Refleksi

Tuesday, 26 March 2019 13:13

KEBIASAAN MENGHANTAR KITA BAHAGIA ATAU SUSAH

Written by John Masneno, SVD
KEBIASAAN MENGHANTAR KITA BAHAGIA ATAU SUSAH KEBIASAAN MENGHANTAR KITA BAHAGIA ATAU SUSAH

Tulisan ini bermula dari apa yang terjadi saat kuis berhadiah di group WA kami di Komunitas TRY (Transformative Youth) Sumur Yakub Indo-Leste pada Malming lalu. Para peserta kuis diminta menyebutkan 3 Perumpaan Yesus yang direnungkan oleh Gereja Katolik Sejagat selama Pekan Prapaskah III 2019 (17-23 Maret 2019) dan peserta diminta juga mencatumkan hari teks-teks itu direnungkan.

Seperti biasa, anggota yang tahu jawabannya langsung melayangkan jawabannya ke nomor WA saya. Menariknya, dalam tempo 2 menit sudah ada 2 orang penjawab (Rain & Emil) yang mengirim jawaban mereka ke WA saya. Kemudian menyusul 3 orang lainnya (Elsa, Ivon dan Hermin). Memang patut diakui kecepatan dan kelincahan kaum muda milenial sekarang dalam mengoperasikan alat-alat teknologi sekarang tak terbantahkan.

Kecepatan dan ketepatan jawaban mereka khususnya dari Rain dan Emil menumbuhkan rasa kagum dan sekaligus rasa ingin tahu saya alasan mengapa mereka begitu cepat menjawab pertanyaan yang menurut prediksi saya mestinya membutuhkan 5-10 menit karena mereka harus mengecek dulu jawabannya entah secara online ataupun lewat buku sumber yang bisa memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Apalagi jawaban Rain menyertakan juga seluruh teks Kitab Suci yang dimaksud. Tentu saja jawaban demikian membutuhkan waktu tambahan lagi untuk menambahkan keseluruhan teks kalau dia harus mengetik di HP-nya.

Untuk Rain, saya tidak terlalu heran dan spontan saja saya menemukan alasan mengapa dia bisa menjawab begitu cepat. Karena dia biasa memposting setiap pagi teks-teks Kitab Suci yang direnungkan umat Katolik pada hari itu (teks bacaan harian) di Group WA komunitas Youth kami (TRY Sumur Yakub). Dengan demikian Rain cukup saja men-scroll teks-teks yang sudah pernah diposting dan copy paste ke WA saya. Yang masih menjadi pertanyaan besar untuk saya dan perlu upayakan adalah jawaban Emil. Mengapa dia juga begitu cepat menjawab pertanyaan kuis tersebut karena jawabannya ke nomor WA saya hanya berselang beberapa detik saja setelah jawaban Rain.

Maka ketika saya sedang menulis tulisan ini, saya coba japri Emil untuk mendapatkan alasan mengapa jawabannya sangat cepat atas pertanyaan tersebut. Dan ternyata Emil menceritakan bahwa dia juga sudah biasa meluangkan waktu setiap hari membaca dan merenungkan pesan-pesan bacaan harian yang biasa diposting oleh Rain dan beberapa frater yang sering memposting audio teks renungan di group kami. Emil juga menambahkan bahwa selain dia mendapatkan teks-teks Kitab Suci itu di group kami, Emil juga biasa mendapat kiriman audio teks Kitab Suci harian dari teman-teman fraternya yang dulu pernah sama-sama di biara karena Emil ini mantan Frater. Dia bahkan mengirim screenshoot audio teksnya ke saya.

Dengan demikian jelas lah bagi saya mengapa Rain dan Emil begitu cepat menjawab pertanyaan kuis tersebut. Jawabannya: KARENA MEREKA SUDAH TERBIASA MEMBACA DAN MERENUNGKAN teks-teks Kitab Suci yang direnungkan setiap hari menurut Liturgi Gereja Katolik di seluruh dunia. Maka tidak mengherankan keduanya begitu cepat mendapatkan jawabannya karena mereka tahu di mana sumbernya dan Rain juga sudah terbiasa memposting teks-teks tersebut sehingga kebiasaannya itu membantu dia juga dalam proses mendapatkan dan mengirim jawaban kuis itu ke nomor WA saya. Rain bahkan menambahkan teks-teksnya secara keseluruhan karena itu lah yang bisa dia lakukan setiap pagi hari sehingga dia sudah terbiasa dengan proses tersebut.

PESAN INSPIRATIF DARI KISAH TERSEBUT
Kisah di atas menghantar kita mengamini bahwa kita hidup dari kebiasaan. Dan kisah ini pula menghantar kita merenungkan apa saja kebiasaan yang telah saya bangun dan telah saya install di dalam hidup saya demi kehidupan pribadi saya, dan kehidupan bersama sesama dan Tuhan.

Jangan lupa kebiasaan selalu terkait erat juga dengan pola pikir, pola tutur dan pada akhirnya bermuara pada sikap dan karakter kita. Kalau kita mengakui peran karakter dalam menentukan bahagia tidaknya hidup kita maka kita akan mengakui pula pentingnya proses membangun karakter yang baik dan benar melalui kebiasan-kebiasaan dalam kehidupan harian kita, baik dalam diri kita maupun dalam relasi dengan sesama dan Tuhan sebagai penuntun hidup kita.

Apa yang kita tanam, itulah yang kita panen. Kebiasaan baik, benar dan luhur akan menghantar kita mendapatkan hidup yang baik, benar dan luhur. Dalam hal ini kita tentu setuju dengan kata-kata Dalai Lama, salah seorang Guru publik di zaman kita ini:

Jagalah pikiranmu karena akan menjadi perkataanmu, jagalah perkataanmu, karena akan menjadi perbuatanmu. Jagalah perbuatanmu karena akan menjadi kebiasaanmu. Jagalah kebiasaanmu karena akan membentuk karaktermu. Jagalah karaktermu karena akan membentuk nasibmu, dan nasibmu akan menjadi kehidupanmu, dan tidak ada agama yang lebih dari pada “KEBENARAN ini”.

Maka pertanyaan penting di sini yang perlu masing-masing kita renungkan adalah: apa saja pola pikir, pola tutur, pola sikap yang biasa saya hidupi dan lakoni dalam hidup saya. Jawaban yang jujur atas pertanyaan ini akan menghantar kita pula bisa menilai kira-kira karakter apa yang saya miliki sekarang dari kebiasaan yang sudah saya bangun selama ini melalui pola: pikir, kata dan tindakan saya. Kesadaran akan hal ini menghantar kita bisa menilai apa saya sedang berada pada kebahagiaan yang sebenarnya atau pada suka cita semu. Apakah pola hidup dan karakter yang saya miliki ini bisa membantu saya menggapai masa depan dan cita-cita serta kebahagian yang saya impikan atau tidak.

Apa pun situasi kita sekarang kita perlu terima sebagai buah dari proses yang kita lalui. Sikap realistis ini akan membantu kita bersikap realistis terhadap siapa kita sekarang ini dan sekaligus memotivasi kita meneruskan yang baik dan memperbaiki yang perlu ditata. Tidak ada kata terlambat bagi siapa saja yang mau hidup lebih baik, yang penting berani memulai. Karena kalau tidak berani memulai maka semua harapan indah tetap impian. Tetapi kalau berani memulai maka sekalipun hasilnya belum maksimal tapi paling kurang kita sudah melangkah selangkah bahkan beberapa lebih baik dari sebelumnya. Dan Tuhan tidak mungkin membiarkan kita berjuang sendirian. Maka iman akan pertolongan kasih dan kuasa Tuhan dalam proses ini turut menentukan dan memantapkan langkah perjuangan kita.

Senada dengan arah pemikiran Dalai Lama dan peran iman di atas, Mahatma Gandhi mengatakan: your beliefs become your thoughts, your thoughts become your words, your words become your actions, your actions become your habits, your habits become your values, and your values become your destiny.

Dari pernyataan tersebut meyakinkan kita pula bahwa Iman kita akan Allah andalan kita akan menjadi kompas penuntun langkah suka duka hidup kita dan menghantar kita pada kebahagiaan dan sukacita yang sebenarnya.

Inilah alasan mengapa kita mengakui Tuhan kita melalui ungkapan yang kita semua tahu: ALLAH BISA KARENA BIASA. Allah bisa mengasihi dan memperhatikan kita karena Dia sudah biasa mengasihi dan memerhatikan manusia dari zaman ke zaman dan kita pun sudah terbiasa mengalami kasih perhatianNya dalam hidup kita. Allah bisa menjadi kompas penuntun dan andalan hidup kita karena Dia sudah biasa menuntun manusia dari waktu ke waktu dan juga karena manusia sudah terbiasa mengandalkan Dia sebagai kompas dan andalan hidup kita dalam segala situasi.

Mari kita saling membantu membangun KEBIASAAN YANG BAIK, BENAR DAN LUHUR demi kebahagiaan dan sukacita hidup kita. Sekali lagi tidak ada kata terlambat, yang diperlukan adalah berani memulai.

Tuhan memberkati perjuangan kita sekalian.

Salam dan berkat,
John Masneno, SVD (Moderator Transformative Youth Sumur Yakub Indo-Leste)

Last modified on Friday, 13 March 2020 23:17

Kegiatan Terbaru

...sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa (Yohan...

25 October 2023
...sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa (Yohanes 15:5)

Bagaimana menyelaraskan nilai-nilai iman sejati dengan kecanggihan art...

PERAN SABDA DALAM GEREJA MISIONER

19 October 2022
PERAN SABDA DALAM GEREJA MISIONER

Pada hari Sabtu, 15 Oktober 2022 yang lalu, Komunitas Verbum Domini (K...

BILBE ZOOM IV PUSPITA SUMUR YAKUB BERSAMA KARDINAL SUHARYO

18 October 2022
BILBE ZOOM IV PUSPITA SUMUR YAKUB BERSAMA KARDINAL SUHARYO

Bible Zoom-Youtube Live-Streaming diadakan lagi oleh Tim Pengurus Pusa...

BILBE ZOOM III PUSPITA SUMUR YAKUB BERSAMA MGR. DR. SILVESTE...

16 October 2022
BILBE ZOOM III PUSPITA SUMUR YAKUB BERSAMA MGR. DR. SILVESTER SAN

Tim Pengurus Pusat Spiritualitas (Puspita) Sumur Yakub SVD-SSpS Indone...

BILBE ZOOM II PUSPITA SUMUR YAKUB BERSAMA P. LUKAS JUA, SVD

14 October 2022
BILBE ZOOM II PUSPITA SUMUR YAKUB BERSAMA P. LUKAS JUA, SVD

Tim Pengurus Pusat Spiritualitas (Puspita) Sumur Yakub SVD-SSpS Indone...

Tentang Kami

Nama yang dipilih untuk sentrum ini adalah “Pusat Spiritualitas Sumur Yakub” yang mempunyai misi khusus yaitu untuk melayani, bukan hanya anggota tarekat-tarekat yang didirikan Santu Arnoldus Janssen saja tetapi untuk semua... selebihnya

Berita Terbaru

©2024 Sumur Yakub - Pusat Spiritualitas. All Rights Reserved.

Search