Renungan

Displaying items by tag: renungan

Friday, 21 February 2020 20:15

MEMIMPIN ALA PETRUS

1 Pet.5:1-4; Mazmur23; Matius 16:13 - 19

Sahabat- sahabat Tuhan ytk!

Salam jumpa lagi di pekan keempat bulan Februari 2020 ini. Berkenaan dengan Pesta Tahta Petrus hari ini, kita diajak merenungkan pesan pesta ini khususnya kiprah kepemimpinan Rasul Petrus dalam terang Sabda Tuhan hari ini. Hal Ini penting untuk direnungkan karena setiap kita adalah MURID dan RASUL Tuhan, maka kita perlu memahami identitas dan tugas tersebut.

Injil hari ini mengisahkan moment penting yang merupakan cikal bakal istilah primus inter pares dimana Tuhan Yesus menyerahkan mandat kepemimpinan Gereja secara langsung kepada Rasul Petrus. Injil juga mengisahkan alasan mengapa mandat tersebut diberikan kepada Petrus bukan kepada murid Yesus yang lain.

Petrus diberi kuasa menggembalakan umat Tuhan karena pemahamannya yang jelas dan jernih tentang Siapa sosok Yesus yang sebenarnya. Dengan jawaban atas pertanyaan Yesus menggambarkan wawasan dan pemahaman tentang tujuan kehadiran Yesus di tengah dunia. Dengan demikian Petrus sudah memahami apa yang perlu dilakukan sebagai penerus tugas penggembalaan umat Tuhan.

Pemahaman tersebut tidak terlepas dari kesediaan dan kesetiaan dirinya mengikuti Yesus dari satu peristiwa ke peristiwa lainnya sehingga membuat dirinya memahami sosok Yesus dan apa peranNya bagi manusia. Karena itu Yesus menyerahkan kepemimpinan kepada Petrus agar dinahkodai.

Secara historis, Rasul Petrus sendiri menjalankan tugas kepemimpinan tersebut selama tiga puluhan tahun hingga digantikan oleh Paus Linus. Rasul Petrus sebagai paus pertama tentu mengalami langsung banyak hal dan peristiwa. Selama puluhan tahun menjalankan tugas kepemimpinan membuat dia belajar memahami apa seyogianya hidup dan berkiprah sebagai seorang pemimpin umat Tuhan. Tak mengherankan tulisan tulisannya merupakan pancaran kebijaksanannya.

Maka tepat sekali Gereja mentampilkan Kata kata bijak Paus pertama ini di pesta Tahta Petrus sebagai inspirasi bagi kita. 2 Nasihat Rasul Petrus itu di bacaan pertama hari ini ditampilkan di bagian akhir renungan ini sebagai refleksi bagi kita semua para Murid dan Rasul Tuhan di zaman Now ini- sesuai tugas dan peran yang sedang dipercayakan Tuhan kepada kita masing - masing

Nasihat pertama, Gembalakanlah kawanan domba Allah yang ada padamu, jangan dengan paksa, tetapi dengan sukarela sesuai dengan kehendak Allah dan jangan karena mau mencari keuntungan, tetapi dengan pengabdian diri (1Pet. 5:2)

Nasihat kedua, Janganlah kamu berbuat seolah-olah kamu mau memerintah atas mereka yang dipercayakan kepadamu, tetapi hendaklah kamu menjadi teladan bagi kawanan domba itu.  (1Ptr 5:3)

Selamat merenung semoga menjadi berkat dan peneguhan bagi kita semua, Amin.

DOA:
Syukur kepada-Mu Ya Allah Tritunggal Mahakudus atas segala anugrah dan kepercayaan yang Dikau anugrahkan kepada kami sebagai murid dan Rasul- Mu. Semoga Nasihat Rasul Petrus di pesta Tahta Petrus ini menginspirasikami untuk mengupayakan perwujudannya secara konkret dalam tugas-tugas penggembalaan yang dipercayakan kepada kami sehingga nama- Mu dimuliakan kini dan sepanjang masa. Amin.

( Oleh P. John Masneno, SUD , Sekretaris Eksekutif Pusat Spiritualitas Sumur Yakub)

Published in Renungan

BACAAN I : YAK 1: 12 – 18
MAZMUR : MZM 94:12 – 13a.14 – 15. 18 – 19
INJIL         : MRK 8: 14 -21

# Judul di atas lebih merupakan sebuah pertanyaan mendasar yang bakal meluruskan pandangan kita tentang peran Tuhan dalam karya penyelamatan manusia dan kontribusi manusia dalam menumpuk dosa. Memang di dalam kedua bacaan hari ini tersirat topik persoalan yang sama meskipun cara melihatnya berbeda. Persoalannya adalah “siapa yang cenderung mencoba dan siapa yang sering dicoba”.

# Yakobus menasihati para pengikut Kristus agar keluar dari sebuah keyakinan bahwa Allah mempunyai tendensi untuk mencobai manusia. Tidak! Allah tidak mencobai siapa pun. Allah  pun tidak dapat dicobai oleh yang jahat. Setiap orang dicobai oleh keinginannya sendiri karena ia diseret dan dipikat oleh keinginannya. Hal ini dapat terlihat jelas dalam sikap orang Farisi dan Ahli Taurat yang selalu cenderung bertanya pada Yesus hanya untuk mencobai Dia. Kecenderungan mereka untuk bertanya dengan tujuan mencobai Yesus inilah yang memotivasi mereka untuk berkomunikasi dengan Yesus. Inilah ragi orang farisi dan para ahli taurat. Inilah “rasa”/ragi orang Farisi yang selalu meminta TANDA. Padahal Yesus telah membuat begitu banyak tanda, termasuk perbanyakan roti untuk memberi makan ribuan orang. Iman mereka begitu bergantung pada hal-hal yang instan/magical/gebiar sesaat dan lenyap dari peredaran. Ketergantungan pada hal-hal instan inilah yang menyeret mereka untuk selalu mau mencoba Yesus.

# Hal ini tidak dikehendaki Yesus untuk dipanuti oleh para pengikut-Nya. Kalau iman dilandaskan pada hal-hal yang instan – pada tanda-tanda yang artifisial, maka iman itu tidak dalam karena lebih didasarkan pada “rasa” belaka. Oleh karen itu, janganlah mengenakan “rasa” orang farisi supaya kita tidak menjatuhkan diri sendiri ke dalam pencobaan. Manusia cenderung untuk mencoba - mencari tanda yang lebih mujarab untuk mengetahui berapa dalam Allah mencintai manusia. Iman seperti ini sungguh dangkal karena akan didasari pada “like  or dislike” – suka atau tidak suka. Ini sebuah pratanda iman yang dangkal. Yesus sangat menganjurkan kita untuk tidak menghidupi iman yang demikian. Hayatilah suatu iman yang sederhana, otentik dan tidak manipulative.

# Sekali lagi Allah bukan “pencoba/tukang coba” yang mendorong manusia untuk masuk dalam pencobaan. Manusia jatuh ke dalam pencobaan atas dorongan atau hasratnya sendiri. Allah bukan mendorong dia masuk dalam pencobaan. Sering saya sharing guyonan orang yang memplintir doa Bapa Kami dengan kata-kata ini, “Jangan masukkan kami ke dalam pencobaan karena kami bisa masuk sendiri”. Memang ini cuma sebuah guyonan. Namun sebenarnya secara tidak langsung mau menjelaskan bahwa Allah tidak pernah mau memasukkan manusia ke dalam pencobaan. Allah juga melalui Yesus Kristus – anak-Nya yang tunggal menghendaki agar manusia JANGAN MENJADI TUKANG COBA atau TUKANG DORONG/RAYU ORANG LAIN untuk masuk dalam pencobaan. (Mudah-mudahan segera ada realisasi penggunaan perubahan formulasi doa BAPA KAMI dari “jangan masukkan kami ke dalam pencobaan” ke formulasi yang baru “jangan biarkan kami masuk ke dalam pencobaan”/let us not into temptation).

# Kita mestinya seperti Allah sendiri. Allah kita adalah Allah yang menghendaki KEHIDUPAN. Pemazmur hari ini menegaskan jika Tuhan tidak akan membuang umat-Nya, milik pusaka-Nya tidak akan Ia tinggalkan. [Ketika aku berpikir, “kakiku goyang! Kasih setia-Mu, ya Tuhan, menopang aku…,] Tuhan adalah Bapa yang sungguh baik. Tak mungkin dia menghendaki dan bahkan mendorong anak-anak-Nya masuk ke dalam pencobaan. Ingat kisah Penciptaan. Allah tidak menyiapkan kondisi bagi Adam dan Hawa untuk masuk dalam pencobaan. Mereka berdua masuk dalam pencobaan karena memang hal itu atas keinginan atau kecenderungan mereka berdua sendiri. Mereka mengimpikan suatu keadaan di mana mereka dapat memiliki segala kemampuan sebagaimana Allah sendiri. Kita manusia pun tidak dikehendaki Allah untuk tinggal dalam kecenderungan untuk mencobai Allah dan sesama di sekitar kita. Hendaknya kita, oleh tuntutan Roh Kudus, menguasai diri kita agar tidak masuk dalam pencobaan, dan tidak menyeret orang lain untuk masuk dalam pencobaan yang sama bahkan tidak menggiring sesama untuk MENCOBAI  sesamanya. Mari kita jalani hari ini dengan satu kesadaran bahwa TUHAN TIDAK MEMBERI KITA COBAAN MELAINKAN KITA YANG BERHASRAT UNTUK MASUK DALAM PENCOBAAN.

Have a wonderful day filled with love and mercy. Greetings from Masohi manise…..

Oleh Romo Pius Lawe, Svd.

Published in Renungan
Friday, 27 December 2019 17:33

BIARKAN DIRI DITUNTUN OLEH TUHAN

1Yoh. 1:5-2:2, Mzm 124, Matius 2:13-18E

Sahabat-sahabat Tuhan Ytk!

Selamat Pesta Natal. Kita masih dalam suasana bahagia Natal. Di hari-hari sukacita Natal ini, Gereja mengajak kita memaknai Natal dalam konteks kehidupan kita. Gereja menempatkan tiga pesta iman setelah Perayaan Natal 25 Desember sebagai momentum berahmat bagi kita guna memaknai identitas diri kita sebagai pengikut-pengikut Tuhan. Ketiga pesta yang dimaksud yakni Pesta Santu Stefanus, Martir pertama pada 26 Desember; Pesta Yohanes Rasul yang paling dikasihi Yesus pada 27 Desember kemarin; dan Pesta Kanak-Kanak Suci pada hari ini. Ketiga memiliki pesan iman bagi kita untuk direnungkan.

Berkenaan dengan maksud tersebut, Injil hari ini berkisah tentang kisah pembunuhan Kanak-Kanak Suci di Betlehem pasca kelahiran Yesus. Kita diajak merenungkan satu kebenaran sejati yang ditampilkan dalam diri figur-figur dalam teks tersebut yakni pentingnya membiarkan diri kita dituntun oleh Tuhan yang Mahakuasa dan Mahabijaksana. Orang yang membairkan diri dituntun oleh Tuhan akan sanggup menjalani susah senang hidupnya dengan bijak. Sebaliknya orang hidup seturut keinginan manusiawi duniawi sekalipun hidupnya sudah ke arah sukses namun akan ambruk pada waktunya.

Sosok Raja Herodes yang ditampilkan dalam Injil hari ini membuktikan pernyataan di atas. Kelobahan akan kekuasaan duniawi dan rasa tersaingi oleh kehadiran Yesus, menumbuhkan iktiar jahat dalam hatinya untuk membunuh Yesus, Sang Kebenaran Sejati. Herodes yang hidup dalam tuntunan manusia duniawinya lebih kesetanan lagi ketika menyadari bahwa para Majus tidak menuruti keinginannya. Maka diapun memerintahkan untuk membunuh semua bayi di Betlehem.

Herodes adalah presentasi hidup orang-orang yang hidup seturut keiginan manusiawi duniawi yang mengubah cerita kehidupan mereka dari orang hebat dan panutan menjadi sosok antagonis kebenaran dan kasih serta kebijaksaan sejati. Maka kisah Herodes semakin mempertegas kebenaran adagium dalam dunia kepemimpinan pada segala level baik pada level memimpin diri maupun sesama yakni : to lead is to be led (mau memimpin maka perlu dipimpin). Artinya kalau mau memimpin maka pertama-tama perlu membiarkan diri dipimpin oleh Allah dan Roh-Nya sehingga bisa mengarahkan panji kepemimpinan sesuai kehendak Tuhan.   

Hal ini bisa kita temukan dalam figure-figur protagonis yang ditampilkan dalam Injil hari ini juga seperti ketiga orang Majus. Kerelaan dan kesediaan mengikuti tuntunan Tuhan akan memampukan mereka menghadapi situasi hidup dengan bijak. Kebeningan hati mereka memampukan mereka dengan mudah ‘menangkap’ maksud jahat raja Herodes yang terkesan bermulut manis tetapi sebenarnya berniat jahat mau membunuh bayi Yesus.  Mereka memilih ‘jalan lain’ bukan karena mereka pengecut atau pecundang.

Sebagai orang-orang yang hidup dalam bimbingan Roh Tuhan, mereka ‘tahu’ apa jalan terbaik yang perlu tempuh sekalipun bertentangan dengan kemauan Herodes. Karena bagi tipe orang seperti mereka, tunduk pada jalan kehendak Tuhan adalah suatu pilihan mutlak. Maka figure-figur ini ditampilkan kepada kita di masa Natal agar kita semakin menata dan mengarahkan hidup kita dalam bimbingan Sang Tuhan, pengarah sejati hidup kita.

Figur lain yang tak kalah menarik untuk direnungkan yakni sosok Santu Yusuf, suami Maria. Sebagaimana ditampilkan dalam Injil hari ini, Yusuf adalah sosok pendiam yang ‘minus’ kata tetapi senantiasa memberi tempat bagi Tuhan dalam hatinya dan berupaya hidup menurut tuntunan Tuhan, Sang Pembimbing hidupnya. Karena sikap bathin demikian, memampukan Yusuf menghadapi peristiwa-peristiwa yang meski penuh pertanyaan tetapi dihadapi dengan bijak seturut kehendak dan tuntunan Tuhan. Tuhan menuntun setiap orang dengan cara-Nya dalam menghadapi berbagai peristiwa hidup yang terjadi. Sikap penting di sini yakni keterbukaan dan kesediaan mengikuti tuntunan Tuhan seperti Santu Yusuf.

Sahabat-sahabat Tuhan Ytk!

Kita sedang berada di penghujung tahun 2019. Sudah banyak peristiwa yang sudah kita alami dan jalani baik pada level pribadi maupun level bersama. Maka baiklah pesan-pesan suci yang disampaikan lewat perayaan Natal dan pesta-pesta suci hari-hari ini menjadi ajakan bijak bagi kita untuk membuat semacam kaleidoskop pribadi guna merenungkan ziarah hidup kita termasuk kejadian-kejadian yang kita saksikan atau alami sepanjang tahun ini. Mungkin ada yang mengalami kejadian mirip dengan apa yang dialami para Majus, Santu Yusuf atau Kanak-Kanak di Betelehem yang mati hanya karena kejahatan sesamanya yang punya kepentingan-kepentingan duniawi seperti Herodes.

Refleksi yang genuin atas semua kejadian itu dan melihat tuntunan Roh Tuhan dalam diri kita seperti Para Majus dan Santu Yusus, sudah pasti menumbuhkan rasa syukur nan iklas dari hati kita atas tuntunan Tuhan Roh-Nya yang telah menuntun dan memampukan menghadapi semuanya itu. Dan kiranya semakin memantapkan iman dan tekad kita untuk senantiasa membiarkan diri kita dituntun oleh Tuhan dan jalan-Nya karena kita sudah diyakinkan untuk percaya bahwa tuntunan Tuhan amat bijak dan layak diandalkan dalam ziarah hidup kita termasuk di tahun yang baru nanti
Selamat membuat Kaleidoskop Anda atas ziarah iman sepanjang 2019 ini, semoga semakin memantapkan tekad untuk senantiasa hidup dalam tuntunan Sang Jalan Kebenaran dan Hidup.

Tuhan memberkati.

P. John Masneno, SVD
(Sekretaris Eksekutif Pusat Spiritualitas Sumur Yakub)

Published in Renungan
Wednesday, 21 August 2019 10:33

RASA SYUKUR MENGALAHKAN DENGKI DAN IRI

Rabu, 21 Agustus 2019
Pw. S. Pius X, Paus (P)
Hakim-hakim 9:6-15
Matius 20:1-16a

"Iri hatikah engkau karena aku murah hati?" Matius 20:15b

Kata-kata ini berasal dari perumpamaan tentang orang-orang upahan di kebun anggur yang dipekerjakan pada lima jam waktu kerja yang berbeda pada hari yang sama. Kelompok pekerja pertama dipekerjakan pada pagi-pagi buta, kelompok kedua diperjakan pada jam sembila pagi, kelompok ketiga dipekerjakan pada jam dua belas siang, kelompok keempat dipekerjakan pada jam tiga petang dan kelompok kelima dipekerjakan pada jam 5 petang. Mereka yang dipekerjakan sejak pagi bekerja selama dua belas jam, sedangkan mereka yang dipekerjakan pada jam lima petang bekerja hanya satu jam saja. Masalahnya adalah pemilik kebun anggur itu membayar semua pekerja dengan jumlah upah yang sama seolah-olah semua mereka bekerja selama dua belas jam.

Berhadapan dengan pengalaman dan situasi seperti ini, siapa saja bisa merasa cemburu karena seolah-olah dia diperlakukan secara tidak adil. Iri hati adalah satu bentuk kesedihan atau kemarahan katika melihat keberutungan orang lain. Mungkin kita semua dapat memahami mengapa mereka yang bekerja dari mata hari terbit merasa iri hati karena mereka bekerja selama dua belas jam di bawah terik matahari dan mendapat upah satu dinar sama seperti mereka yang hanya bekerja satu jam. Mereka sudah bekerja satu hari penuh dan menerima pembayaran satu hari penuh (satu dinar) sesuai kesepakatan awal. Tapi mereka merasa cemburu karena mereka yang bekerja hanya satu jam diperlakukan dengan murah hati oleh pemilik kebun anggur karena mereka mendapat upah satu hari penuh.

Coba tempatkan dirimu ke dalam perumpamaan ini dan refleksikan bagaimana anda akan mengalami tindakan penuh dermawan ini dari pemilik kebun anggur terhadap pekerja - pekerja jam ketiga dan jam kelima. Akankah anda melihat kedermawan pemilik kebun anggur ini dan bersukacita untuk mereka yang diperlakukan dengan sangat baik? Apakah anda akan bersukacita bersama mereka karena mereka mendapat perlakuan yang sangat spesial ini? Atau apakah anda juga menemukan dirimu seperti pekerja-pekerja jam pertama, merasa iri hati dan tidak bahagia?

Kalau kita mau berkata jujur, kebanyakan kita pasti akan berjuang melawan sikap iri hati dalam situasi seperti ini. Namun jika kita mampu mengatasinya, maka realisasi itu adalah sebuah rahmat. Itu adalah sebuah rahmat untuk menjadi sadar akan buruknya dosa kecemburuan dan iri hati. Sekalipun kita mungkin tidak berada dalam posisi tidak merasa iri hati, itu adalah rahmat untuk melihat bahwa tendensi itu ada di dalam diri kita.

Perumpamaan ini menunjukkan kepada kita tentang kemurahan hati Allah. Entah kita pekerja jam pertama, jam kesembilan, jam dua belas, jam tiga atau jam lima soreh, pada akhir hari, kita akan mendapat upah yang sama satu dinar, yakni keselamatan. Allah selalu mencari kita sepanjang hari untuk mengirim kita ke kebun anggur-Nya. Ia selalu mencari kita untuk mengalami kemurahan hati-Nya.

Mari kita melihat diri kita sendiri. Apakah ada rasa iri dalam hati kita ketika kita melihat kesuksesan dan nasib baik yang dialami oleh sesama kita? Apakah kita ikut bergembira pada saat kita melihat kesuksesan dan keberhasilan sesama, karena kita tahu bahwa Tuhan pasti akan membuat kita mengalami kesuksesan yang sama? Dapatkah kita dengan tulus bersyukur kepada Allah ketika sasama kita diberkati dengan keberuntungan yang tak disangka-sangka?

Jika ini adalah suatu perjuangan dalam hidupmu, maka paling kurang bersyukurlah kepada Allah karena anda menyadarinya. Iri hati dan cemburu adalah dosa, dan ia adalah dosa yang membuat kita tidak merasa puas dan sedih atas kesuksan orang lain. Kita patut bersyukur karena kita menyadarinya karena ini adalah langkah pertama untuk mengatasinya.

Doa:
Tuhan, saya berdosa dan dengan jujur saya mengakui bahwa saya memiliki rasa iri hati dan cemburu dalam hatiku. Terima kasih karena Tuhan sudah membantuku melihat dosaku ini dan membantuku untuk mengatasinya. Gantilah rasa iriku dengan rasa syukur atas kelimpahan rahmat dan belas kasih yang Engkau curahkan ke atas sesamaku. Amin

Oleh : P Yosef Ruma, SVD (Misionaris Serikat Sabda Allah berkarya di Provinsi SVD Ende) Paroki St. John the Baptist Ritaebang

Published in Renungan
Thursday, 13 September 2018 15:28

PERLUNYA PERTIMBANGAN BATHIN SEBELUM BERTUTUR

Tuhan punya cara menyapa kita dalam perjalanan hidup kita melalui hal-hal atau peristiwa yang sederhana dan biasa-biasa namun punya daya sapa luar biasa bila kita menaruh perhatian pada sapaan-sapaan sederhana itu. Sejalan dengan kebenaran itu, kita diajak merenungkan refleksi singkat seorang Frater -Fr. Wilfridus Oki, SVD namanya- yang disampaikan pada Misa Kudus di Kapela Agung Ledalero dalam rangka memperingati kematian Santu Yohanes Pembaptisan.

Refleksi Fr. Wil menyampaikan refleksinya yang singkat tapi sungguh bernas untuk direnungkan. Refleksinya berkaitan dengan pesan Injil Markus 6: 17-19 yang berisi tentang permintaan Herodias melalui putrinya kepada Raja Herodes untuk menyerahkan baginya kepala Yohanes Pembaptis. Renungan singkat Fr Wil mengandung kebenaran yang perlu direnungkan oleh siapa saja karena bernada introspektif. Berikut ini adalah renungan singkat yang disampaikan Fr Wil saat misa pagi di Kapela Agung Seminari Tinggi Ledalero dalam rangka memperingati Kematian Santu Yohanes Pembaptis:

Saudara-saudariku yang terkasih dalam Kristus,

Acapkali manusia malu kalau dicap penjilat ludah sendiri. Manusia, termasuk kita semua, enggan menarik kembali setiap kata (apalagi sumpah) yang kita ucapkan kepada orang lain walau hal itu berakibat buru bagi diri kita dan orang di sekitar kita. Mungkin bisa dikatakan bahwa kita kerap kali dikuasai oleh ego dan gengsi.

Raja Herodes dalam kisah kematian Santu Yohanes Pembaptis menyuruh memenggal kepala Yohanes Pembaptis hanya karena dia mau menyenangkan hati putri Herodias dan terlebih menjaga gengsinya di depan para tamu yang hadir saat itu dan mendengar langsung janjinya kepada Putri Herodias bahwa dia akan memberikan apa saja yang dimintanya. Herodes sendiri sebenarnya mengalami konflik bathin saat harus mengambil keputusan untuk menyuruh para alogojo memenggal kepala Yohanes Pembaptis. Alasannya karena dia tahu baik bahwa Yohanes Pembaptis adalah orang baik dan suci yang mewartakan kebenaran dalam kata dan hidupnya. Karena alasan itu maka sebenarnya Herodes melakukan suatu tindakan yang sebenarnya melawan hati nuraninya sendiri.

Kisah naas ini ditulis dalam Kitab Suci agar pertama, menjadi peringatan bagi kita dari waktu ke waktu agar kita lebih berhati-hati dalam bertutur dan bertindak khsussnya dalam kata dan tindakan kita yang berhubungan erat dengan nasib orang lain. Kita diajak untuk tidak secara gamlang atau seenaknya saja membuat sumpah atau mengeluarkan kata-kata kepada siapa saja tanpa terlebih dahulu memikirkanya secara matang efeknya. Kita perlu mempertingkan akibat-akibat buruk sebagai konsekuensi lanjut dari ucapan dan tindakan kita.

Pesan kedua dari kisah ini yakni, hendaknya peringatan kematian Santu Yohanes Pembaptis semakin mengobarkan semangat dan tekad kita sebagai abdi-abdi Tuhan untuk tetap menyuarakan kebenaran dan keadilan dalam hidup kita. Pewartaan ini hendaknya dimulai dari kesaksian hidup pribadi kita dalam keseharian hidup kita sehingga apa yang kita suarakan kepada orang lain dibenarkan juga oleh sikap hidup harian kita.

Tuhan memberkati kita selalu.

(Fr Wilfridus Oki, SVD, Tingkat II Seminari Tinggi St. Paulus Ledalero-Maumere Flores-NTT)

Published in Refleksi
Thursday, 13 September 2018 15:17

TIPS YESUS DALAM MENCARI KEBAHAGIAAN

Kebahagiaan merupakan salah satu tujuan utama yang hendak digapai oleh setiap kita. Setiap aktifitas yang kita lakukan setiap hari senantiasa bertujuan untuk memperoleh kebahagiaan yang kita harapkan itu. Karenanya kita berjuang dan terus berjuang menata hidup dan seluruh kegiatan kita agar bisa menghantar kita menemukan kebahagiaan itu.

Menariknya takaran kebahagiaan setiap orang selalu berbeda-beda. Hal inilah yang membuat orang-orang yang sedang mencari model kebahagiaan sejati kadang bingung dan bertanya-tanya: manakah kebahagiaan sejati yang perlu diupayakan akan kita memperoleh kebahagiaan yang sesungguhnya.

Menjawab pertanyaan tersebut, penginjil Lukas (Lukas 6:20-23) menampilkan TIPS spiritual yang perlu dilakukan dan dihindarkan sebagaimana disampaikan oleh Yesus, Guru Kebenaran Sejati dalam upaya menggapai kebahagiaan:

  • Berbahagialah, hai kamu yang miskin, karena kamulah yang empunya Kerajaan Allah.
  • Berbahagialah, hai kamu yang sekarang ini lapar, karena kamu akan dipuaskan. Berbahagialah, hai kamu yang sekarang ini menangis, karena kamu akan tertawa.
  • Berbahagialah kamu, jika karena Anak Manusia orang membenci kamu, dan jika mereka mengucilkan kamu, dan mencela kamu serta menolak namamu sebagai sesuatu yang jahat.
  • Tetapi celakalah kamu, hai kamu yang kaya, karena dalam kekayaanmu kamu telah memperoleh penghiburanmu.
  • Celakalah kamu, yang sekarang ini kenyang, karena kamu akan lapar. Celakalah kamu, yang sekarang ini tertawa, karena kamu akan berdukacita dan menangis.
  • Celakalah kamu, jika semua orang memuji kamu; karena secara demikian juga nenek moyang mereka telah memperlakukan nabi-nabi palsu."

Dari ajaran Yesus tersebut kita menemukan bahwa ternyata kebahagiaan merupakan suatu hasil dari sebuah proses yang perlu kita upayakan. Bagi mereka yang tidak mau berproses dalam situasi hidup yang disebutkan Yesus tersebut, akan melihat ajaran-ajaran Yesus tersebut hanya sebagai kata-kata hiburatif semata. Anehnya tuntutan mau bahagia kadang bahkan sering mendorong mereka untuk menempuh jalan pintas dalam upaya menggapai kebahagiaan. Tapi biasanya kebahagiaan yang didapatkan dengan jalan demikian apalagi tidak halal akan membuat orang itu tidak menemukan kebahagiaan sejati.

Hanya ketika kita mau masuk dalam suatu proses memperjuangkan amanah-amanah bijak tersebut, di sana kita akan belajar mengenal, memahami dan mengakui bahwa di balik ajaran suci itu ada kebenaran yang memerdekakan dan membahagiakan. Dengan kata lain:

  • kebahagiaan sejati lahir dari perjuangan untuk tetap berpasrah dalam iman nan kokoh akan penyelenggaraan dan pertolongan Tuhan di tengah situasi dunia kurang mengakui peran Tuhan.
  • Kebahagiaan sejati lahir dari pergulatan mengubah cara pandang kita yang hanya berdasar pada pikiran dan rancangan kita, dan berani melihat peristiwa-peristiwa yang kita alami dari sisi kehendak dan rancangan Tuhan.
  • Kebahagian sejati lahir dari pergulatan mempertahankan kebenaran dan kebaikan sejati yang diajarkan Tuhan meskipun harus menanggung aneka resiko karena teguhnya komitmen untuk tetap pada mengabdi Tuhan dan ajaranNya.
  • Kebahagiaan sejati bersumber dari upaya menggunakan harta duniawi untuk melayani sesama bukan memanfaatkan sesama untuk menggapai harta duniawi
  • Kebagaiaan sejati lahir dari niat mulia memuliakan Tuhan dan semua serta mengihindarkan diri dari upaya mengarahkan aktifitas pada diri (self-center).

Mari kita terus berupaya menghindarkan diri kita dari hal-hal yang tidak mampu membuat kita menggapai kebahagiaan abadi. Dan sebaliknya terus mengupayakan hal-hal yang bisa menghantar kita menggapai kebahagiaan sejati.

Oleh Fr. Charly Ka’u, SVD, (sedang menjalani masa formasi Imamatnya di Seminari Tinggi St. Paulus Ledalero) 

Published in Refleksi
Friday, 13 July 2018 18:44

ROH ALLAH BERKARYA MENOLONG KITA

Saudara-saudari yang terkasih dalam Kristus,
Berkenaan dengan Injil hari ini dari Matius 10: 16-23, saya mengajak kita sekalian merenungkan janji dan peneguhan Yesus kepada para muridNya ketika mereka diutus mewartakan Kabar Gembira dan menyebarkan Kerajaan Allah ke seluruh dunia. Yesus secara terbuka menyampaikan kepada para muridNya bahwa dalam menjalankan tugas perutusan, mereka akan dihadapkan juga pada situasi sulit. Namun Yesus meneguhkan mereka untuk tidak cemas dan takut menghadapi semuanya itu karena Roh BapaNya akan berkarya menolong mereka. Bila janji ini ditelusuri dalam kisah hidup dan karya pewartaan para Rasul, hal ini sungguh terbukti kebenarannya. Roh Allah senantiasa membimbing mereka dalam segala karya mereka termasuk dalam situasi sulit.
Maka teks ini mau mengingatkan kita para rasul Tuhan masa kini agar yakin akan pertolongan Roh Allah dalam hidup dan karya kita khususnya di saat kita menghadapi tantangan dan kesulitan. Secara pribadi Sabda Tuhan ini kembali meneguhkan saya akan inspirasi-inspirasi yang saya dapatkan dalam Lokaretret Bibliodrama yang sedang saya jalani selama hari-hari ini. Program Spiritual ini membantu saya makin diteguhkan dalam keyakinan saya akan penyelenggaraan Ilahi dalam hidup dan karyaku sebagai abdi Roh Kudus. Roh Tuhan sungguh senantiasa berkarya dalam hidup kita baik dalam hal-hal kecil-sederhana maupun hal-hal besar yang kita alami.

Dan saya yakin saudara-saudari juga meyakini hal yang sama berdasarkan pengalaman iman yang kita alami dalam hidup kita. Peneguhan Ilahi yang kita alami langsung dalam hidup kita semakin meneguhkan kita akan kebenaran iman kita akan adanya kesetiaan Tuhan yang tidak pernah menjauh dari hidup kita. Bila kita sungguh berpasrah dalam keyakinan Iman akan penyelenggaraan Ilahi serta tekun berakar pada Sang Sabda maka tidak ada yang harus dikhawatirkan.

Yang terpenting bagi kita adalah perlunya membuka mata hati dan telinga iman kita untuk melihat dan mendengarkan cara kerja Roh Allah yang berkarya menolong kita dalam kesulitan dan tantangan yang kita alami. Kesediaan mengasah kepekaan ‘menangkap’ karya Roh Allah akan besar perannya dalam perjalanan kehidupan rohani kita. Kita akan mudah menangkap karya Ilahi dalam hidup kita. Sebaliknya, kurangnya perhatian dan kesadaran akan hal ini membuat kita mengalami kesulitan dalam memahami dan ‘melihat’ penyelenggaraan Roh Allah dalam hidup kita. Hal ini bisa membuat kita mempertanyakan janji penyelenggaraan Tuhan kepada kita. Padahal akar persoalan bukan pada Tuhan tetapi pada diri kita yang tidak mampu ‘menangkap’ karya Allah dalam hidup kita.

Mari kita merenungkan pesan Injil hari ini seraya terus membuka diri pada tuntunan Roh Allah agar kita mampu memahami cara kerjaNya dalam hidup kita dan berani berpasrah diri pada penyelenggaraan IlahiNya.

DOA PENEGUHAN :
Bapa Di Surga, bantulah kami anak-anakMu agar kami mampu menyadari dan  melihat bantuan karya RohMu sebagaimana diajarkan dan dijanjikan Yesus PutraMu agar kami semakin percaya dan berani menaruh harapan pada penyelenggaraanNya dalam hidup kami termasuk dalam kesulitan kami. Sehingga kami makin mengimani dan mengagungkan Dikau bersama Yesus PutraMu dalam persekutuan dengan Roh Kudus, kini dan sepanjang masa. Amin.
(Oleh Sr. Floriana, SSpS, di Komunitas Provinsialat SSpS Jawa di Surabaya dan berkarya sebagai Prokurator Misi Provinsi SSpS Jawa).

Published in Renungan
Tuesday, 15 May 2018 10:24

Hidup dalam Semangat Kasih Allah

Saudarai/i kekasih Tuhan di mana saja berada.

Sontak kita dikejutkan oleh peristiwa duka yang melanda negeri kita tercinta ini akibat tindakan tidak berperikemanusiaan yang dilakukan kaum teroris hari-hari terakhir ini. Tentu ada banyak pemaknaan atas peritiwa tersebut.

Dalam terang iman Kristiani kita bisa memaknai peristiwa ini sebagai suatu tindakan tidak terpuji yang merusak persaudaraan dan kebersamaan serta mengorbankan nyawa banyak orang yang sedang bertemu Tuhan dalam doa.

Tentu banyak reaksi atas aksi tak bermoral itu. Injil hari ini Yoh 17.1-11a mengingatkan kita tentang impian luhur Allah yang menghendaki semua manusia hidup bersatu, rukun dan damai. Yesus Kristus telah memberi hidupNya sendiri bagi semua umat manusia tanpa perbedaan. Karena itu kita pun diajak saling menerima sesama dalam terang amanat Tuhan untuk saling mengasihi.

Sikap iman demikian tentunya membantu kita menata kebersamaan dalam ikatan persatuan dan persaudaraan nan iklas dengan siapa saja. Sikap luhur demikian sekaligus membantu kita menepis segala sikap negatif destruktif yang merusak persatuan dan persaudaraan termasuk tindakan-tindakan tidak terpuji seperti terorisme yang sedang dialami bangsa kita tercinta ini yang menjunjung tinggi persatuan dan persaudaraan dalam kebhinekaan.

Apa yang mau dicari dalam hidup ini? Toh semuanya fana. Hanya Tuhan dan titahNya yang sejati. Makanya kita dituntun untuk menjalankan amanat Tuhan yang menghendaki agar kita hidup sebagai milik kepunyaan Bapa yang saling mengasihi dan melindungi dari yang jahat. Dengan hidup demikian kita pun akan mengalami hidup sejati yang dijanjikan Bapa.

Baiklah kita refleksikan amanat mulia Tuhan dalam terang Injil hari ini dari Yohanes 17: 1-11a. Semoga kita saling mengasihi dengan tulus dan menjauhkan segala kejahatan yang merusak kebersamaan kita di negeri tercinta ini.

Doa Peneguhan
Allah Bapa di Surga,  kami semua adalah milikMu. Semoga dengan bantuan RohMu kami saling mengasihi dan melindungi dari segala hal yang  buruk dan jahat di mataMu. Jagalah kami anak-anakMu dari segala mara bahaya dan rencana jahat manusia agar kami tetap hidup dalam ikatan kasih persaudaraan sejati yang bersumber dari Dikau sendiri. Kami mohon semuanya ini melalui Yesus Kristus PutraMu yang hidup dan bertahta bersama Dikau dan Roh Kudus, kini dan sepanjang segala masa. Amin.

Oleh Maria Th.Roslin S.Lana.
(Ketua Cabang WKRI St. Matias Rasul Tofa Kupang & Koordinator Comunitas Singel Parent's Sumur Yakub Cabang Kupang)

Published in Renungan

Ada banyak ilmu pengetahuan dan teknologi yang dicetuskan oleh manusia sebagai pedoman dalam mencari kesejahteraan hidup. Apapun jalan pengetahuan yang ditawarkan manusia toh terbatas sifatnya.

Lalu apa sebenarnya yang membuat manusia bisa menggapai kebahagiaan sejati? Yesus melalui perumpamaanNya tentang ranting dan pokok angggur mau mengajar kita bhw kalau mau hidup bahagia selamanya maka perlu tetap menyatu dengan Tuhan.

Mengapa perlu demikian? Alasannya karena Dia adalah pencipta dan sumber hidup kita. Perumpamaan ttg Pokok Anggur mau meneggaskan hal ini. Karena itu kesediaan kita  tetap menyatu dengan Dia menjadi syarat mutlak bila kita mau tetap hidup subur dan berbuah berlimpah.

Dengan tetap menyatu dengan Dia sebenarnya kita hidup dalam kemanjaan kasih dan perhatian Bapa yg penuh kasih. Karena dengan menyatu dengan Dia maka Tuhanlah yg memberi hidup kepada kita.

Sayang sekali manusia lebih suka mencari kehidupan di luar Tuhan. Namun toh pada waktunya mereka menyadari dan menemukan kembali bhw Tuhan lah sumber kehidupan yang sebenarnya.

Maka bacaan ini mau menyadarkan kita agar kita hendaknya tekun setia menyatu dengan Dia, Sang Pokok Anggur dan sumber kehidupan kita yang sebenarnya. Tujuan lain bacaan ini yakni kita juga dihimbau terus berupaya mengajak sesama kita yang melepaskan diri dari Tuhan dalam berbagai bentuk agar mereka kembali kepada Tuhan Sang Penjamin hidup sejati.

Semoga kita tekun setia menyatu dengan Tuhan pokok anggur kehidupan kita dan kita pun bersedia membagikan rahmat kasih Tuhan kepada sesama. Amin

Oleh Sr Eufrasia. SSpS.
(Komunitas SSpS Dili Timor Leste)

DOA PENEGUHAN
Tuhan Yesus, Sang Pokok Angggur. Syukur atas segala rahmatMu yg berlimpah dalam hidup kami. Semoga kami sebagai ranting-ranting anggur semakin setia menyatu dengan Dikau sehingga kami makin berbuah limpah. Karena Engkaulah sumber hidup kami kini dan selamanya. Amin.

Published in Renungan
Saturday, 28 April 2018 14:18

Rohlah Yang Memberi Hidup (Yoh. 60:63)

Hari ini Yesus bersabda kepada kita melalui Injil Yohanes bahwa Rohlah  yang memberi hidup (Yoh. 60: 63). Sabda Yesus ini mau menegaskan bahwa sesungguhnya Roh Kuduslah yang berperan dalam seluruh hidup Yesus. Yesus sendiri dikandung dari Roh Kudus (Mat.1:18, 20); ketika memulai pelayanan-Nya, Ia penuh dengan Roh Kudus; Yesus dibawa oleh Roh Kudus ke padang gurun (Luk.4:1); atau dalam Injil Mateus dikisakan bahwa Yesus mengusir setan dengan kuasa Roh (Mat.12:28).

Sabda Yesus, Rohlah yang memberi hidup, sesungguhnya mau meyakinkan kepada kita bahwa Roh Kuduslah yang berperan dalam seluruh kehidupan kita yang telah menjadi murid-murid-Nya yang setia.  Bahwa kita bisa hidup, berada dan bergerak adalah oleh Roh Kudus tanpa mengadakan perbedaan-perbedaan, entah baik entah buruk waktunya.

Yesus mau menegaskan kepada kita bahwa Roh Kuduslah yang setia menuntun langkah hidup kita, memberi kita karunia-karunia istimewa sesuai kehendak-Nya; Roh Kuduslah yang memberi kita iman dan kesembuhan; Roh Kuduslah yang membimbing dan mengingatkan kita ketika kita salah melangkah dan Roh Kuduslah yang menguatkan kita bila kita lemah.

Oleh sebab itu kita harus mau dilahirkan kembali oleh Roh setiap saat dan mau dijadikan hidup oleh Roh. Kita harus yakin teguh bahwa Roh Kudus akan mengubah kita menjadi manusia baru setiap saat. Yakin bahwa Roh Kuduslah yang akan menjadikan hubungan antara kita dengan Tuhan Yesus Putra Allah yang bangkit menjadi semakin dekat dan akrab dan dengan demikian kita akan tetap mampu memikirkan hal-hal yang berasal dari Roh yang memberi kita hidup dan mengalami damai sejahtera seperti kata-kata pertama yang diucapkan Yesus setelah kebangkitan-Nya: "Damai Sejahtera bagimu"

Oleh : Bpk John D. Bosco Latuan
(Koordinator Umum Komunitas Doa Hati Tak Bernoda Maumere Flores-NTT)

DOA PENEGUHAN
Ya Tuhan syukur berlimpah atas anugrah Roh Kudus yang menolong menyelenggarakan hidup kami. Tolonglah kami dengan RahmatMu agar kami selalu mengikuti bimbingan RohMu yang kudus sehingga kami mampu tekun setia hidup sebagai anak-anakMu. Kami mohon ini demi Kristus Tuhan kami. Amin.

Published in Renungan
Page 2 of 4

Kegiatan Terbaru

...sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa (Yohan...

25 October 2023
...sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa (Yohanes 15:5)

Bagaimana menyelaraskan nilai-nilai iman sejati dengan kecanggihan art...

PERAN SABDA DALAM GEREJA MISIONER

19 October 2022
PERAN SABDA DALAM GEREJA MISIONER

Pada hari Sabtu, 15 Oktober 2022 yang lalu, Komunitas Verbum Domini (K...

BILBE ZOOM IV PUSPITA SUMUR YAKUB BERSAMA KARDINAL SUHARYO

18 October 2022
BILBE ZOOM IV PUSPITA SUMUR YAKUB BERSAMA KARDINAL SUHARYO

Bible Zoom-Youtube Live-Streaming diadakan lagi oleh Tim Pengurus Pusa...

BILBE ZOOM III PUSPITA SUMUR YAKUB BERSAMA MGR. DR. SILVESTE...

16 October 2022
BILBE ZOOM III PUSPITA SUMUR YAKUB BERSAMA MGR. DR. SILVESTER SAN

Tim Pengurus Pusat Spiritualitas (Puspita) Sumur Yakub SVD-SSpS Indone...

BILBE ZOOM II PUSPITA SUMUR YAKUB BERSAMA P. LUKAS JUA, SVD

14 October 2022
BILBE ZOOM II PUSPITA SUMUR YAKUB BERSAMA P. LUKAS JUA, SVD

Tim Pengurus Pusat Spiritualitas (Puspita) Sumur Yakub SVD-SSpS Indone...

Tentang Kami

Nama yang dipilih untuk sentrum ini adalah “Pusat Spiritualitas Sumur Yakub” yang mempunyai misi khusus yaitu untuk melayani, bukan hanya anggota tarekat-tarekat yang didirikan Santu Arnoldus Janssen saja tetapi untuk semua... selebihnya

Berita Terbaru

©2025 Sumur Yakub - Pusat Spiritualitas. All Rights Reserved.

Search