1Yoh. 1:5-2:2, Mzm 124, Matius 2:13-18E
Sahabat-sahabat Tuhan Ytk!
Selamat Pesta Natal. Kita masih dalam suasana bahagia Natal. Di hari-hari sukacita Natal ini, Gereja mengajak kita memaknai Natal dalam konteks kehidupan kita. Gereja menempatkan tiga pesta iman setelah Perayaan Natal 25 Desember sebagai momentum berahmat bagi kita guna memaknai identitas diri kita sebagai pengikut-pengikut Tuhan. Ketiga pesta yang dimaksud yakni Pesta Santu Stefanus, Martir pertama pada 26 Desember; Pesta Yohanes Rasul yang paling dikasihi Yesus pada 27 Desember kemarin; dan Pesta Kanak-Kanak Suci pada hari ini. Ketiga memiliki pesan iman bagi kita untuk direnungkan.
Berkenaan dengan maksud tersebut, Injil hari ini berkisah tentang kisah pembunuhan Kanak-Kanak Suci di Betlehem pasca kelahiran Yesus. Kita diajak merenungkan satu kebenaran sejati yang ditampilkan dalam diri figur-figur dalam teks tersebut yakni pentingnya membiarkan diri kita dituntun oleh Tuhan yang Mahakuasa dan Mahabijaksana. Orang yang membairkan diri dituntun oleh Tuhan akan sanggup menjalani susah senang hidupnya dengan bijak. Sebaliknya orang hidup seturut keinginan manusiawi duniawi sekalipun hidupnya sudah ke arah sukses namun akan ambruk pada waktunya.
Sosok Raja Herodes yang ditampilkan dalam Injil hari ini membuktikan pernyataan di atas. Kelobahan akan kekuasaan duniawi dan rasa tersaingi oleh kehadiran Yesus, menumbuhkan iktiar jahat dalam hatinya untuk membunuh Yesus, Sang Kebenaran Sejati. Herodes yang hidup dalam tuntunan manusia duniawinya lebih kesetanan lagi ketika menyadari bahwa para Majus tidak menuruti keinginannya. Maka diapun memerintahkan untuk membunuh semua bayi di Betlehem.
Herodes adalah presentasi hidup orang-orang yang hidup seturut keiginan manusiawi duniawi yang mengubah cerita kehidupan mereka dari orang hebat dan panutan menjadi sosok antagonis kebenaran dan kasih serta kebijaksaan sejati. Maka kisah Herodes semakin mempertegas kebenaran adagium dalam dunia kepemimpinan pada segala level baik pada level memimpin diri maupun sesama yakni : to lead is to be led (mau memimpin maka perlu dipimpin). Artinya kalau mau memimpin maka pertama-tama perlu membiarkan diri dipimpin oleh Allah dan Roh-Nya sehingga bisa mengarahkan panji kepemimpinan sesuai kehendak Tuhan.
Hal ini bisa kita temukan dalam figure-figur protagonis yang ditampilkan dalam Injil hari ini juga seperti ketiga orang Majus. Kerelaan dan kesediaan mengikuti tuntunan Tuhan akan memampukan mereka menghadapi situasi hidup dengan bijak. Kebeningan hati mereka memampukan mereka dengan mudah ‘menangkap’ maksud jahat raja Herodes yang terkesan bermulut manis tetapi sebenarnya berniat jahat mau membunuh bayi Yesus. Mereka memilih ‘jalan lain’ bukan karena mereka pengecut atau pecundang.
Sebagai orang-orang yang hidup dalam bimbingan Roh Tuhan, mereka ‘tahu’ apa jalan terbaik yang perlu tempuh sekalipun bertentangan dengan kemauan Herodes. Karena bagi tipe orang seperti mereka, tunduk pada jalan kehendak Tuhan adalah suatu pilihan mutlak. Maka figure-figur ini ditampilkan kepada kita di masa Natal agar kita semakin menata dan mengarahkan hidup kita dalam bimbingan Sang Tuhan, pengarah sejati hidup kita.
Figur lain yang tak kalah menarik untuk direnungkan yakni sosok Santu Yusuf, suami Maria. Sebagaimana ditampilkan dalam Injil hari ini, Yusuf adalah sosok pendiam yang ‘minus’ kata tetapi senantiasa memberi tempat bagi Tuhan dalam hatinya dan berupaya hidup menurut tuntunan Tuhan, Sang Pembimbing hidupnya. Karena sikap bathin demikian, memampukan Yusuf menghadapi peristiwa-peristiwa yang meski penuh pertanyaan tetapi dihadapi dengan bijak seturut kehendak dan tuntunan Tuhan. Tuhan menuntun setiap orang dengan cara-Nya dalam menghadapi berbagai peristiwa hidup yang terjadi. Sikap penting di sini yakni keterbukaan dan kesediaan mengikuti tuntunan Tuhan seperti Santu Yusuf.
Sahabat-sahabat Tuhan Ytk!
Kita sedang berada di penghujung tahun 2019. Sudah banyak peristiwa yang sudah kita alami dan jalani baik pada level pribadi maupun level bersama. Maka baiklah pesan-pesan suci yang disampaikan lewat perayaan Natal dan pesta-pesta suci hari-hari ini menjadi ajakan bijak bagi kita untuk membuat semacam kaleidoskop pribadi guna merenungkan ziarah hidup kita termasuk kejadian-kejadian yang kita saksikan atau alami sepanjang tahun ini. Mungkin ada yang mengalami kejadian mirip dengan apa yang dialami para Majus, Santu Yusuf atau Kanak-Kanak di Betelehem yang mati hanya karena kejahatan sesamanya yang punya kepentingan-kepentingan duniawi seperti Herodes.
Refleksi yang genuin atas semua kejadian itu dan melihat tuntunan Roh Tuhan dalam diri kita seperti Para Majus dan Santu Yusus, sudah pasti menumbuhkan rasa syukur nan iklas dari hati kita atas tuntunan Tuhan Roh-Nya yang telah menuntun dan memampukan menghadapi semuanya itu. Dan kiranya semakin memantapkan iman dan tekad kita untuk senantiasa membiarkan diri kita dituntun oleh Tuhan dan jalan-Nya karena kita sudah diyakinkan untuk percaya bahwa tuntunan Tuhan amat bijak dan layak diandalkan dalam ziarah hidup kita termasuk di tahun yang baru nanti
Selamat membuat Kaleidoskop Anda atas ziarah iman sepanjang 2019 ini, semoga semakin memantapkan tekad untuk senantiasa hidup dalam tuntunan Sang Jalan Kebenaran dan Hidup.
Tuhan memberkati.
P. John Masneno, SVD
(Sekretaris Eksekutif Pusat Spiritualitas Sumur Yakub)