaris di Mission Offiie SVD Indonesia di Jakarta
Ajaran Yesus mengenai diriNya sebagai Roti Hidup adalah suatu peryataan yang sulit-sulit gampang dipahami tapi juga bisa gampang-gampang sulit khususnya bagi orang yang hidupnya sudah dikuasai oleh ketergantungan pada hal-hal material-jasmaniah. Bagi mereka yang belum pernah atau masih berjuang menemukan kebenarannya dalam kehidupan mereka sendiri akan sedikit bahkan sulit memahami ajaran Sang Guru itu. Namun bagi mereka yang sudah mengalami kebenarannya akan dengan mudah memahami ungkapan Yesus tersebut.
Terlepas dari sudah atau belum mengalami, Yesus mau meneguhkan kita bahwa DiriNya adalah Roti Hidup sebenarnya mau menunjukkan satu kebenaran hakiki kepada kita bahwa Dialah penjamin Hidup sesungguhnya yang sanggup memberikan kekuatan jasmani dan terlebih rohani berupa kedamaian, kelegaraan, sukacita dan bahagia. Sebab itu untuk bisa bertahan dalam hidup di dunia sementara dan bisa mendapatkan hidup kekal di dunia akhirat nanti, kita perlu menguatkan diri kita bukan hanya dengan makanan jasmani tetapi juga dengan makanan rohani. Keduanya dibutuhkan oleh diri kita yang terdiri dari jiwa dan raga kita. Makan makanan jasmani untuk menguatkan raga kita dan makanan rohani menguatkan kita jiwa kita sehingga kita tumbuh sebagai pribadi yang seimbang dan harmonis.
Dan kenyataan hidup manusia membenarkan hal ini yakni bahwa manusia hidup sehat tidak dari makanan jasmani saja. Dia bisa mengkonsumsi makanan sehat dan bergizi tapi apalah artinya kalau pada saat yang sama pikiran dan hatinya banyak ‘menyatap’ hal-hal negatif seperti kemarahan, iri hati, cemburu, lobah harta, gila kuasa dll yang membuat dia tidak nyaman dan damai. Sebaliknya orang bisa saja makanan jasmani yang sederhana tapi sehat sejahtera karena hati dan pikiran selalu diliputi oleh rasa damai dengan diri dan orang lain, suka cita serta ketenangan hidup.
Contoh-contoh konkret ini meyakinkan kita mengakui bahwa untuk hidup sehat tidak hanya bertumpu pada hal-hal jasmaniah tapi soal situasi pikiran dan hati bathin juga turut bahkan sangat menentukan kebahagiaan hidup. Malah perjalanan ziarah bathin seiring usia akan menyadarkan dan meyakinkan kita bahwa justru hal rohani lebih dibutuhkan dalam ziarah iman kita bersama Tuhan. Kita pun makin dicerahi untuk memahami juga ajaran Yesus bahwa kita hidup bukan hanya dari hal-hal jasmani saja tapi hal-hal rohani juga (Matius 4:4). Pengalaman inilah yang meneguhkan Sostenes, filsuf brilliant itu sehingga mengatakan bahwa manusia dibentuk oleh apa yang ia doakan. Atau dalam terang kata-kata St Paulus dalam Roma 14:17 dikatakan di sana: Kerajaan Allah bukan soal makanan dan minuman, tetapi soal kebenaran, damai sejahtera dan sukacita dalam Roh. Karena itu sangat tepat anjuran Yesus dalam Matius 6:33 agar kita perlu mencari dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya dan hal-hal akan ditambahkan kepada kita. Penemuan kebenaran tersebut akan membuat kita seperti Filipus terdorong untuk mewartakan kebenaran, damai sejahatera dan suka cita karena di saat kita mengupayakan hal-hal tersebut bagi orang lain, di saat yang sama kita dapatkan untuk hidup kita.
Semoga kita makin dicerahi dan diyakinkan bahwa untuk bahagia dalam hidup tidak saja dijamin oleh hal material jasmaniah tapi terlebih oleh hal-hal rohaniah. Semoga Ekaristi Kudus menjadi saat emas kita mendapatkan kekuatan Roti Hidup dari Sabda dan Tubuh-Daah Tuhan. Kiranya dengan pengalaman penemuan akan kebenaran ini makin meneguhkan kita untuk menjadi Filipus-Filipus yang dengan suka rela dan penuh keberanian mewartakan Kerajaan Allah sehingga semakin banyak orang yang menemukan Yesus sebagai Roti Hidup penjamin hidup sejati dan turut mengalami kasih dan kekuatan Tuhan, Sang Roti Hidup.
Tuhan memberkati kita sekalian
Oleh. Romo Aldus Muspida, SVD
Misionaris SVD yang pernah berkarya di Botswana-Afrika dan sekarang mengabdi di Nias- Keuskupan Sibolga, Sumatra
Kisah perjuangan Santu Stefanus hingga harus kehilangan nyawa demi kebenaran memberikan pesan tersendiri yang perlu direnungkan dan ditindaklanjuti penghayatannya. Karena mencermati sebab-musabab peristiwa ini sesungguhnya kita akan menemukan hal-hal demikian masih terus terjadi dalam kehidupan kita di zaman sekarang. Antara lain sikap tidak mau dituntun oleh kebenaran dan kebaikan sejati. Inilah penyebab utama penganiayaan kejam terhadap Stefanus disebabkan oleh ‘rasa tersinggung’ para penatua, ahli Taurat dan Imam Besar orang Yahudi yang merasa ‘dipojokkan’ oleh kata-kata Stefanus.
Padahal kalau dicermati dengan hati bening kita akan menemukan bahwa apa yang dikatakan Stefanus itu benar dan bertujuan mengarahkan kembali hidup mereka yang sudah tidak sesuai lagi dengan ajaran Taurat. Sebagai seorang yang dipenuhi Roh Allah, Santu Stefanus mau mengarahkan mereka kepada jalan hidup yang baik, benar dan membahagiakan mereka. Sayang mereka yang sudah terkontaminasi dengan hal-hal duniawi seperti persaingan tidak sehat, iri hati, cemburu, gengsi dan gila hormat justru melihat ajakan Stefanus sebagai sesuatu yang menggelitik mereka. Karena itu mereka tak segan-segan merajam Stefanus hingga mati.
Belajar dari kisah tragis ini kita diigatkan agar dalam kita berupaya sebisa mungkin menghindarkan diri dari sikap sok tahu dan sok benar seperti para pempimpin Yahudi karena bisa membuat kita menjadi figure-figure yang anti kritik, suka iri hati, cemburu, suka bersaing secara tidak sehat. Santu Paulus menasihati kita dalam 2 Kor. 9:2 agar kita mengupayakan hal-hal baik, benar dan mulia sehingga kegiatan kita menjadi perangsang bagi banyak orang untuk melakukan hal-hal yang sama. Karena itu kita perlu senantiasa bersikap rendah hati di hadapan Tuhan Sang kebenaran dan membiarkan diri diilhami selalu oleh Rohnya serta berupaya menyalakan selalu Roh Allah yang penuh cinta, damai dan suka cita dalam diri kita.
Saya menutup renungan ini dengan satu ungkapan Spanyol yang berbasis dalam 1 Tes. 5:19: NO EXTINGAN LA ACCION DEL ESPIRITU (JANGANLAH PADAMKAN ROH ALLAH). Mari kita terus berjuang dengan bantuan rahmat Allah agar Roh Allah yang telah dianugrahkan oleh Allah sendiri kepada setiap kita senantiasa bernyala sehingga kita saling peduli dan terus mengusahakan damai sejahtera dan suka cita dalam hidup bersama kita.
Santu Stefanus doakanlah kami.
Oleh. Amans Laka, SVD
Mantan Misionaris Argentina yang akan bertugas di Amerika Serikat.
Injil tentang para murid Yesus yang mengalami badai (Yoh. 6: 16-21) menyampaikan satu pesan kehidupan yang perlu kita renungkan kebenarannya dan perlu kita diperhatikan dalam ziarah iman kita bersama Tuhan.
Pesan yang dimaksud berkaitan dengan opsi kegiatan yang dipilih dan dilakukan para murid. Ada satu hal yang menggelitik untuk dicermati yakni Yesus memilih menyepi di gunung untuk berdoa dan bersyukur serta mengagumi karya penyelenggaraan Tuhan khususnya melalui peristiwa perbanyakkan roti dan ikan yang baru saja terjadi. Seyogiannya para murid pun ikut Guru mereka bersyukur kepada Tuhan atas peristiwa iman yang baru saja mereka alami. Anehnya para murid Yesus bukannya menyepi bersama Guru mereka tetapi justru mereka lebih memilih untuk pergi ke pantai mungkin untuk bersenang-senang di di atas perahu setelah sehari suntuk melayani ribuan orang dalam peristiwa perbanyakkan roti dan ikan.
Tentu kita tidak serta merta menyudutkan sikap para murid itu karena mereka juga butuh ruang dan waktu untuk relaksasi dan rekreasi setelah aktifitas melelahkan. Namun perlu dicatat bahwa peristiwa perbanyakkan roti adalah peristiwa iman. Hanya karena Penyelengaraan kuasa Allah yang Mahatinggi maka peristiwa itu bisa terjadi. Karena itu sikap iman yang dilakukan Yesus setelah peristiwa ajaib sangat tepat. Yesus mencari ruang dan waktu untuk bersyukur pada Bapa-Nya yang telah melakukan mujisat. Sebaliknya para murid-Nya justru merayakannya ala duniawi manusiawi. Mungkin mereka bertemu orang-orang yang ikut makan roti sehingga mereka lebih menyambung cerita mengenai peristiwa ajaib itu.
Inilah sikap manusia yang kadang lupa besyukur dan berterimakasih di saat sikap itu perlu dilakukan. Maka peristiwa badai yang dialami para murid Yesus sebenarnya semacam teguran bagi mereka untuk tahu menempatkan diri sesuai sikon. Mereka perlu keluar dari kebiasaan ala duniawi dan mau memaknai serta menjalin suatu pola relasi dengan Tuhan, sumber hidup dan penyelenggara karya-karya mereka.
Kisah ini mengingatkan kita juga yang kadang melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan oleh para murid yang kurang bersykur dalam hidup; yang seringkali memilih jalan lain dari apa yang dikehendaki Tuhan sehingga membawa kita pada situasi kelam.
Sebab itu mari kita belajar untuk mempertahankan pola sikap baik dan relasi akrab kita dengan Tuhan. Kita hendaknya tahu menempatkan diri sesuai situasi yang seharusya.
Tuhan memberkati kita sekalian
P Lazarus Mau, SVD
(Misionaris SVD yang sedang berkarya di Maliana Timor Leste)
Sabda Tuhan selalu saja menyajikan inspirasi-inspirasi menarik bagi kita. Kisah perbanyakkan roti dan ikan (Yoh. 6:1-15), misalnya, menyajikan begitu banyak pesan yang menarik untuk direnungkan.
Salah satu pesan menarik dari kisah mengagumkan tersebut yakni orang menyumbang roti dan ikan yang diperbanyak Yesus itu. Yang mendonasikan roti dan ikan itu bukan dari pabrik roti atau 'orang berpunya' tapi justru dari seorang anak kecil yang seringkali disepelekan orang-orang dewasa dalam dunia kehidupan sosial. Anak kecil ini bisa mewakili kaum kecil yang biasanya dianggap remeh dalam kebersamaan.
Dalam perspektif tersebut kisah ini sebenarnya mau mengajak kita untuk menaruh kepercaryaan kepada setiap orang khususnya kaum kecil bahwa setiap orang mempunyai talenta dan kemampuan yang bisa diberdayakan untuk kehidupan bersama. Pesan lain yang tidak kalah penting yakni hendaknya kita menaruh perhatian pada anak-anak dan kaum kecil yang sering dianggap remeh dalam kehidupan bersama. Kita perlu memberi mereka ruang dan waktu bagi mereka untuk mengembangkan roti dan ikan talenta-kemampuan yang mereka miliki. Kita hendaknya mendukung dan mengapresiasi karya-karya dan sumbangan mereka bagi kesejahteraan umum.
Injil ini mengajak kita untuk mengapresiasi dan mendukung orang-orang atau pihak-pihak yang selama berupaya memberdayakan anak-anak dan kaum kecil sehingga mereka pun berkontribusi dalam kehidupan sosial. Kita berterimakasih utk para orang tua yang setia, tabah dan penuh tanggungjawab memberdayakan hidup anak-anak mereka sehingga menjadi orang-orang yang berguna bagi bangsa, negara dan Gereja. Apresiasi juga kepada para guru, pendamping, pembimbing dan semua pihak yang selama ini berkarya memperjuangkan pemberdayaan anak-anak, kaum muda dan kaum kecil.
Saudara-saudari sekalian adalah Andreas-Andreas ysng telah membantu menghantar anak-anak dan kaum kecil bertemu Tuhan dan diberkati Tuhan sehingga talenta, kemampuan dan karya mereka turut berguna bagi kesejahteraan umum.
Mari kita semua berupaya dengan cara kita menjadi Andreas-Andreas yang menghantar anak-anak, kaum muda dan kaum kecil kepada Tuhan agar Tuhan memberkati dan memperbanyak roti dan ikan talenta dan kemampuan mereka demi kesejahteraan hidup kita semua.
Tuhan menanti kita sekalian yang mau membawa anak-anak, kaum muda dan kaum kecil untuk diberkati kita dan diberdayakan Tuhan.
Salam dan berkat.
Pater Yakobus Weke, SVD
Kisah-kisah hidup seputar kehidupan para murid Tuhan selalu saja menampilkan hal-hal menarik untuk kita renungkan. Salah satu hal menarik yang ditampilkan dalam Kisah Para Rasul 5 yakni keberanian para murid memberikan kesaksian akan kebangkitan Yesus.
Mencermati secara kronologis sikap para murid Tuhan ini dari awal kemuridan itu, kita menemukan di sana bahwa keberanian para murid dan semangat yang berapi-api bersaksi tentang kebangkitan Tuhan bukan muncul dalam sekejap. Semangat keberanian itu boleh dibilang merupakan suatu hasil transformasi diri dari pribadi-pribadi yang mudah merasa takut, cemas, ragu-ragu dan tidak percaya menuju sikap iman yang teguh akan Tuhan sebagai Allah yang mahakuasa.
Proses transformasi ini terjadi karena mereka mau mengikuti proses digembleng oleh Tuhan dan mau dibentuk oleh pengalaman-pengalaman ‘jatuh bangun’ dalam perjalanan kemuridan mereka bersama Tuhan. Kemauan mengikuti Tuhan dan tuntunannya dalam aneka peristiwa yang mereka alami dan lalui akhirnya mentransformasi mereka dari orang-orang yang tidak tahu dan paham akan hal-hal iman akan Allah dan penyelenggara Ilahi Allah menjadi orang-orang yang sangat percaya akan kedasyatan kekuatan penyelenggara. Semangat inilah yang mendorong mereka berani memberikan kesaksian tanpa rasa takut sedikit pun kepada manusia karena mereka lebih takut dan taat pada Allah yang sudah mereka alami kedasyatan penyelenggraanNya.
“kita harus lebih taat kepada Allah dari pada kepada manusia…. Dan kami adalah saksi dari segala sesuatu itu, kami dan Roh Kudus, yang dikaruniakan Allah kepada semua orang yang mentaati Dia.”(Kis. Ra. 5:29).
Inilah manfaatnya bila kita mendekatkan diri dengan Tuhan dan berupaya mengikuti Tuhan dalam segala sesuatu serta memasrahkan hidup kita dalam penyelenggaraanNya. Kita akan ditransformasi dari pribadi yang tidak tahu menjadi tahu dan paham akan rahasia kebenaran Iman akan penyelenggara Tuhan. Kita akan dirubah dari pribadi yang suka takut, cemas, ragu dan tak percaya menjadi pribadi-pribadi yang beriman teguh. Dan pengalaman-pengalaman transformasi ini menggerakkan kita untuk memberi kesaksian akan kemahakuasaan Tuhan dan senantiasa bersedia membagikan rahmat kasih Tuhan yang kita terima dalam hidup kita.
Mari kita meluangkan waktu sejenak mengingat pengalaman-pengalaman penyelenggaraan kemakuasaan Tuhan dalam hidup kita yang pernah kita alami baik dalam peristiwa-peristiwa kecil maupun kejadian luar biasa. Kiranya dengan permenungan ini kita makin diteguhkan untuk bersikap seperti para Murid Yesus yang berani memberik kesaksian akan kemahakuasaan Tuhan kita. Kita mau berniat makin setia dalam iman kita akan Tuhan dan mau senantiasa bersedia berbagi kisah iman kepada sesama kita.
Kiranya kata-kata Yohanes Pembaptis meneguhkan perjuangan kita dalam mengikuti Tuhan: ‘barangsiapa percaya kepada Anak, ia beroleh hidup yang kekal, tetapi barangsiapa tidak percaya kepada Anak, ia tidak akan melihat hidup, melainkan murka Allah tetap ada di atasnya.”(Yoh. 3: 31-36).
Kesetiaan kita mengikuti Tuhan hingga detik ini menjadi bukti nyata bahwa kita pun seperti para murid berupaya dengan segala kelebihan dan kekurangan kita mengikuti Tuhan dan menjadi abdi-abdinya. Pengalaman-pengalaman iman yang kita alami makin meneguhkan kita untuk tetap setia mengimani Tuhan kita dan mempasrahkan seluruh hidup dan segala situasi yang kita alami dalam karya penyelenggaraanNya. Pelayanan kita kepada sesama melalui hidup dan tugas pengabdian yang dipercayakan kepada kita menjadi bukti nyata bahwa kita pun telah mengambil bagian dalam rencana agung Allah membagikan rahmat dan kasih Tuhan kepada sesama.
Semoga Tuhan yang kita Imani dan ikuti melimpahkan berkatNya agar kita makin setia seperti para murid dan Yohanes Pembaptis menjadi saksi kebangkitan Tuhan dan penyalur rahmatNya kepada sesama kita. Amin.
Tuhan memberkati
Pater Marselinus Baunule, SVD
Hidup setiap orang punya maksud dan tujuan. Dari perspektif iman, kita percaya Tuhan mengutus kita ke dunia dengan suatu maksud yakni meneruskan cintaNya kepada sesama melalui hidup dan karya kita. Namun upaya mewujudkan tujuan hidup itu tidak segampang membalikkan telapak tangan. Kisah perjalanan setiap kita mengajar kita mengakui bahwa hidup itu merupakan suatu variasi antara untung, malang, susah dan senang.
Bacaan-bacaan suci selama masa Paska ini meneguhkan kita bahwa dalam situasi apa saja termasuk di saat menghadapi tantangan dan kesulitan serta kegelapan dalam hidup, Tuhan setia mendampingi dan menolong kita dengan cara dan pada waktuNya. Tindakan kasih Tuhan yang dilakukan Yesus menolong banyak orang menjadi bukti nyata keberpihakkan Tuhan kepada manusia. Bukti kasih Tuhan terbesar yakni pengorbananNya di Salib demi penembusan dan keselamatan kita. Pengorbanan Tuhan di salib menjadi bukti nyata bahwa Tuhan selalu berupaya memberi yang terbaik bagi manusia.
Hanya saja kegelapan hidup seperti egoisme, hedonisme, sekularisme dan hal-hal duniawi lainnya yang bertentangan dengan jalan kehendak Tuhan membuat kita kadang bahkan sering tidak mampu melihat karya cinta Tuhan ini. Situasi kegelapan ini juga kadang membuat kita menyangkal Tuhan bukan sumber kehidupan kita dan juga kadang memvonis Tuhan tidak baik khususnya di saat kita mengalami kesulitan dan tangantan berkepanjangan.
Meski dalam situasi demikian Tuhan tetap punya cara menuntun kita mendekat padaNya dan mengalami cinta perhatianNya. Percakapan Yesus dan Nikodemus memberikan banyak pencerahan kepada kita bahwa Tuhan sesungguhnya merupakan Cahaya kebenaran sejati yang mampu menuntun kita pada jalan keselamatan dan kehidupan sejati. Kisah percakapan itu mau mengajak kita juga untuk menaruh tumpuan harapan pada Tuhan sebagai sumber kebenaran dan cahaya kebenaran sejati.
Kerelaan hati mau dituntun dan dicerahi Cahaya Kebenaran membantu kita melihat kasih Agung Tuhan dalam hidup kita. Kedekatan kita dengan Tuhan membantu kita makin memahami kebenaran sejati dan hidup kita diterangi oleh CahayaNya.
Pengalaman-pengalaman pencerahan demikian yang kita alami juga dalam hidup kita hendaknya menjadi menginspirasi dan memotivasi kita untuk makin tekun melaksanakan tugas perutusan kita yakni mewartakan Cahaya Kebenaran dan kasih Agung Tuhan kepada sesama. Mari kita terus berupaya menjadi saksi terang kasih Tuhan dalam hidup dan karya kita.
Tuhan memberkati kita.
Rm. Hieronimus Kore, Pr
Bagaimana menyelaraskan nilai-nilai iman sejati dengan kecanggihan art...
Pada hari Sabtu, 15 Oktober 2022 yang lalu, Komunitas Verbum Domini (K...
Bible Zoom-Youtube Live-Streaming diadakan lagi oleh Tim Pengurus Pusa...
Tim Pengurus Pusat Spiritualitas (Puspita) Sumur Yakub SVD-SSpS Indone...
Tim Pengurus Pusat Spiritualitas (Puspita) Sumur Yakub SVD-SSpS Indone...
Nama yang dipilih untuk sentrum ini adalah “Pusat Spiritualitas Sumur Yakub” yang mempunyai misi khusus yaitu untuk melayani, bukan hanya anggota tarekat-tarekat yang didirikan Santu Arnoldus Janssen saja tetapi untuk semua... selebihnya