Renungan

Displaying items by tag: tuhan allah

Thursday, 07 June 2018 09:49

Temu Anggota Komunitas Kaum Muda

Para anggota Komunitas Kaum Muda EST (Eco Spiritual Tranformatif) Sumur Yakub Indo-Leste yang berada di wilayah Jakarta mengadakan Kegiatan Temu Komunitas di Biara Soverdi Matraman Jakarta Timur pada tanggal 22 April 2018. Anggota-anggota yang hadir dalam kegiatan ini pada umumnya mereka yang sedang berada di wilayah Jakarta dan sekitarnya baik sebagai mahasiwa/mahasiswi maupun pegawai, karyawan/karyawati di berbagai lembaga dan perusahaan di sekitar wilayah Jabotabek.

Kegiatan temu komunitas bertujuan menjalin keakraban di antara sesama anggota termasuk berkenalan dengan anggota-anggota yang baru bergabung. Kegiatan ini menjadi moment para anggota komunitas mengadakan sharing pengalaman hidup dan karier guna saling meneguhkan, menginspirasi serta memotivasi dalam upaya memperjuangkan nilai-nilai Injili dalam hidup dan perjuangan mereka. Karena bertepatan dengan Perayaan Hari Minggu Panggilan Sedunia, para anggota komunitas yang adalah kaum muda-mudi Katolik diteguhkan untuk terus berjuang memberdayakan bakat, talenta dan kemampuan yang dianugrahkan Tuhan kepada setiap mereka sehingga bisa berguna bagi sesama baik dalam konteks hidup berbangsa maupun hidup menggereja.

INSPIRASI BERNAS DARI PASTOR AMANS LAKA, SVD

Pater Amans Laka, SVD yang hadir juga dalam temu komunitas ini, mengajak para anggota komunitas agar berani menatap ke depan serta berani memulai langkah untuk menggapai impian-impian yang luhur. Bertolak dari pesan Injil tentang Gembala yang baik Pater Amans menegaskan bahwa tidak ada yang mustahil bagi orang yang mau berani bermimpi dan berani berjuang mewujudkan mimpi. Untuk keberanian semacam ini, menurut Misionaris SVD yang lama berkarya di Argentina, hanya bisa terjadi ketika kita melibatkan Tuhan sebagai kekuatan kita dan SabdaNya sebagai cahaya penuntun langkah hidup kita. 

Di saat kia menjadikan Tuhan sebagai Gembala kita, lanjut Misionaris SVD yang akan berpindah tempat tugas di Amerika Serikat ini, Dia (Tuhan) akan menuntun kita langkah demi langkah hingga menggapai tujuan yang kita inginkan. Karena itu Imam Allah yang akan pindah berkarya di Amerika Serikat ini mengajak para anggota komunitas ini agar BERANI MEMINTA KEPADA TUHAN DENGAN KEYAKINAN TEGUH BAHWA TUHAN PASTI MENDENGARKAN DAN MENGABULKAN PERMINTAAN MEREKA yang penting bersedia juga bekerja sama dengan Tuhan dan bersama Tuhan mewujudkan apa yang diminta.

KISAH PEMUDA YATIM PIATU YANG TAK PERNAH MENYERAH

Dalam temu komunitas ini juga ada sharing menarik dan sangat inspiratif dari seorang anggota komunitas (Sdr. Emil Kadju) tentang perjuangannya seorang diri guna membiayai hidup dan pendidikannya sejak kecil. Alasannya karena dia yang adalah anak satu-satunya dalam keluarganya harus merelakan kepergian orang tuanya untuk selamanya di saat dia masih umur SD dan SMP. Emil boleh dibilang sebelumnya hidup dalam kemanjaan kedua orangtua selain karena dia anak satu-satunya tetapi juga karena dia didapatkan setelah orang tuanya menikah 10 tahun. Maka bisa dibayangkan siapa Emil di mata kedua orang tuanya. Namun kebahagiaan itu ternyata hanya sementara saja. Tak lama setelah Mamanya meniggal dunia, Bapaknya pun meninggal dunia. Sejak saat itu Emil, anak semata wayan ini mulai berstatus sebagai anak yatim dan harus berjuang seorang diri dengan segala daya upaya yang ada untuk bisa melanjutkan hidupnya dan pendidikan. Bagi Emil, hidup dan mati manusia ada di tangan Tuhan.

Bila Tuhan masih mengijinkan kita hidup, kata putra kelahiran 28 Mei ini, berarti Tuhan punya suatu maksud baik untuk hidup kita maka bekerja sama lah dengan Tuhan mewujudkan maksud baik Tuhan itu. Emil juga mensharingkan pengalamannya bagaimana harus berjuang membiayai hidup dan pendidikannya hingga menyelesaikan pendidikan S1 Sarjana  Filsafatnya di SFTK Ledalero. Talenta musik dan bakat menulis menjadi saham terberi dari Tuhan yang diberdayakannya hingga mampu membiaya hidup dan pendidikannya. Melalui dari less private musik kepada anak-anak dan juga sebagai organist di Gereja dia mendapatkan uang untuk membiayai hidupnya. Bakat menulisnya pun dikembangkan dengan baik sekali.

Ketika masih berstatus sebagai mahasiswa S1 dia sudah menghasilkan 2 novel. Tulisan-tulisannya lebih bernada sharing pengalaman hidup dan perjuangannya yang dipersonfikasikan dalam figure-figur dalam novelnya. Di tengah kesibukan kerjanya sekarang ini Emil masih terus menyisihkan waktu untuk menulis. Salah satu novelnya akan terbit dalam waktu dekat. Pemuda yang sekarang bekerja Gramedia Kompas Jakarta ini masih punya tekad teguh bahwa apa pun yang terjadi dia akan melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi. Untuk maksud ini dia selalu menyisihkan dari gajinya untuk pendidikannya selanjutnya. Dia sekarang sudah diterima Di Universitas Mercubuana guna melanjutkan kuliah S2 Program Kelas Karyawan di Universitas Mercubuana jurusan MSDM (Magister Management Sumberdaya Manusia).

Bagi dia hidup adalah anugrah yang harus diberdayakan sehingga berguna untuk orang lain. Kiprah perjuangannya memberikan pelajaran bagi dirinya bagi mencari nafkah hidup itu sebenarnya tidak susah yang penting halal dan mulia sifatnya maka Tuhan pasti merestui dan memberkati kita. Untuk Emil, berkat Tuhan sekecil apapun berkat Tuhan, mesti selalu disyukuri dan berani berbagi berkat Tuhan kepada sesama. Emil mengakui bahwa perjuangan hidupnya masih ‘koma’ (belum titik) namun dia percaya teguh Tuhan senantiasa menulis lurus di atas garis-garis yang bengkok dalam kiprah setiap anak manusia.

Sharing Sdr Emil ini adalah satu dari sekian kisah kehidupan anggota komunitas ini. Melalui sharing-sharing seperti ini, sesama anggota komunitas ini saling meneguhkan, mencerahkan, menginspirasi sehingga mereka terus berpacu dalam hidup dan perjuangan mengisi hidup mereka dengan hal-hal baik, benar dan mulia di mata Tuhan dan manusia.

By John Masneno, Moderator Komunitas Eco Spiritual Transformatif (EST) Muda-Mudi Sumur Yakub Indo-Leste

Published in Kegiatan
Monday, 28 May 2018 10:14

Kebahagiaan Abadi Datang dari Tuhan

Saudara-saudari terkasih dalam Kristus Tuhan, damai bagimu sekalian! Saya mengajak kita sekalian meluangkan waktu sejenak merenungkan pesan Injil hari ini karena pesannya masih tetap aktual untuk kita. Saya mau mulai dengan pertanyaan berikut: Di manakah sumber kebahagiaan hidup?

Saat ini, kita hidup di zaman yang bisa spontan menjawab pertanyaan tadi: kita cukup melihat iklan-iklan yang ditayang di televisi atau media-media sosial. Instrument-instrumen komunikasi ini memberi solusi untuk memperoleh kebahagiaan hidup: awet muda, bentuk tubuh yang bagus, cool, wajah menawan, berkeliling dunia, hidup di kota besar, memperoleh banyak “like” di Facebook, banyak uang dan masih banyak hal duniawi yang lain.

Bacaan-bacaan hari ini memberi kita jawaban dari mana sumber kebahagiaan hidup. Bacaan injil hari ini mengisahkan pertemuan Yesus dengan seorang kaya. Markus dalam menulis kisah ini tidak menyebut nama dari orang kaya ini, sang anonim ini bisa kita identifikasikan dengan diri kita masing-masing. Atas pertanyaan penuh iman dari orang kaya ini tentang apa yang harus ia perbuat untuk memperoleh hidup yang bahagia dan kekal, Yesus memberi “daftar” perintah Allah, “daftar” sikap atau cara hidup yang harus dilakukan. Orang kaya ini menjawab bahwa semuanya sudah ia lakukan sejak masa mudanya. Tentunya suatu kebajikan hidup yang luar biasa dan membuat dia bahagia karena dia mampu mematuhi aturan-aturan itu secara baik. Karena dia dalam nada bangga (worldly proud) menyatakan hal itu kepada Yesus bahwa yang terkesan mau mengukapkan secara tak langsung bahwa dirinya sudah menggapai kebahagiaan.

Namun Yesus, yang mengenal hati dan pikiran semua orang, menghantar orang kaya ini untuk menemukan suatu bentuk kebahagiaan yang lebih dalam dari apa yang sudah digapainya. Injil menyebutkan bahwa Yesus menghantar dia menemukan bentuk kebahagiaan itu dengan cara “memandang dia dan menaruh kasih kepadanya” (Mrk 10:21). Dengan “memandang” Yesus ingin berkomunikasi lebih dalam –inner contact- dengan orang (anonim) ini. Yesus ingin agar ia “merasa dilihat”, “merasa diterima”, “merasa dikenal” oleh Yesus. Dengan cara ini Yesus mau menghantar dia menyadari bahwa mencari dan menemukan kebahagiaan bukan saja melalui penghayatan akan perintah Allah sifatnya mekanistis-formalistis, tetapi terutama melalui pengalaman kasih bersama Tuhan yang ‘ditangkap’ dengan bathin dan jiwa. Yesus mau tunjukkan bahwa Perintah Allah merupakan sarana untuk mewujudnyatakan kasih Tuhan yang berbela rasa dengan manusia maka penghayatan konkret perintah Allah mestinya sampai pada tahap berbela rasa kepada sesama. Karena dengan bela rasa yang tumbuh dalam diri akan mendorong orang untuk mewujudkan belaskasih Allah kepada sesama melalui tindakan belas kasihnya.

Rupanya pandangan Yesus tanpa kata kepada orang kaya ini penuh ‘touch’ pada sisi jiwanya menghantar si anonim ini untuk menyadari bahwa ada suatu bentuk kebahagiaan yang lebih tinggi dan mulia dari apa yang sudah dia gapai. Di saat dia merasa bahwa ada sesuatu yang masih kurang dan perlu diupayakan, Yesus memandangnya dengan penuh belas kasih sejati serta berkata terus terang kepadanya: “Hanya satu lagi kekuranganmu: pergilah, juallah apa yang kau miliki dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah ke mari dan ikutilah Aku.” (Mrk 10:21).

Sayang sekali, keterikatan si kaya anonim ini pada hartanya masih lebih kuat dari jenis kebahagiaan yang ditawarkan Yesus kepadanya. Hal ini tampak melalui reaksinya atas tawaran Yesus yang digambarkan oleh penginjil Markus di mana dia kecewa dan pergi dengan sedih karena dia memiliki banyak harta. Satu hal baik yang perlu kita renungkan juga yakni sikap Yesus pada si kaya anonim yang menolak tawaran kebahagiaanNya. Yesus tidak memaksa dia untuk harus mengikuti Dia. Yesus membiarkan dia memilih dengan penuh suka rela.

Sikap Yesus memberikan pesan tersendiri bagi kita bahwa Dia tidak mengecam kekayaan, tidak mengecam orang yang menawan rupanya, yang selalu berkeliling dunia, yang memiliki pakaian indah, mobil bagus, hp model terkini. Bukan ini yang Yesus dipermasalahkan. Yang Yesus inginkan adalah keberanian untuk tidak terikat dengan hal-hal yang dimiliki, untuk berani “melepas diri” dari hal-hal duniawi yang tampaknya dapat memberi jaminan akan kebahagiaan. Yesus ingin agar kita menaruh harapan, menaruh keyakinan kita padaNya seperti yang tertulis dalam surat rasul Petrus dalam bacaan pertama hari ini. Karena kemurahan hati Allah kita dilahirkan kembali “oleh kebangkitan Yesus Kristus dari antara orang mati, kepada suatu hidup yang penuh pengharapan, untuk menerima suatu bagian yang tidak dapat binasa, yang tidak dapat cemar dan yang tidak dapat layu, yang tersimpan di sorga bagi kamu” (1 Pt 1:3-4). Kebahagiaan kekal hanya pada Tuhan, hanya Dia yang mampu mengisi kekosongan hati kita. Meninggalkan semua yang membebani ziarah hidup menuju kebahagiaan sejati akan meringankan langkah kita untuk menjadi murid Yesus. Bersama Yesus kebahagiaan hidup kita akan menjadi sempurna, memiliki Dia sebagai Gembala hidup, kita tak akan kekurangan apapun (Mzm 23).

Setelah orang kaya itu pergi dengan sedih, Yesus memandang murid-muridNya dan berkata bahwa betapa sulitnya orang yang ‘beruang’ masuk ke dalam Kerajaan Allah, betapa sukarnya masuk ke dalam Kerajaan Allah. Murid-murid pun bertanya jika demikian siapakah yang dapat diselamatkan? Atas kekhawatiran mereka Yesus sekali lagi memandang murid-muridNya dan berkata “bagi manusia hal itu tidak mungkin, tetapi bukan demikian bagi Allah. Sebab segala sesuatu adalah adalah mungkin bagi Allah” (Mrk 10:27). Keselamatan datang dari Tuhan, manusia tidak dapat memberi keselamatan. Tanpa Tuhan, kita tidak dapat memberi makna akan kehidupan ini, kita tidak dapat menemukan apa yang menghantar kita kepada kehidupan abadi, kebahagiaan kekal. Bersama Tuhan, semua yang tidak mungkin menjadi pasti, yang diperlukan adalah iman kepadaNya.

Doa:
“Yesus memandang dia dan menaruh kasih kepadanya”: biarkanlah hari ini kami mengalami kasihMu dan mampukanlah kami tuk dengan sukacita mengikutiMu sumber kebahagiaan sejati. Amin.

Oleh Sr. Maria Fransiska Manek, SFSC
(berkarya di Teano Provinsi Caserta-Italia Selatan)

Published in Renungan
Friday, 18 May 2018 21:02

Kasih Allah Sempurna Bagi Manusia

Sudara-saudari yang dikasihi Tuhan. Allah adalah kasih dan kasih itu Allah. Allah mengasihi dan mencintai Manusia tanpa batas. Karena Kesungguhan-NYA Mengasihi Manusia maka ia menungutus Yesus Putea-NYA ke dunia ini untuk menunjukan kasih-NYA. 

Injil hari ini (Yoh. 21: 20-15) mengisahkan tentang pernyataan sikap bathin Yesus kepada Yohanes,  murid terkasihNya lambang semua pengkutNya. Dengan demikian kasih Yesus kepada Yohanes adalah kasiNya untuk kita semua. 

Penegasan Yesus mengenai hakNya untuk menentukan hidup atau tidaknya murid-murid yang dikasihiNya menunjukkan bahwa Allah punya jalan tersendiri dalam mencintai kita yang kadang berbeda dengan cara berpikir kita. Dengan demikian kita disadarkan bahwa Tuhanlah yang berkuasa  atas mati dan hidup kita di dunia ini. Dia pula lah yang menjadi penjamin hidup kita baik di dunia ini maupun di akhirat nanti.

Keagungan kasih dan perlindungan Tuhan ini hendaknya menjadi peneguhan bagi kita yang seringkali diliputi rasa takut dan cemas dalam hidup agar senantiasa berharap pada perlindungan kasih Tuhan. 

Kita juga diteguhkan untuk tetap gentar menghadapi kejadian-kejadian meresahkan yang terjadi di negeri kita akhir-akhir ini. Kita diajak untuk tetap percaya bahwa Tuhan, yang telah menunjukkan keagungan kasih-NYA kepada kita dengan wafat dikayu salib, tidak akan meninggalkan kita dalam situasi apapun. 

SikapNya menghadapi penderitaanNya mengajarkan kepada kita untuk tidak membalas kejahatan dengan kejahatan tapi menggunakan kasih yang kita terima dari Tuhan untuk  mendoakan mereka supaya bertobat dan kembali pada jalan yang dikehendaki Tuhan. Dengan iman yang teguh kita percaya bahwa kasih Allah lebih dasyat dari segala yang jahat.

Ajakkan Tuhan kepada Petrus 'Tetapi Engkau, Ikutlah Aku' hendaknya menjadi ajakan bagi kita juga agar mengikuti jalan Tuhan dalam menghadapi berbagai peristiwa hidup yang kita hadapi. 

Kita pun hendaknya selalu menyadari diri bahwa kita telah menerima kasih Tuhan secara cuma cuma dari Tuhan maka kitapun akan membagikan kasih itu pula secara cuma cuma. Seperti Yohanes kita jangan pernah mundur untuk memberi kesaksian tentang Kasih Allah kepada dunia. Tuhan selalu menyertai kita sekarang dan selamanya.

 

DOA PENEGUHAN.
Tuhan Sumber kasih sejati. Teguhkanlah kami selalu dengan keagungan kasihMu sehingga kami pun mampu meneladani cinta kasih dalam sikap hidup kami setiap hari.

Oleh Sr. Maria Yosefina Hoar Nahak, RVM. 
(Berkarya di Komunitas RVM Settimo Torinese di Torino Italia)

 

Published in Renungan
Wednesday, 02 May 2018 12:02

Menyembah Allah Menghormati Maria

Saudara-saudari dalam Kristus.

Berkenaan dengan Injil hari tentang Pokok Anggur dan ranting-rantingnya, saya mau bagikan permenungan saya termasuk kebenaran teks ini dalam hidup Bunda Maria yang cukup besar perannya juga dalam hidup saya.

Kita tahu bhw ranting selalu menempel dan menyatu dengan pokok pohon sehingga dapat berbuah. Perumpamaan mengingatkan kita skan pentingnya menyatu dengan Tuhan sehongga bisa berbuah. Berbuah yang dimaksudkan dalam Injil hari ini adalah kekudusan hidup pengikut Tuhan yang menghasilkn buah karena persatuanya dg Kristus ( Katekismus  Gereja Katolik, No.2074 ).

Berkat sakramen pembabtisan kita telah bersatu erat dengan Yesus, Sang Pokok Anggur. Kualitas hidup kita diukur dari kualitas relasi yg intensif dengan Yesus. Jika terpisah dari Yesus, kita tak dapat berbuat apa apa dan kita tidak membuahkan kekudusan dslam hidup kita.

Bunda Maria memberikan teladan kepada kita bagaimana kepasrahan hidup pada kehendak Tuhan membuat hidup kita mampu menghasilksn buah berlimpah. Karena kedekatan kita dengan Bunda Maria akan menginspirasi kita untuk mengupayakan hal-hal demikian.

Karena itulah kita menghormati dan berdevosi kpd Bunda Maria.  Saya secara pribadi boleh mengatakan dan sekaligus memberi kesaksian bahwa banyak pengalaman iman dialami karena mencontohi sikap pasrah seperti Bunda Maria dan doa melalui bantuan Bunda Maria.

Saya yakin banyak orang mengalami hal ini juga. Paus Pius VII, misalnya, yang dipenjarakan oleh Kaisar Napoleon, berdoa mohon bantuan Bunda Maria. Dia berjanji kalau dibebaskan dari penjara dia akan mendedikasikan perayaan utk menghormati Bunda Maria. Dan terbukti dia dibebaskan tepat pada bulan Mei. Maka beliau menetapkan bulan Mei sebagai bulan Maria.

Semoga Sabda Tuhan hari ini dan kisah-kisah iman demikian makin meneguhkan kita untuk terus berakar dalam Yesus Pokok Anggur kita dan mencontohi Bunda Maria yang selalu hidup dalam tuntunan kehendak Tuhan.

Doa Peneguhan :
Yesus Kristus Tuhan kami, Engkau telah memilih Bunda Perawan Maria sbg bunda dan pengantara kami kepadaMU. Semoga kami yang memohon kemurahan Tuhan dapat bergembira bersama Bunda Maria karena dikabulkan permohonan kami demi Kristus Tuhan kami. Amin.

Oleh : Maria F. Klau Payong Beda.
(Asisten Pembimbing rohani Legio Maria) Keuskupan Agung Kupang dan Pengurus Komunitas Single Parent  Sumur Yakub cabang Kupang.

Published in Renungan
Friday, 27 April 2018 12:01

Ikuti Sang Jalan Kebenaran dan Hidup

(Sumber Inspirasi Kis-Ra 13:26-33 & Yoh. 14:1-6)

Begitu banyak kebijaksaan yang kita bisa dapatkan dari kesaksian hidup para Rasul dan jemaat Kristen perdana. Kedua yang disebutkan kita renungkan hari ini memberikan beberapa kebijaksanaan dari sekian banyak yang ditampilkan dan dihidupi oleh para pengikut Tuhan itu.

Injil Yohanes 14: 1-16 menyampaikan kepada kita pernyataan diri Yesus sebagai Jalan, Kebenaran dan Hidup. Apa yang disampaikan Yesus ini bisa saja sulit dipahami dari sisi historis-kemanusiaan Yesus yang lahir di Nazaret dan tumbuh kembang di sana. Namun bila hal ini disoroti dari sisi ajaran dan karya-karya Agung yang dilakukan-Nya, kita akan memahami dan mengakui bahwa Dia sungguh Jalan, Kebenaran dan Hidup. Karena ajaran-ajararanNya benar dan diamini Kebenarannya. Dan yang mengagumkan dalam diri dan Hidup Sang Guru Ilahi ini yakni: apa Dia yang diajarkan, Dia hidupi (lakukan) dan Dia hidupi itualah yang Dia ajarkan. Dengan demikian ada satu kesatuan antara kata dan perbuatanNya.

Bagi siapa saja yang sungguh mau mencari kebenaran sejati, dia akan dituntun untuk mencari dan terus mencari hingga menemukan, menyadari dan mengakui bahwa di tengah aneka jalan yang ditawarkan oleh dunia, Yesus lah jalan kebenaran yang sesungguhnya yang mampu menghantar manusia menemukan kehidupan sejati. Pengalaman kita bersama Tuhan tentu saja menyakinkan kita akan kebenaran ini. Karena itu memang benar dan pantas Yesus memproklamirkan diriNya sebagai Jalan, Kebenaran dan Hidup.

Dan siapa saja yang menemukan jati diri Yesus ini dalam proses pencarian, dia akan mengarahkan dirinya dan hidupnya dituntun oleh Yesus, Sang Jalan Kebenaran yang sebenarnya menuju kehidupan kekal. Inilah penemuan yang dialami oleh para murid dan jemaat Kristen perdana sehingga meskipun mereka mengalami banyak tantangan dan kesulitan, mereka tetap tekun dan berani mewartakan Yesus, sebagai Putra Allah yang datang untuk menuntun semua manusia pada jalan kebenaran dan hidup sejati.

Kebijaksanaan ini menjadi sebuah pencerahan bagi kita yang sedang dalam proses pencarian dan bersiarah di dunia fana ini. Kiranya kita semakin diyakinkan dalam pengalaman-pengalaman iman kita bersama Tuhan bahwa Yesus sungguh adalah Jalan, Kebenaran dan Hidup. Dan semoga kita yang sudah diyakinkan melalui pengalaman iman yang kita alami, hendaknya kita menjadi Jalan-Jalan kecil bagi sesama kita guna menghantar mereka bisa menemukan Yesus sendiri sebagai Jalan Utama dalam siarah hidup mereka dan dalam proses pencarian mereka sehingga mereka boleh mengalami dan merasakan kebaikan kasih Tuhan dalam hidup mereka. Dengan demikian Yesus, Tuhan kita makin diakui sebagai Jalan, Kebenaran dan sumber Hidup sejati. Amin.

Oleh Ibu Maria Veronica Heriyati
(Pimpinan Komunitas Kerahiman Ilahi Alam Indah Tangerang-Banten)

Doa Peneguhan :
Yesus, Sang Jalan, Kebenaran dan Hidup sejati. Terima kasih atas segala tuntunanMu selama ini dalam hidup kami hingga saat ini. Semakin kami dari waktu ke waktu terus menyadari kehadiran dan peran sentralMu ini dalam hidup kami serta berupaya mengarahkan hidup kami sesuai jalan kebenaranMu sehingga kami pun mengalami keselamatan dan kebahagian sejati yang Dikau janjikan untuk kami. Sebab Dikaulah Tuhan dan Pengantara kami yang hidup dan bertahta bersama Bapa dan Roh Kudus, kini dan sepanjang segala masa. Amin.

Published in Renungan

Satu fenomena menarik yang melingkupi hidup manusia ‘zaman now’ yakni kebanyakan orang begitu gencar mengejar kebahagiaan namun tidak sedikit yang kurang mengalaminya. Padahal bila kita membandingkan sarana-sarana pendukung hidup manusia di masa sekarang dengan masa-masa sebelumnya terlihat jelas bahwa dunia sekarang jauh lebih baik sarana-prasarananya. Namun mengapa banyak orang kurang bahkan tidak mengalami rasa damai dan bahagia di zaman now ini?

Pernyataan Yesus, Sang Guru Ilahi dalam Injil Yohanes 10: 25 menjawab pertayaan tersebut dengan singkat, padat dan jelas. Dan jawaban itu adalah karena manusia tidak percaya kepada Dia, sebagai Putra Allah yang hidup yang datang membebaskan dan menyelamatkan. Ajaran dan karya ajaib sudah dibuatNya namun manusia tidak percaya. Inilah yang membuat manusia tidak mampu menggapai kebahagian sejati. Padahal kebahagiaan sejati manusia yang sesungguhnya adalah tinggal bersama Tuhan, Sang Pencipta dan penjamin hidup kita. Namun bahagia itu sirna dari kita lantaran dosa. Ketidakpercayaan akan Tuhan membuat manusia tidak percaya pula akan Sabda dan karya ajaib yang dilakukakannya. Dan tidak lanjut dari ketidakpercayakan ini yakni kita lebih mencari pertolongan di luar Tuhan.

Ada hal menarik dari fenomen ketidakpercayaan manusia akan peran Tuhan dalam hidupnya yang patut kita renungkan. Sekalipun manusia ‘menolak’ tawaran pertolongan Tuhan dan mencari pertolongan di luar Tuhan namun hasrat dan perjuangan mencari kebenaran dan kebahagiaan sejati akan menghantar dia menyadari bahwa apapun bantuan manusia atau dunia teknologi secanggih apapun toh terbatas kemampuannya. Pada saat yang sama kita menyadari pula bahwa Tuhan selalu mau menolong kita hanya kita lah yang menjauh dari Tuhan. Sikap demikianlah yang membuat kita seakan tidak punya kemampuan mendekati Tuhan. Akibatnya kita mengeluh dan terus mengeluh. Namun Tuhan tetap konsisten dengan identitas dan karakter diriNya sebagai Allah yang Mahamurah dan penuh cinta. Dia senantiasa berinisiatif menghampiri kita dalam sosok Yesus karena cintaNya yang tak terbatas kepada kita.

Inilah pengalaman iman para Rasul dan jemaat perdana. Mereka yang sebelum ragu, tidak percaya bahkan melarikan diri namun kemudian menjadi percaya karena mereka sendiri diteguhkan oleh perbuatan-perbuatan ajaib yang dilakukan Tuhan kepada mereka dan melalui mereka. Dan mereka pun kemudian menjadi pewarta Sabda Tuhan dengan penuh keberanian (bdk. Kis. 11:20). Dengan warta ini dunia menikmati bahagia yang sesungguhnya.

Semoga kita pun dicerahi oleh Sabda Tuhan dalam proses pencarian kita guna menggapai kebahagiaan kita yang sesungguhnya yakni dalam Tuhan. Semoga Rahmat kebangkitanNya yang mengalahkan maut menungguhkan kita untuk untuk semakin percaya dan selalu mengandalkan Dia. Alleluya. Salve.

Oleh RD. Andreas Sika, Pr.
Pastor Pembantu di Paroki St. Yoseph Pekerja Penfui Keuskupan Agung Kupang dan juga Pembina Rohani (Pemroh) WKRI DPD NTT                        

Doa Peneguhan :
Ya Yesus, Sang Sabda yang hidup, tolonglah kami dalam perjuangan hidup kami agar senantiasa menjadikan Sabda-Mu sebagai KOMPAS penuntun langkah hidup dan perjuangan kami. Semoga kami juga menyadari kehadiran dan karya penyelenggaraan-Mu dalam peristiwa-peristiwa hidup yang kami alami sehingga kami diyakinkan selalu bahwa kami tidak pernah berjalan dan berjuang sendirian karena Dikau selalu menyertai dan menolong kami. Karena Dikaulah Tuhan dan Penolong kami yang hidup dan bersatu dengan Bapa serta Roh Kudus, kini dan sepanjang segala masa. Amin.                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                            

Published in Renungan
Sunday, 08 April 2018 13:23

Hidup Dalam Nama Tuhan

MANUSIA merupakan makhluk monodualistis, artinya makhluk individu dan juga makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial, manusia hidup saling membutuhkan. Manusia semakin menyadari individualitas melalui kehidupan bersama orang lain. Esensi manusia sebagai makhluk sosial adalah kesadaran manusia tentang status dan posisinya serta bagaimana tanggungjawab dan kewajibannya di dalam kebersamaan. Di lain pihak, manusia diciptakan berbeda satu sama lain. Perbedaan itu bisa menjadi alasan saling membutuhkan, tetapi juga menjadi ancaman yang melahirkan pertentangan.

Hidup bersama dalam nama Tuhan mengandung nilai-nilai kebersamaan sesuai dengan ajaran Tuhan. Seseorang disebut berdosa bila ia tak bisa hidup dalam kebersamaan dalam nama Tuhan. Dalam Injil Matius, Yesus memberi petunjuk bagaimana menyelamatkan orang yang hidup di luar kebersamaan. “Tegurlah dia empat mata, kalau tidak berhasil libatkan beberapa orang, dan kalau masih tidak berhasil sampaikan soal itu kepada jemaat. Kalau masih juga tidak berhasil maka orang tersebut dianggap tidak mengenal Tuhan sebagaimana dihayati dalam norma-norma kebersamaan” (bdk. Mat 18:15-20). Yang menarik dari petunjuk Yesus adalah sikap menghargai kebebasan individu dalam kebersamaan. Kesalahan dan dosa apapun yang dilakukan seseorang, jangan cepat menghakimi. Kita harus memberi ruang dan waktu, agar proses pertobatan dapat dijalani.

Makna kebersamaan terungkap dalam firman Tuhan: “sebab di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka.” Makna kebersamaan menurut firman Tuhan hari ini, hendaknya kita hidup bersama orang lain dan kebersamaan itu dalam nama Tuhan.

Yesus memanggil para murid untuk hidup bersama sebelum mereka diutus. Tinggal bersama Yesus menjadi hal yang sangat penting dalam proses menjadi seorang murid-Nya. Hidup bersama Yesus membawa dampak dalam kehidupan mereka secara pribadi, maupun dalam kebersamaan. Perubahan apa yang terjadi dalam hidup mereka? Para murid terpanggil untuk tumbuh dalam persaudaraan yang akrab denganYesus. Panggilan ini terungkap secara khusus dalam Injil Yohanes. Dalam cerita panggilan yang pertama (Yoh 1:39), Yesus mengundang murid-murid-Nya dengan mengatakan, “Marilah dan kamu akan melihatnya”, Yohanes menambahkan, “dan hari itu mereka tinggal bersama-sama dengan Dia.”

Hidup bersama Yesus merupakan puncak dari persahabatan dengan-Nya. Pada awal Injilnya Yohanes mengatakan “Mereka tetap bersama-Nya” (Yoh 1:39) dan menjelang akhir Injilnya Yesus sendiri menegaskan agar para murid “tinggal di dalam-Nya” (Yoh 15:14). Tinggal dalam Yesus memang tujuan dari kerasulan. “Tinggalah di dalam Aku dan Aku tinggal di dalam kamu”(Yoh 15:4). Pandangan yang sama diungkapkan St Paulus bahwa misinya kepada bangsa-bangsa sebenarnya adalah Kristus dapat menjadikan hati mereka sebagai rumah-Nya (Ef 13:17).

Dengan hidup bersama Yesus dan mengikuti-Nya, para rasul perlahan-lahan mulai belajar untuk berpikir dan bertindak seperti Yesus. Mereka mulai melihat masalah dan memecahkan persoalan berdasarkan pandangan Yesus. Dengan demikian, mereka ikut berperan serta melaksanakan kasih Yesus.

Yesus mengajak para murid untuk bersama dalam satu kelompok, tapi kadang terjadi ketegangan misalnya ada beberapa yang “mencari muka” (Mrk 10:38). Ini karena mereka orang biasa dan tak sempurna. Namun, Yesus menerima mereka dan mengajak mereka untuk berkembang sampai sungguh-sungguh menyadari arti mengikuti Yesus dan bertindak seperti yang dikehendaki-Nya.

Berkumpul atau hidup bersama dalam nama Tuhan menjadi inti dari seluruh kegiatan apostolik. Prasyarat karya apostolik yang berhasil adalah adanya pengalaman hubungan pribadi yang akrab dengan Kristus. Apa yang kita wartakan sebenarnya adalah hubungan kita yang mendalam dengan Kristus sendiri. Seperti Yohanes kita hendaknya juga mewartakan pengalaman kebersamaan kita dengan Kristus (1Yoh 1:1-4).

Pengalaman hidup umat perdana menjadi pelajaran bagi kita untuk merealisasikan ungkapan Yesus dalam Matius 18:20: “sebab di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka.” Gambaran tentang jemaat perdana dan bagaimana hidup bersama dalam nama Tuhan tertuang dalam Kisah Para Rasul 2:41-47 dan 5:32-35. Belajar dari umat perdana, maka kebersamaan dalam nama Tuhan membutuhkan pengakuan iman akan Yesus, mendengarkan firman-Nya, berdoa bersama, hidup berbagi khususnya bagi mereka yang berkekurangan.

Mgr John Philip Saklil

Published in Renungan

Kegiatan Terbaru

...sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa (Yohan...

25 October 2023
...sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa (Yohanes 15:5)

Bagaimana menyelaraskan nilai-nilai iman sejati dengan kecanggihan art...

PERAN SABDA DALAM GEREJA MISIONER

19 October 2022
PERAN SABDA DALAM GEREJA MISIONER

Pada hari Sabtu, 15 Oktober 2022 yang lalu, Komunitas Verbum Domini (K...

BILBE ZOOM IV PUSPITA SUMUR YAKUB BERSAMA KARDINAL SUHARYO

18 October 2022
BILBE ZOOM IV PUSPITA SUMUR YAKUB BERSAMA KARDINAL SUHARYO

Bible Zoom-Youtube Live-Streaming diadakan lagi oleh Tim Pengurus Pusa...

BILBE ZOOM III PUSPITA SUMUR YAKUB BERSAMA MGR. DR. SILVESTE...

16 October 2022
BILBE ZOOM III PUSPITA SUMUR YAKUB BERSAMA MGR. DR. SILVESTER SAN

Tim Pengurus Pusat Spiritualitas (Puspita) Sumur Yakub SVD-SSpS Indone...

BILBE ZOOM II PUSPITA SUMUR YAKUB BERSAMA P. LUKAS JUA, SVD

14 October 2022
BILBE ZOOM II PUSPITA SUMUR YAKUB BERSAMA P. LUKAS JUA, SVD

Tim Pengurus Pusat Spiritualitas (Puspita) Sumur Yakub SVD-SSpS Indone...

Tentang Kami

Nama yang dipilih untuk sentrum ini adalah “Pusat Spiritualitas Sumur Yakub” yang mempunyai misi khusus yaitu untuk melayani, bukan hanya anggota tarekat-tarekat yang didirikan Santu Arnoldus Janssen saja tetapi untuk semua... selebihnya

Berita Terbaru

©2025 Sumur Yakub - Pusat Spiritualitas. All Rights Reserved.

Search