Berbagai kepiawaian Yesus dalam Kitab Perjanjian Baru, dikisahkan antara lain memilih murid, membuat mukjizat, melakukan cara mengajar dengan efektif, berdoa, dan salah satu hal yang mengagumkan yang diperlihatkan kepada murid-muridNYA, imam-imam kepala, orang-orang Yahudi, ahli-ahli Taurat, orang-orang Farisi, pejabat-pejabat di Bait Suci serta orang banyak, adalah cara Dia mengambil keputusan dalam menghadapi permasalahan.
Dalam kisah Yesus kali ini tertulis dalam injil, yang pagi ini sebagai permenungan, adalah dari Yoh 8:1-11 , yakni Dia harus berhadapan dengan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi di Bait Allah , ketika itu mereka membawa perempuan yang menurut mereka sebagai OTT (orang tertangkap tangan) seperti meminjam istilah now, yang jelas diakui melakukan zinah, maka ada menurut aturan Musa dalam hukum Taurat dia ini harus dirajam hingga mati, ini benar-benar diyakini dan menjadi dasar kuat bagi mereka untuk dihadapkan pada Yesus yang dianggap sebagai hakim.
Menarik untuk ditelaah sejenak, bila Yesus mengikuti Hukum Taurat, Ia niscaya akan kehilangan reputasi-Nya karena bertolak belakang dengan sifat jatidiri berbelas kasih yang sudah dikenal banyak orang, namun bila Dia membebaskan atau sekurang-kurangnya mengurangi hukuman terhadap perempuan ini, jelas mereka akan menuduhNYA telah tidak mengikuti atau melanggar dan menentang Taurat, dan jelas ini sebagai pelecehan akan aturan itu, dan mudah digunakan sebagai dalih sangat mempersalahkan di depan umum, maka sungguh cerdik para pecundang tersebut ingin menjatuhkan martabat Yesus.
Sungguh luarbiasa karunia kebijaksanaanNYA saat menghadapi titik kritis, setelah beberapa kali didesak oleh mereka dengan menanyakan bagaimana tindakanNYA, Dia dengan tegas mengatakan: “ Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu “, yakni didahului Dia membungkukkan diri dan menulis seseuatu di tangan dengan jarinya.
Maka faktor kebijaksanaan hati dan pikiran telah diteladankan oleh Yesus kepada orang banyak di Bait Suci, bagaimana Dia mengambil suatu keputusan dengan pergumulan yang dihadapiNYA, apakah dia harus membela Hukum Taurat, jelas benar Dia mengikutinya yakni silahkan lemparin batu perempuan berdosa tersebut, tetapi di sisi lain Dia mengamati apakah si pelempar batu sudah benar perilakunya, maka Yesus dengan kuasa kebenaran membuat skenario menawarkan kepada yang paling senior berikut yang termuda untuk melakukan hukum Taurat nya, di luar dugaan mereka semua pada ngacir pergi pertanda mereka sadar bahwa hidupnya juga berdosa.
Bilamana ada anekdot pada kisah ini, yakni ada seorang saja yang melempar batu berarti orang ini nekat , tidak peduli ia berdosa yang penting menjalankan Hukum Taurat, dan sebenarnya seperti inilah kebanyakan orang Yahudi pada saat itu, namun anehnya koq orang Yahudi yang mengerumuni Yesus masih mempunyai hati dan pikiran yang jernih yakni tidak melakukan sesuatu , pertanda mereka masih berkehendak mendengarkan & memahami perintahNYA, serta memaknaiNYA dengan tindakan untuk pergi.
Tidak berhenti disitu saja, Yesus memastikan kepada perempuan itu bahwa situasi aman dan terkendali, dan Yesus tidak marah ataupun mengungkit apa yang sudah dilakukannya , namun memberikan pembinaan dan peneguhann dia dengan mengarahkan agar tidak berbuat dosa mulai dari saat itu, maka Dia adalah seoranng Guru Kebijaksanaan sejati.
Tuhan Yesus yang Mahapengasih, sungguh karuniaMU pagi ini mengingatkan kami sebagai orang-orang yang sering mengujiMU, yang sering menanyakan keberadaan DiriMU tatkala kami bergumul dan sedang galau, seolah mempertanyakan karakter kasihMU tak terjadi pada diri kami, sehingga kami mendesakMU selalu meminta-minta perlindungan namun kami sebenarNYA ingin hanya kenikmatan sesaat, Tuhan tetap bimbinglah kami orang yang berdosa ini, dan tetap berpengharapan selalu hanya kepadaMU. Amin ( MIW )
1 Pet.5:1-4; Mazmur23; Matius 16:13 - 19
Sahabat- sahabat Tuhan ytk!
Salam jumpa lagi di pekan keempat bulan Februari 2020 ini. Berkenaan dengan Pesta Tahta Petrus hari ini, kita diajak merenungkan pesan pesta ini khususnya kiprah kepemimpinan Rasul Petrus dalam terang Sabda Tuhan hari ini. Hal Ini penting untuk direnungkan karena setiap kita adalah MURID dan RASUL Tuhan, maka kita perlu memahami identitas dan tugas tersebut.
Injil hari ini mengisahkan moment penting yang merupakan cikal bakal istilah primus inter pares dimana Tuhan Yesus menyerahkan mandat kepemimpinan Gereja secara langsung kepada Rasul Petrus. Injil juga mengisahkan alasan mengapa mandat tersebut diberikan kepada Petrus bukan kepada murid Yesus yang lain.
Petrus diberi kuasa menggembalakan umat Tuhan karena pemahamannya yang jelas dan jernih tentang Siapa sosok Yesus yang sebenarnya. Dengan jawaban atas pertanyaan Yesus menggambarkan wawasan dan pemahaman tentang tujuan kehadiran Yesus di tengah dunia. Dengan demikian Petrus sudah memahami apa yang perlu dilakukan sebagai penerus tugas penggembalaan umat Tuhan.
Pemahaman tersebut tidak terlepas dari kesediaan dan kesetiaan dirinya mengikuti Yesus dari satu peristiwa ke peristiwa lainnya sehingga membuat dirinya memahami sosok Yesus dan apa peranNya bagi manusia. Karena itu Yesus menyerahkan kepemimpinan kepada Petrus agar dinahkodai.
Secara historis, Rasul Petrus sendiri menjalankan tugas kepemimpinan tersebut selama tiga puluhan tahun hingga digantikan oleh Paus Linus. Rasul Petrus sebagai paus pertama tentu mengalami langsung banyak hal dan peristiwa. Selama puluhan tahun menjalankan tugas kepemimpinan membuat dia belajar memahami apa seyogianya hidup dan berkiprah sebagai seorang pemimpin umat Tuhan. Tak mengherankan tulisan tulisannya merupakan pancaran kebijaksanannya.
Maka tepat sekali Gereja mentampilkan Kata kata bijak Paus pertama ini di pesta Tahta Petrus sebagai inspirasi bagi kita. 2 Nasihat Rasul Petrus itu di bacaan pertama hari ini ditampilkan di bagian akhir renungan ini sebagai refleksi bagi kita semua para Murid dan Rasul Tuhan di zaman Now ini- sesuai tugas dan peran yang sedang dipercayakan Tuhan kepada kita masing - masing
Nasihat pertama, Gembalakanlah kawanan domba Allah yang ada padamu, jangan dengan paksa, tetapi dengan sukarela sesuai dengan kehendak Allah dan jangan karena mau mencari keuntungan, tetapi dengan pengabdian diri (1Pet. 5:2)
Nasihat kedua, Janganlah kamu berbuat seolah-olah kamu mau memerintah atas mereka yang dipercayakan kepadamu, tetapi hendaklah kamu menjadi teladan bagi kawanan domba itu. (1Ptr 5:3)
Selamat merenung semoga menjadi berkat dan peneguhan bagi kita semua, Amin.
DOA:
Syukur kepada-Mu Ya Allah Tritunggal Mahakudus atas segala anugrah dan kepercayaan yang Dikau anugrahkan kepada kami sebagai murid dan Rasul- Mu. Semoga Nasihat Rasul Petrus di pesta Tahta Petrus ini menginspirasikami untuk mengupayakan perwujudannya secara konkret dalam tugas-tugas penggembalaan yang dipercayakan kepada kami sehingga nama- Mu dimuliakan kini dan sepanjang masa. Amin.
( Oleh P. John Masneno, SUD , Sekretaris Eksekutif Pusat Spiritualitas Sumur Yakub)
BACAAN I : YAK 1: 12 – 18
MAZMUR : MZM 94:12 – 13a.14 – 15. 18 – 19
INJIL : MRK 8: 14 -21
# Judul di atas lebih merupakan sebuah pertanyaan mendasar yang bakal meluruskan pandangan kita tentang peran Tuhan dalam karya penyelamatan manusia dan kontribusi manusia dalam menumpuk dosa. Memang di dalam kedua bacaan hari ini tersirat topik persoalan yang sama meskipun cara melihatnya berbeda. Persoalannya adalah “siapa yang cenderung mencoba dan siapa yang sering dicoba”.
# Yakobus menasihati para pengikut Kristus agar keluar dari sebuah keyakinan bahwa Allah mempunyai tendensi untuk mencobai manusia. Tidak! Allah tidak mencobai siapa pun. Allah pun tidak dapat dicobai oleh yang jahat. Setiap orang dicobai oleh keinginannya sendiri karena ia diseret dan dipikat oleh keinginannya. Hal ini dapat terlihat jelas dalam sikap orang Farisi dan Ahli Taurat yang selalu cenderung bertanya pada Yesus hanya untuk mencobai Dia. Kecenderungan mereka untuk bertanya dengan tujuan mencobai Yesus inilah yang memotivasi mereka untuk berkomunikasi dengan Yesus. Inilah ragi orang farisi dan para ahli taurat. Inilah “rasa”/ragi orang Farisi yang selalu meminta TANDA. Padahal Yesus telah membuat begitu banyak tanda, termasuk perbanyakan roti untuk memberi makan ribuan orang. Iman mereka begitu bergantung pada hal-hal yang instan/magical/gebiar sesaat dan lenyap dari peredaran. Ketergantungan pada hal-hal instan inilah yang menyeret mereka untuk selalu mau mencoba Yesus.
# Hal ini tidak dikehendaki Yesus untuk dipanuti oleh para pengikut-Nya. Kalau iman dilandaskan pada hal-hal yang instan – pada tanda-tanda yang artifisial, maka iman itu tidak dalam karena lebih didasarkan pada “rasa” belaka. Oleh karen itu, janganlah mengenakan “rasa” orang farisi supaya kita tidak menjatuhkan diri sendiri ke dalam pencobaan. Manusia cenderung untuk mencoba - mencari tanda yang lebih mujarab untuk mengetahui berapa dalam Allah mencintai manusia. Iman seperti ini sungguh dangkal karena akan didasari pada “like or dislike” – suka atau tidak suka. Ini sebuah pratanda iman yang dangkal. Yesus sangat menganjurkan kita untuk tidak menghidupi iman yang demikian. Hayatilah suatu iman yang sederhana, otentik dan tidak manipulative.
# Sekali lagi Allah bukan “pencoba/tukang coba” yang mendorong manusia untuk masuk dalam pencobaan. Manusia jatuh ke dalam pencobaan atas dorongan atau hasratnya sendiri. Allah bukan mendorong dia masuk dalam pencobaan. Sering saya sharing guyonan orang yang memplintir doa Bapa Kami dengan kata-kata ini, “Jangan masukkan kami ke dalam pencobaan karena kami bisa masuk sendiri”. Memang ini cuma sebuah guyonan. Namun sebenarnya secara tidak langsung mau menjelaskan bahwa Allah tidak pernah mau memasukkan manusia ke dalam pencobaan. Allah juga melalui Yesus Kristus – anak-Nya yang tunggal menghendaki agar manusia JANGAN MENJADI TUKANG COBA atau TUKANG DORONG/RAYU ORANG LAIN untuk masuk dalam pencobaan. (Mudah-mudahan segera ada realisasi penggunaan perubahan formulasi doa BAPA KAMI dari “jangan masukkan kami ke dalam pencobaan” ke formulasi yang baru “jangan biarkan kami masuk ke dalam pencobaan”/let us not into temptation).
# Kita mestinya seperti Allah sendiri. Allah kita adalah Allah yang menghendaki KEHIDUPAN. Pemazmur hari ini menegaskan jika Tuhan tidak akan membuang umat-Nya, milik pusaka-Nya tidak akan Ia tinggalkan. [Ketika aku berpikir, “kakiku goyang! Kasih setia-Mu, ya Tuhan, menopang aku…,] Tuhan adalah Bapa yang sungguh baik. Tak mungkin dia menghendaki dan bahkan mendorong anak-anak-Nya masuk ke dalam pencobaan. Ingat kisah Penciptaan. Allah tidak menyiapkan kondisi bagi Adam dan Hawa untuk masuk dalam pencobaan. Mereka berdua masuk dalam pencobaan karena memang hal itu atas keinginan atau kecenderungan mereka berdua sendiri. Mereka mengimpikan suatu keadaan di mana mereka dapat memiliki segala kemampuan sebagaimana Allah sendiri. Kita manusia pun tidak dikehendaki Allah untuk tinggal dalam kecenderungan untuk mencobai Allah dan sesama di sekitar kita. Hendaknya kita, oleh tuntutan Roh Kudus, menguasai diri kita agar tidak masuk dalam pencobaan, dan tidak menyeret orang lain untuk masuk dalam pencobaan yang sama bahkan tidak menggiring sesama untuk MENCOBAI sesamanya. Mari kita jalani hari ini dengan satu kesadaran bahwa TUHAN TIDAK MEMBERI KITA COBAAN MELAINKAN KITA YANG BERHASRAT UNTUK MASUK DALAM PENCOBAAN.
Have a wonderful day filled with love and mercy. Greetings from Masohi manise…..
Oleh Romo Pius Lawe, Svd.
Bacaan I: 1Raja 12 26-32; 13: 33-34, Mazmur 106 dan Injil Markus 8:1-9
Sabahat-sahabat Tuhan ytk!
Salam jumpa lagi di pekan ke-3 bulan Februari 2020 ini. kita diajak di temu berhikmah kali merenungkan pesan dua kisah inspiratif yang disuguhkan kepada kita melalui Sabda Tuhan hari ini. Dan karena refleksi ini bertitik fokus pada kedua kisah itu maka alangkah baik bila kedua kisah itu _bacaan pertama dan Injil hari ini_ dibaca sebelum merenungkan poin-poin permenungan yang disampaikan di refelksi biblis spiritual ini.
Kedua kisah ini menghantar kita semakin menyadari siapa penjamin hidup sejati yang perlu menjadi tumpuan harapan hidup kita. Raja Yerobeam berupaya mengalihkan fokus sembahan orang Israel dari Tuhan kepada lembu emas yang dibuatnya. Namunya hasilnya justru mendatangkan bumerang bagi bangsanya dan dirinya sendiri karena lembu emas yang dibuatkan tak mampu memberikan jaminan sejati sebagaimana yang dilakukan Allah. Kekeliruan raja Yerobeam menjadikan patung emas lembu sebagai sembahan justru mengubah kebahagian dan kesentosaan hidup bangsanya menjadi kehancuran.
Kisah ini menghantar kita merenungkan konteks hidup kita: Masihkah Tuhan menjadi fokus perhatian dan andalan hidup saya, atau malah ada ‘patung-patung emas’ yang menjadi andalan dan tumpuan harapan hidup saya? Dalam bentuk apa ‘patung-patung emas’ saya hadirkan dalam hidup saya mengalihkan fokus perhatian dan tumpuan harapan hidup saya dari Tuhan kepada ‘lembu emas’?
Kisah inspiratif berikutnya dari Injil hari ini mengenai perbanyakan roti. Kisah tersebut menjadi suatu kisah peneguh iman bagi kita bahwa Allah masih tetap dan akan tetap menjadi penjamin hidup yang sesungguhnya. Kisah ini bermula dari kerinduan ribuan orang yang mau datang pada Yesus guna mendengarkan ajaran-Nya. Dan yang menarik yakni Tuhan tidak hanya memberikan mereka kata-kata pengajaran tentang kebenaran dan hidup sejati. Tuhan pun memberikan mereka roti untuk kebutuhan fisik jasmani mereka. Hal ini menunjukkan jati diri Tuhan sebagai sumber dan penjamin hidup dalam seluruh aspek kehidupan manusia baik rohani maupun jasmani.
Hal menarik lain dari kisah perbanyakan roti ini yakni roti yang diperbanyak itu datang dari para murid-Nya. Kerelaan mereka memberi roti dan ikan kepada Tuhan untuk diperbanyak bagi banyak orang menjadi salah satu hal penting di peristiwa iman tersebut. Hal ini menjadi inspirasi bagi kita sebagai para murid-Nya agar menggunakan bakat dan kemampuan yang dianugrahkan Tuhan untuk kesejahteraan dan kebahagiaan bersama orang lain. Yang perlu diperhatikan di sini adalah faktor kerjasama dengan Tuhan dan sesama. Kerelaan kita mempersembahkan ‘roti dan ikan’ yang kita miliki perlu melibatkan Tuhan sehingga Tuhan yang ‘menggandakannya’ dengan cara-Nya karena bila Tuhan dilibatkan hasilnya akan jauh lebih melimpah dibanding hanya mengandalkan daya upaya kita.
Berguru pada kisah perbanyakan roti ini kita bisa mendalami hal-hal berikut: dalam bentuk apa saya mempersembahkan roti dan ikan yang saya miliki kepada Tuhan untuk dipergandakan demi kesejahteraan hidup sesamaku?
Terima kasih untuk segala kerelaan dan pengorbanan Anda yang iklas selama ini demi kesejahteraan hidup dan kebahagiaan sesama. Percayalah: Tuhan yang tak terlihat melihat kemuliaan hatimu, yang selalu mau berupaya memberi roti dan ikan dengan tulus demi kesejahteraan dan kebahagiaan sesama, pasti memberkati anda. Amin.
Doa:
Allah Tritunggal Mahakudus, sumber hidup dan andalan kami, syukur atas segala berkat rohani dan jasmani yang telah dianugrahkan kepada kami dari waktu ke waktu hingga saat ini. Teguhkan kami untuk senantiasa mengandalkan Dikau dan mengarahkan tumpuan harapan kami pada-Mu, penjamin hidup sejati. Bantulah kami menghindarkan diri dari segala ‘lembu emas’ yang ditampilkan dunia saat ini. Semoga kami sebagai murid semakin bersedia berkerja sama dengan Dikau dan rela mempersembahkan ‘roti-ikan bakat dan kemampuan untuk kesejahteraan hidup kami semua. Sehingga nama-Mu semakin dimuliakan kini dan selamanya. Amin
P. John Masneno, SVD (Sekretaris Eksekutif Pusat Spiritualitas Sumur Yakub)
1Yoh. 1:5-2:2, Mzm 124, Matius 2:13-18E
Sahabat-sahabat Tuhan Ytk!
Selamat Pesta Natal. Kita masih dalam suasana bahagia Natal. Di hari-hari sukacita Natal ini, Gereja mengajak kita memaknai Natal dalam konteks kehidupan kita. Gereja menempatkan tiga pesta iman setelah Perayaan Natal 25 Desember sebagai momentum berahmat bagi kita guna memaknai identitas diri kita sebagai pengikut-pengikut Tuhan. Ketiga pesta yang dimaksud yakni Pesta Santu Stefanus, Martir pertama pada 26 Desember; Pesta Yohanes Rasul yang paling dikasihi Yesus pada 27 Desember kemarin; dan Pesta Kanak-Kanak Suci pada hari ini. Ketiga memiliki pesan iman bagi kita untuk direnungkan.
Berkenaan dengan maksud tersebut, Injil hari ini berkisah tentang kisah pembunuhan Kanak-Kanak Suci di Betlehem pasca kelahiran Yesus. Kita diajak merenungkan satu kebenaran sejati yang ditampilkan dalam diri figur-figur dalam teks tersebut yakni pentingnya membiarkan diri kita dituntun oleh Tuhan yang Mahakuasa dan Mahabijaksana. Orang yang membairkan diri dituntun oleh Tuhan akan sanggup menjalani susah senang hidupnya dengan bijak. Sebaliknya orang hidup seturut keinginan manusiawi duniawi sekalipun hidupnya sudah ke arah sukses namun akan ambruk pada waktunya.
Sosok Raja Herodes yang ditampilkan dalam Injil hari ini membuktikan pernyataan di atas. Kelobahan akan kekuasaan duniawi dan rasa tersaingi oleh kehadiran Yesus, menumbuhkan iktiar jahat dalam hatinya untuk membunuh Yesus, Sang Kebenaran Sejati. Herodes yang hidup dalam tuntunan manusia duniawinya lebih kesetanan lagi ketika menyadari bahwa para Majus tidak menuruti keinginannya. Maka diapun memerintahkan untuk membunuh semua bayi di Betlehem.
Herodes adalah presentasi hidup orang-orang yang hidup seturut keiginan manusiawi duniawi yang mengubah cerita kehidupan mereka dari orang hebat dan panutan menjadi sosok antagonis kebenaran dan kasih serta kebijaksaan sejati. Maka kisah Herodes semakin mempertegas kebenaran adagium dalam dunia kepemimpinan pada segala level baik pada level memimpin diri maupun sesama yakni : to lead is to be led (mau memimpin maka perlu dipimpin). Artinya kalau mau memimpin maka pertama-tama perlu membiarkan diri dipimpin oleh Allah dan Roh-Nya sehingga bisa mengarahkan panji kepemimpinan sesuai kehendak Tuhan.
Hal ini bisa kita temukan dalam figure-figur protagonis yang ditampilkan dalam Injil hari ini juga seperti ketiga orang Majus. Kerelaan dan kesediaan mengikuti tuntunan Tuhan akan memampukan mereka menghadapi situasi hidup dengan bijak. Kebeningan hati mereka memampukan mereka dengan mudah ‘menangkap’ maksud jahat raja Herodes yang terkesan bermulut manis tetapi sebenarnya berniat jahat mau membunuh bayi Yesus. Mereka memilih ‘jalan lain’ bukan karena mereka pengecut atau pecundang.
Sebagai orang-orang yang hidup dalam bimbingan Roh Tuhan, mereka ‘tahu’ apa jalan terbaik yang perlu tempuh sekalipun bertentangan dengan kemauan Herodes. Karena bagi tipe orang seperti mereka, tunduk pada jalan kehendak Tuhan adalah suatu pilihan mutlak. Maka figure-figur ini ditampilkan kepada kita di masa Natal agar kita semakin menata dan mengarahkan hidup kita dalam bimbingan Sang Tuhan, pengarah sejati hidup kita.
Figur lain yang tak kalah menarik untuk direnungkan yakni sosok Santu Yusuf, suami Maria. Sebagaimana ditampilkan dalam Injil hari ini, Yusuf adalah sosok pendiam yang ‘minus’ kata tetapi senantiasa memberi tempat bagi Tuhan dalam hatinya dan berupaya hidup menurut tuntunan Tuhan, Sang Pembimbing hidupnya. Karena sikap bathin demikian, memampukan Yusuf menghadapi peristiwa-peristiwa yang meski penuh pertanyaan tetapi dihadapi dengan bijak seturut kehendak dan tuntunan Tuhan. Tuhan menuntun setiap orang dengan cara-Nya dalam menghadapi berbagai peristiwa hidup yang terjadi. Sikap penting di sini yakni keterbukaan dan kesediaan mengikuti tuntunan Tuhan seperti Santu Yusuf.
Sahabat-sahabat Tuhan Ytk!
Kita sedang berada di penghujung tahun 2019. Sudah banyak peristiwa yang sudah kita alami dan jalani baik pada level pribadi maupun level bersama. Maka baiklah pesan-pesan suci yang disampaikan lewat perayaan Natal dan pesta-pesta suci hari-hari ini menjadi ajakan bijak bagi kita untuk membuat semacam kaleidoskop pribadi guna merenungkan ziarah hidup kita termasuk kejadian-kejadian yang kita saksikan atau alami sepanjang tahun ini. Mungkin ada yang mengalami kejadian mirip dengan apa yang dialami para Majus, Santu Yusuf atau Kanak-Kanak di Betelehem yang mati hanya karena kejahatan sesamanya yang punya kepentingan-kepentingan duniawi seperti Herodes.
Refleksi yang genuin atas semua kejadian itu dan melihat tuntunan Roh Tuhan dalam diri kita seperti Para Majus dan Santu Yusus, sudah pasti menumbuhkan rasa syukur nan iklas dari hati kita atas tuntunan Tuhan Roh-Nya yang telah menuntun dan memampukan menghadapi semuanya itu. Dan kiranya semakin memantapkan iman dan tekad kita untuk senantiasa membiarkan diri kita dituntun oleh Tuhan dan jalan-Nya karena kita sudah diyakinkan untuk percaya bahwa tuntunan Tuhan amat bijak dan layak diandalkan dalam ziarah hidup kita termasuk di tahun yang baru nanti
Selamat membuat Kaleidoskop Anda atas ziarah iman sepanjang 2019 ini, semoga semakin memantapkan tekad untuk senantiasa hidup dalam tuntunan Sang Jalan Kebenaran dan Hidup.
Tuhan memberkati.
P. John Masneno, SVD
(Sekretaris Eksekutif Pusat Spiritualitas Sumur Yakub)
Kid 2:8-14, Mzm 33, Lukas 1:39-43E
Sahabat-sahabat Tuhan Ytk!
Salam jumpa lagi di akhir pekan ke-4 di Bulan Desember 2019. Mengikuti pesan bacaan-bacaan suci di hari-hari menjelang Perayaan Kelahiran Yesus Kristus termasuk bacaan-bacaan suci hari ini, saya teringat akan sebuah kisah nyata yang terjadi beberapa bulan lalu. Kisah tersebut ditampilkan di sini karena hikmahnya bisa membahasakan pesan bacaan-bacaan suci tentang efek sukacita dalam hidup kita.
Kisah nyata tersebut sempat divideokan dan diposting di Youtube pada akhir bulan September lalu. Video ini dalam sekejap berhasil menarik satu juta penonton lebih. Para Youtuber tentu mengakui bahwa pencapaian angka satu juta penonton dalam waktu singkat merupakan suatu pencapaian yang cukup fantastis. Apa yang membuat video kisah nyata ini meraup penonton begitu banyak dalam waktu singkat. Menonton video singkat berdurasi 3.16 menit kita akan tahu alasan mengapa video singkat ini bisa menarik jutaan hati dalam sekejap.
Video berjudul DAUGTHER DELIVER TWO SURPRISES IN ONE VISIT berisi seorang putri yang tinggal di Perth Australia dan ingin membuat kejutan pada Bapaknya di New Jersey, Amerika pada hari perayaan pensiun ayahnya. Si putri menyampaikan rencana kejutannya itu kepada ibunya dan saudara untuk membantunya mengatur ‘hadiah kejutan’ tersebut. Skenario hadiah kejutan itu diatur baik oleh ibu dan saudaranya sehingga berjalan lancar. Ayahnya sangat kaget dengan kehadiran tiba-tiba putrinya di saat acara syukuran pensiun sedang berlangsung.
Seperti judulnya, si Putri ternyata masih punya kejutan lain. Kejutan kedua ini tak diketahui seorangpun termasuk ibu dan saudaranya kecuali dia dan Mark, suaminya. Kejutan kedua ini dibahasakan dalam satu kotak yang diberikan kepada kedua orang tuanya. Saat memberikan kotak itu, dia menjelaskan bahwa Mark dan dirinya telah memutuskan untuk memberikan hadiah istimewa tersebut bagi Ayahnya yang baru saja pensiun dan juga untuk Ibunya, pendamping setia ayahnya. Dengan polesan kata-kata dan expresi wajah saat menyampaikan isi hadiah itu, si putri berhasil menciptakan tanda tanya besar dalam benak dan hati kedua orang tuanya apa isi hadiah kejutan tersebut.
Kata-katanya memberi kesan kepada orang tuanya bahwa hadiah kejutan itu sepertinya berisi tiket VIP untuk kedua orang tuanya berlibur ke suatu tempat terkenal di dunia. Namun sesungguhnya hadiah kejutan itu sebenarnya lebih dari tiket VIP liburan sesaat itu. Dengan penuh rasa ingin tahu, kedua orang tua itu membuka kotak kejutan itu penuh hati-hati. Ketika membuka dan membaca tulisan di kotak hadiah kejutan itu, mereka kaget dan spontan bangun memeluk putri mereka itu penuh rasa haru bercampur kegembiraan. Ternyata isi kejutan kedua ini yakni berita gembira dari si Putri itu kepada keluarga khususnya kedua orangnya bahwa dirinya sedang mengandung cucu pertama kedua orang tuanya. Saat mengetahui hal itu, kedua orang tuanya spontan berdiri memeluk purti mereka itu penuh kegembiaraan dan sukacita.
Saudara-saudara sekalian,
Kisah sukacita semirip disampaikan kepada kita melalui Injil hari ini. Santa Elisabeth bisa bergembira atas kunjungan kejutan Santa Maria, Bunda Allah. Kunjungan kejutan ini membuat hati Elisabet sangat bersukacita bahkan anak dalam kandungannya pun ikut melonjak kegirangan. Suatu gambaran sukacita luar biasa ketika mengalami moment-moment seperti itu. Kisah-kisah biblis ini ditampilkan Gereja bagi kita di hari-hari menjelang kelahiran Yesus, Sang Juru Selamat kita.
Semoga kisah-kisah mengesankan ini mengajak kita mempersiapkan hati kita menyongsong kedatangan Tuhan kita yang bukan hanya datang mengunjungi kita sesaat saja tetapi mau tinggal bersama kita sepertinya namaNya EMANUELl: ALLAH BESERTA KITA. Kiranya kata-kata Pemazmur menjadi ungkapan hati kita: Bersorak-sorailah dalam Tuhan hai-hai orang-orang benar, nyanyilah bagi-Nya lagu baru. Jiwa kita menanti-nantikan Tuhan. Dialah penolong dan perisai kita. Karena Dia hati kita bersukacita, sebab kepada nama-Nya yang kudus kita percaya. (Mzr 33).
Sukacita menyonsong kedatangan Tuhan akan semakin bertambah bila kita meluangkan waktu merenungkan kunjungan-kunjungan Tuhan dan berkat-berkat kejutan yang telah dilakukan Tuhan dalam hidup kita khususnya sepanjang tahun ini. Kesadaran akan karya-karya Tuhan dalam hidup kita sekecil apapun akan semakin menambah keyakinan iman kita kepada peran penyelenggaraan Tuhan dalam hidup kita. Hal ini akan turut menciptakan nuansa keyakinan tersendiri dalam bathin kita akan siapa Tuhan bagi kita.
Keyakinan iman demikian akan membuat kita mengimani bahwa Tuhan selalu setia menyertai dan memberkati kita serta membahagiakan kita dengan berkat-berkat-Nya yang tak pernah berhenti dalam hidup kita. Dengan demikian kita akan selalui mengakui bahwa Allah adalah setia menjamin dan mengatur hidup kita begitu baik dalam alur kehendak dan kuasa penyelenggaraan Ilahi-Nya. Kesadaran demikian akan mendorong kita juga melakoni apa yang dilakukan si Putri dalam kisah tadi dan juga Bunda Maria di mana kita terdorong untuk membagikan sukacita kepada sesama agar mereka pun mengalami suka cita yang kita alami.
Luangkan waktu merenungkan karya-karya Tuhan dalam hidup khususnya tahun ini dan pikirkan satu dua bentuk cara anda mengungkapkan sukacita anda kepada sesama sebagai bentuk ungkapan hati mau berbagi sukacita setelah mengalami kasih perlindungan dan berktat Tuhandalam hidupmu. Si Putri dalam kisah itu memberi pesan kepada kita bahwa bahwa berbagi sukacita tak selamanya dalam bentuk barang material seperti Santa Claus dsb. Kehadiran yang menggembirakan dan kabar sukacita yang kita bagikan kepada sesama bisa menjadi suatu bentuk berbagi sukacita.
Tuhan memberkati.
P. John Masneno, SVD
(Sekretaris Eksekutif Pusat Spiritualitas Sumur Yakub)
Saudara-saudari yang terkasih dalam Kristus,
Injil hari ini tentang Yohanes Pemandi, sang nabi terbesar yang selalu setia melaksanakan tugas panggilan hidupnya. Ia mengajak kita menuju pertobatan dan mewartakan kedatangan Sang Mesias. Ia dengan tegas menegur semua orang yang hidup dalam dosa.
Yohanes mengajak kita juga supaya berusaha agar hidup kita bisa menghasilkan buah-buah pertobatan. Jangan berpikir bahwa karena kita adalah kaum Religius (Imam, Bruder, Frater, Suster) atau orang Katolik sehingga, pasti akan kita diselamatkan secara otomatis.
Keselamatan diperoleh bukan karena panggilan, bukan karena status tahbisan atau kaul kekal, tetapi karena kehidupan pribadi yang penuh belas kasih, adil dan benar dan bijaksana.
Yohanes Pemandi tetap ingin supaya muridnya mengenal Yesus, Sang Mesias. Oleh karena itu Yohanes mengutus murid-muridnya kepada Yesus. Yohanes ingin supaya murid-muridnya mendengar dan melihat langsung Yesus sendiri, siapa Dia sebenarnya.
Hal yang sama mestinya terjadi pada diri kita. Waktu Ekaristi adalah kesempatan emas kita semua datang kepada Yesus. Dalam Ekaristi Kudus, berkat Allah dibagikan secara sempurna. Sakramen ini adalah tanda kehadiran Allah yang dapat 'ditangkap' oleh kita.
Segala sesuatu yang ada pada Kristus dan segala sesuatu yang Dia lakukan dan derita untuk kita semua, mengambil bagian dalam Ekaristi. Dalam liturgi di persyaan ini, kita ikut mencicipi liturgi surgawi, yang dirayakan di kota suci Yerusalem Surgawi, tujuan peziarahan kita. Di sana Kristus duduk di sisi kanan Allah.
Gereja tahu bahwa dalam Ekaristi, Tuhan sekarang ini sudah datang dan berada di tengah kita. Ekaristi adalah jaminan yang palig aman dan tanda yang paling jelas bahwa Tuhan Yesus hidup untuk selama-lamanya.
Oleh karena Kristus telah pergi dari dunia ini kepada Bapa-Nya, maka dalam Ekaristi, Dia memberi kepada kita jaminan akan kemuliaan-Nya yang akan datang. Keitkutsertaan dalam kurban kudus membuat hati kita menyerupai hatiNya, menopang kekuatan kita dalam penziarahan hidup ini, membuat kita merindukan kehidupan abadi, serta menyatukan kita sekarang ini dengan Gereja surgawi, Perawan yang kudus, dan dengan semua orang kudus.
Tuhan, Engkau telah mengajari kami bagaimana menjadi utusanMu, melalui hidup dan karya Santo Yohanes Pemandi. Semoga kami rindu selalu bertemu Dikau dalam Ekaristi Kudus, dan dengan kekuatan Ekkaristi kami berani memperjuangkan keadilan dan kebenaran serta kekudusan dalam hidup kami sehingga kami turut memandanG Dikau di Yerusalem Surgawi.
Amin.
(Oleh: P. Jozef (Korneliusz) Trzebuniak, SVD, Misionaris SVD asal Polandia yang sedang berkarya di Indonesia).
Rabu, 21 Agustus 2019
Pw. S. Pius X, Paus (P)
Hakim-hakim 9:6-15
Matius 20:1-16a
"Iri hatikah engkau karena aku murah hati?" Matius 20:15b
Kata-kata ini berasal dari perumpamaan tentang orang-orang upahan di kebun anggur yang dipekerjakan pada lima jam waktu kerja yang berbeda pada hari yang sama. Kelompok pekerja pertama dipekerjakan pada pagi-pagi buta, kelompok kedua diperjakan pada jam sembila pagi, kelompok ketiga dipekerjakan pada jam dua belas siang, kelompok keempat dipekerjakan pada jam tiga petang dan kelompok kelima dipekerjakan pada jam 5 petang. Mereka yang dipekerjakan sejak pagi bekerja selama dua belas jam, sedangkan mereka yang dipekerjakan pada jam lima petang bekerja hanya satu jam saja. Masalahnya adalah pemilik kebun anggur itu membayar semua pekerja dengan jumlah upah yang sama seolah-olah semua mereka bekerja selama dua belas jam.
Berhadapan dengan pengalaman dan situasi seperti ini, siapa saja bisa merasa cemburu karena seolah-olah dia diperlakukan secara tidak adil. Iri hati adalah satu bentuk kesedihan atau kemarahan katika melihat keberutungan orang lain. Mungkin kita semua dapat memahami mengapa mereka yang bekerja dari mata hari terbit merasa iri hati karena mereka bekerja selama dua belas jam di bawah terik matahari dan mendapat upah satu dinar sama seperti mereka yang hanya bekerja satu jam. Mereka sudah bekerja satu hari penuh dan menerima pembayaran satu hari penuh (satu dinar) sesuai kesepakatan awal. Tapi mereka merasa cemburu karena mereka yang bekerja hanya satu jam diperlakukan dengan murah hati oleh pemilik kebun anggur karena mereka mendapat upah satu hari penuh.
Coba tempatkan dirimu ke dalam perumpamaan ini dan refleksikan bagaimana anda akan mengalami tindakan penuh dermawan ini dari pemilik kebun anggur terhadap pekerja - pekerja jam ketiga dan jam kelima. Akankah anda melihat kedermawan pemilik kebun anggur ini dan bersukacita untuk mereka yang diperlakukan dengan sangat baik? Apakah anda akan bersukacita bersama mereka karena mereka mendapat perlakuan yang sangat spesial ini? Atau apakah anda juga menemukan dirimu seperti pekerja-pekerja jam pertama, merasa iri hati dan tidak bahagia?
Kalau kita mau berkata jujur, kebanyakan kita pasti akan berjuang melawan sikap iri hati dalam situasi seperti ini. Namun jika kita mampu mengatasinya, maka realisasi itu adalah sebuah rahmat. Itu adalah sebuah rahmat untuk menjadi sadar akan buruknya dosa kecemburuan dan iri hati. Sekalipun kita mungkin tidak berada dalam posisi tidak merasa iri hati, itu adalah rahmat untuk melihat bahwa tendensi itu ada di dalam diri kita.
Perumpamaan ini menunjukkan kepada kita tentang kemurahan hati Allah. Entah kita pekerja jam pertama, jam kesembilan, jam dua belas, jam tiga atau jam lima soreh, pada akhir hari, kita akan mendapat upah yang sama satu dinar, yakni keselamatan. Allah selalu mencari kita sepanjang hari untuk mengirim kita ke kebun anggur-Nya. Ia selalu mencari kita untuk mengalami kemurahan hati-Nya.
Mari kita melihat diri kita sendiri. Apakah ada rasa iri dalam hati kita ketika kita melihat kesuksesan dan nasib baik yang dialami oleh sesama kita? Apakah kita ikut bergembira pada saat kita melihat kesuksesan dan keberhasilan sesama, karena kita tahu bahwa Tuhan pasti akan membuat kita mengalami kesuksesan yang sama? Dapatkah kita dengan tulus bersyukur kepada Allah ketika sasama kita diberkati dengan keberuntungan yang tak disangka-sangka?
Jika ini adalah suatu perjuangan dalam hidupmu, maka paling kurang bersyukurlah kepada Allah karena anda menyadarinya. Iri hati dan cemburu adalah dosa, dan ia adalah dosa yang membuat kita tidak merasa puas dan sedih atas kesuksan orang lain. Kita patut bersyukur karena kita menyadarinya karena ini adalah langkah pertama untuk mengatasinya.
Doa:
Tuhan, saya berdosa dan dengan jujur saya mengakui bahwa saya memiliki rasa iri hati dan cemburu dalam hatiku. Terima kasih karena Tuhan sudah membantuku melihat dosaku ini dan membantuku untuk mengatasinya. Gantilah rasa iriku dengan rasa syukur atas kelimpahan rahmat dan belas kasih yang Engkau curahkan ke atas sesamaku. Amin
Oleh : P Yosef Ruma, SVD (Misionaris Serikat Sabda Allah berkarya di Provinsi SVD Ende) Paroki St. John the Baptist Ritaebang
Tulisan ini bermula dari apa yang terjadi saat kuis berhadiah di group WA kami di Komunitas TRY (Transformative Youth) Sumur Yakub Indo-Leste pada Malming lalu. Para peserta kuis diminta menyebutkan 3 Perumpaan Yesus yang direnungkan oleh Gereja Katolik Sejagat selama Pekan Prapaskah III 2019 (17-23 Maret 2019) dan peserta diminta juga mencatumkan hari teks-teks itu direnungkan.
Seperti biasa, anggota yang tahu jawabannya langsung melayangkan jawabannya ke nomor WA saya. Menariknya, dalam tempo 2 menit sudah ada 2 orang penjawab (Rain & Emil) yang mengirim jawaban mereka ke WA saya. Kemudian menyusul 3 orang lainnya (Elsa, Ivon dan Hermin). Memang patut diakui kecepatan dan kelincahan kaum muda milenial sekarang dalam mengoperasikan alat-alat teknologi sekarang tak terbantahkan.
Kecepatan dan ketepatan jawaban mereka khususnya dari Rain dan Emil menumbuhkan rasa kagum dan sekaligus rasa ingin tahu saya alasan mengapa mereka begitu cepat menjawab pertanyaan yang menurut prediksi saya mestinya membutuhkan 5-10 menit karena mereka harus mengecek dulu jawabannya entah secara online ataupun lewat buku sumber yang bisa memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Apalagi jawaban Rain menyertakan juga seluruh teks Kitab Suci yang dimaksud. Tentu saja jawaban demikian membutuhkan waktu tambahan lagi untuk menambahkan keseluruhan teks kalau dia harus mengetik di HP-nya.
Untuk Rain, saya tidak terlalu heran dan spontan saja saya menemukan alasan mengapa dia bisa menjawab begitu cepat. Karena dia biasa memposting setiap pagi teks-teks Kitab Suci yang direnungkan umat Katolik pada hari itu (teks bacaan harian) di Group WA komunitas Youth kami (TRY Sumur Yakub). Dengan demikian Rain cukup saja men-scroll teks-teks yang sudah pernah diposting dan copy paste ke WA saya. Yang masih menjadi pertanyaan besar untuk saya dan perlu upayakan adalah jawaban Emil. Mengapa dia juga begitu cepat menjawab pertanyaan kuis tersebut karena jawabannya ke nomor WA saya hanya berselang beberapa detik saja setelah jawaban Rain.
Maka ketika saya sedang menulis tulisan ini, saya coba japri Emil untuk mendapatkan alasan mengapa jawabannya sangat cepat atas pertanyaan tersebut. Dan ternyata Emil menceritakan bahwa dia juga sudah biasa meluangkan waktu setiap hari membaca dan merenungkan pesan-pesan bacaan harian yang biasa diposting oleh Rain dan beberapa frater yang sering memposting audio teks renungan di group kami. Emil juga menambahkan bahwa selain dia mendapatkan teks-teks Kitab Suci itu di group kami, Emil juga biasa mendapat kiriman audio teks Kitab Suci harian dari teman-teman fraternya yang dulu pernah sama-sama di biara karena Emil ini mantan Frater. Dia bahkan mengirim screenshoot audio teksnya ke saya.
Dengan demikian jelas lah bagi saya mengapa Rain dan Emil begitu cepat menjawab pertanyaan kuis tersebut. Jawabannya: KARENA MEREKA SUDAH TERBIASA MEMBACA DAN MERENUNGKAN teks-teks Kitab Suci yang direnungkan setiap hari menurut Liturgi Gereja Katolik di seluruh dunia. Maka tidak mengherankan keduanya begitu cepat mendapatkan jawabannya karena mereka tahu di mana sumbernya dan Rain juga sudah terbiasa memposting teks-teks tersebut sehingga kebiasaannya itu membantu dia juga dalam proses mendapatkan dan mengirim jawaban kuis itu ke nomor WA saya. Rain bahkan menambahkan teks-teksnya secara keseluruhan karena itu lah yang bisa dia lakukan setiap pagi hari sehingga dia sudah terbiasa dengan proses tersebut.
PESAN INSPIRATIF DARI KISAH TERSEBUT
Kisah di atas menghantar kita mengamini bahwa kita hidup dari kebiasaan. Dan kisah ini pula menghantar kita merenungkan apa saja kebiasaan yang telah saya bangun dan telah saya install di dalam hidup saya demi kehidupan pribadi saya, dan kehidupan bersama sesama dan Tuhan.
Jangan lupa kebiasaan selalu terkait erat juga dengan pola pikir, pola tutur dan pada akhirnya bermuara pada sikap dan karakter kita. Kalau kita mengakui peran karakter dalam menentukan bahagia tidaknya hidup kita maka kita akan mengakui pula pentingnya proses membangun karakter yang baik dan benar melalui kebiasan-kebiasaan dalam kehidupan harian kita, baik dalam diri kita maupun dalam relasi dengan sesama dan Tuhan sebagai penuntun hidup kita.
Apa yang kita tanam, itulah yang kita panen. Kebiasaan baik, benar dan luhur akan menghantar kita mendapatkan hidup yang baik, benar dan luhur. Dalam hal ini kita tentu setuju dengan kata-kata Dalai Lama, salah seorang Guru publik di zaman kita ini:
Jagalah pikiranmu karena akan menjadi perkataanmu, jagalah perkataanmu, karena akan menjadi perbuatanmu. Jagalah perbuatanmu karena akan menjadi kebiasaanmu. Jagalah kebiasaanmu karena akan membentuk karaktermu. Jagalah karaktermu karena akan membentuk nasibmu, dan nasibmu akan menjadi kehidupanmu, dan tidak ada agama yang lebih dari pada “KEBENARAN ini”.
Maka pertanyaan penting di sini yang perlu masing-masing kita renungkan adalah: apa saja pola pikir, pola tutur, pola sikap yang biasa saya hidupi dan lakoni dalam hidup saya. Jawaban yang jujur atas pertanyaan ini akan menghantar kita pula bisa menilai kira-kira karakter apa yang saya miliki sekarang dari kebiasaan yang sudah saya bangun selama ini melalui pola: pikir, kata dan tindakan saya. Kesadaran akan hal ini menghantar kita bisa menilai apa saya sedang berada pada kebahagiaan yang sebenarnya atau pada suka cita semu. Apakah pola hidup dan karakter yang saya miliki ini bisa membantu saya menggapai masa depan dan cita-cita serta kebahagian yang saya impikan atau tidak.
Apa pun situasi kita sekarang kita perlu terima sebagai buah dari proses yang kita lalui. Sikap realistis ini akan membantu kita bersikap realistis terhadap siapa kita sekarang ini dan sekaligus memotivasi kita meneruskan yang baik dan memperbaiki yang perlu ditata. Tidak ada kata terlambat bagi siapa saja yang mau hidup lebih baik, yang penting berani memulai. Karena kalau tidak berani memulai maka semua harapan indah tetap impian. Tetapi kalau berani memulai maka sekalipun hasilnya belum maksimal tapi paling kurang kita sudah melangkah selangkah bahkan beberapa lebih baik dari sebelumnya. Dan Tuhan tidak mungkin membiarkan kita berjuang sendirian. Maka iman akan pertolongan kasih dan kuasa Tuhan dalam proses ini turut menentukan dan memantapkan langkah perjuangan kita.
Senada dengan arah pemikiran Dalai Lama dan peran iman di atas, Mahatma Gandhi mengatakan: your beliefs become your thoughts, your thoughts become your words, your words become your actions, your actions become your habits, your habits become your values, and your values become your destiny.
Dari pernyataan tersebut meyakinkan kita pula bahwa Iman kita akan Allah andalan kita akan menjadi kompas penuntun langkah suka duka hidup kita dan menghantar kita pada kebahagiaan dan sukacita yang sebenarnya.
Inilah alasan mengapa kita mengakui Tuhan kita melalui ungkapan yang kita semua tahu: ALLAH BISA KARENA BIASA. Allah bisa mengasihi dan memperhatikan kita karena Dia sudah biasa mengasihi dan memerhatikan manusia dari zaman ke zaman dan kita pun sudah terbiasa mengalami kasih perhatianNya dalam hidup kita. Allah bisa menjadi kompas penuntun dan andalan hidup kita karena Dia sudah biasa menuntun manusia dari waktu ke waktu dan juga karena manusia sudah terbiasa mengandalkan Dia sebagai kompas dan andalan hidup kita dalam segala situasi.
Mari kita saling membantu membangun KEBIASAAN YANG BAIK, BENAR DAN LUHUR demi kebahagiaan dan sukacita hidup kita. Sekali lagi tidak ada kata terlambat, yang diperlukan adalah berani memulai.
Tuhan memberkati perjuangan kita sekalian.
Salam dan berkat,
John Masneno, SVD (Moderator Transformative Youth Sumur Yakub Indo-Leste)
Tuhan punya cara menyapa kita dalam perjalanan hidup kita melalui hal-hal atau peristiwa yang sederhana dan biasa-biasa namun punya daya sapa luar biasa bila kita menaruh perhatian pada sapaan-sapaan sederhana itu. Sejalan dengan kebenaran itu, kita diajak merenungkan refleksi singkat seorang Frater -Fr. Wilfridus Oki, SVD namanya- yang disampaikan pada Misa Kudus di Kapela Agung Ledalero dalam rangka memperingati kematian Santu Yohanes Pembaptisan.
Refleksi Fr. Wil menyampaikan refleksinya yang singkat tapi sungguh bernas untuk direnungkan. Refleksinya berkaitan dengan pesan Injil Markus 6: 17-19 yang berisi tentang permintaan Herodias melalui putrinya kepada Raja Herodes untuk menyerahkan baginya kepala Yohanes Pembaptis. Renungan singkat Fr Wil mengandung kebenaran yang perlu direnungkan oleh siapa saja karena bernada introspektif. Berikut ini adalah renungan singkat yang disampaikan Fr Wil saat misa pagi di Kapela Agung Seminari Tinggi Ledalero dalam rangka memperingati Kematian Santu Yohanes Pembaptis:
Saudara-saudariku yang terkasih dalam Kristus,
Acapkali manusia malu kalau dicap penjilat ludah sendiri. Manusia, termasuk kita semua, enggan menarik kembali setiap kata (apalagi sumpah) yang kita ucapkan kepada orang lain walau hal itu berakibat buru bagi diri kita dan orang di sekitar kita. Mungkin bisa dikatakan bahwa kita kerap kali dikuasai oleh ego dan gengsi.
Raja Herodes dalam kisah kematian Santu Yohanes Pembaptis menyuruh memenggal kepala Yohanes Pembaptis hanya karena dia mau menyenangkan hati putri Herodias dan terlebih menjaga gengsinya di depan para tamu yang hadir saat itu dan mendengar langsung janjinya kepada Putri Herodias bahwa dia akan memberikan apa saja yang dimintanya. Herodes sendiri sebenarnya mengalami konflik bathin saat harus mengambil keputusan untuk menyuruh para alogojo memenggal kepala Yohanes Pembaptis. Alasannya karena dia tahu baik bahwa Yohanes Pembaptis adalah orang baik dan suci yang mewartakan kebenaran dalam kata dan hidupnya. Karena alasan itu maka sebenarnya Herodes melakukan suatu tindakan yang sebenarnya melawan hati nuraninya sendiri.
Kisah naas ini ditulis dalam Kitab Suci agar pertama, menjadi peringatan bagi kita dari waktu ke waktu agar kita lebih berhati-hati dalam bertutur dan bertindak khsussnya dalam kata dan tindakan kita yang berhubungan erat dengan nasib orang lain. Kita diajak untuk tidak secara gamlang atau seenaknya saja membuat sumpah atau mengeluarkan kata-kata kepada siapa saja tanpa terlebih dahulu memikirkanya secara matang efeknya. Kita perlu mempertingkan akibat-akibat buruk sebagai konsekuensi lanjut dari ucapan dan tindakan kita.
Pesan kedua dari kisah ini yakni, hendaknya peringatan kematian Santu Yohanes Pembaptis semakin mengobarkan semangat dan tekad kita sebagai abdi-abdi Tuhan untuk tetap menyuarakan kebenaran dan keadilan dalam hidup kita. Pewartaan ini hendaknya dimulai dari kesaksian hidup pribadi kita dalam keseharian hidup kita sehingga apa yang kita suarakan kepada orang lain dibenarkan juga oleh sikap hidup harian kita.
Tuhan memberkati kita selalu.
(Fr Wilfridus Oki, SVD, Tingkat II Seminari Tinggi St. Paulus Ledalero-Maumere Flores-NTT)
Bagaimana menyelaraskan nilai-nilai iman sejati dengan kecanggihan art...
Pada hari Sabtu, 15 Oktober 2022 yang lalu, Komunitas Verbum Domini (K...
Bible Zoom-Youtube Live-Streaming diadakan lagi oleh Tim Pengurus Pusa...
Tim Pengurus Pusat Spiritualitas (Puspita) Sumur Yakub SVD-SSpS Indone...
Tim Pengurus Pusat Spiritualitas (Puspita) Sumur Yakub SVD-SSpS Indone...
Nama yang dipilih untuk sentrum ini adalah “Pusat Spiritualitas Sumur Yakub” yang mempunyai misi khusus yaitu untuk melayani, bukan hanya anggota tarekat-tarekat yang didirikan Santu Arnoldus Janssen saja tetapi untuk semua... selebihnya