Refleksi

Displaying items by tag: renungan katolik

Thursday, 13 September 2018 15:17

TIPS YESUS DALAM MENCARI KEBAHAGIAAN

Kebahagiaan merupakan salah satu tujuan utama yang hendak digapai oleh setiap kita. Setiap aktifitas yang kita lakukan setiap hari senantiasa bertujuan untuk memperoleh kebahagiaan yang kita harapkan itu. Karenanya kita berjuang dan terus berjuang menata hidup dan seluruh kegiatan kita agar bisa menghantar kita menemukan kebahagiaan itu.

Menariknya takaran kebahagiaan setiap orang selalu berbeda-beda. Hal inilah yang membuat orang-orang yang sedang mencari model kebahagiaan sejati kadang bingung dan bertanya-tanya: manakah kebahagiaan sejati yang perlu diupayakan akan kita memperoleh kebahagiaan yang sesungguhnya.

Menjawab pertanyaan tersebut, penginjil Lukas (Lukas 6:20-23) menampilkan TIPS spiritual yang perlu dilakukan dan dihindarkan sebagaimana disampaikan oleh Yesus, Guru Kebenaran Sejati dalam upaya menggapai kebahagiaan:

  • Berbahagialah, hai kamu yang miskin, karena kamulah yang empunya Kerajaan Allah.
  • Berbahagialah, hai kamu yang sekarang ini lapar, karena kamu akan dipuaskan. Berbahagialah, hai kamu yang sekarang ini menangis, karena kamu akan tertawa.
  • Berbahagialah kamu, jika karena Anak Manusia orang membenci kamu, dan jika mereka mengucilkan kamu, dan mencela kamu serta menolak namamu sebagai sesuatu yang jahat.
  • Tetapi celakalah kamu, hai kamu yang kaya, karena dalam kekayaanmu kamu telah memperoleh penghiburanmu.
  • Celakalah kamu, yang sekarang ini kenyang, karena kamu akan lapar. Celakalah kamu, yang sekarang ini tertawa, karena kamu akan berdukacita dan menangis.
  • Celakalah kamu, jika semua orang memuji kamu; karena secara demikian juga nenek moyang mereka telah memperlakukan nabi-nabi palsu."

Dari ajaran Yesus tersebut kita menemukan bahwa ternyata kebahagiaan merupakan suatu hasil dari sebuah proses yang perlu kita upayakan. Bagi mereka yang tidak mau berproses dalam situasi hidup yang disebutkan Yesus tersebut, akan melihat ajaran-ajaran Yesus tersebut hanya sebagai kata-kata hiburatif semata. Anehnya tuntutan mau bahagia kadang bahkan sering mendorong mereka untuk menempuh jalan pintas dalam upaya menggapai kebahagiaan. Tapi biasanya kebahagiaan yang didapatkan dengan jalan demikian apalagi tidak halal akan membuat orang itu tidak menemukan kebahagiaan sejati.

Hanya ketika kita mau masuk dalam suatu proses memperjuangkan amanah-amanah bijak tersebut, di sana kita akan belajar mengenal, memahami dan mengakui bahwa di balik ajaran suci itu ada kebenaran yang memerdekakan dan membahagiakan. Dengan kata lain:

  • kebahagiaan sejati lahir dari perjuangan untuk tetap berpasrah dalam iman nan kokoh akan penyelenggaraan dan pertolongan Tuhan di tengah situasi dunia kurang mengakui peran Tuhan.
  • Kebahagiaan sejati lahir dari pergulatan mengubah cara pandang kita yang hanya berdasar pada pikiran dan rancangan kita, dan berani melihat peristiwa-peristiwa yang kita alami dari sisi kehendak dan rancangan Tuhan.
  • Kebahagian sejati lahir dari pergulatan mempertahankan kebenaran dan kebaikan sejati yang diajarkan Tuhan meskipun harus menanggung aneka resiko karena teguhnya komitmen untuk tetap pada mengabdi Tuhan dan ajaranNya.
  • Kebahagiaan sejati bersumber dari upaya menggunakan harta duniawi untuk melayani sesama bukan memanfaatkan sesama untuk menggapai harta duniawi
  • Kebagaiaan sejati lahir dari niat mulia memuliakan Tuhan dan semua serta mengihindarkan diri dari upaya mengarahkan aktifitas pada diri (self-center).

Mari kita terus berupaya menghindarkan diri kita dari hal-hal yang tidak mampu membuat kita menggapai kebahagiaan abadi. Dan sebaliknya terus mengupayakan hal-hal yang bisa menghantar kita menggapai kebahagiaan sejati.

Oleh Fr. Charly Ka’u, SVD, (sedang menjalani masa formasi Imamatnya di Seminari Tinggi St. Paulus Ledalero) 

Published in Refleksi
Friday, 13 July 2018 18:44

ROH ALLAH BERKARYA MENOLONG KITA

Saudara-saudari yang terkasih dalam Kristus,
Berkenaan dengan Injil hari ini dari Matius 10: 16-23, saya mengajak kita sekalian merenungkan janji dan peneguhan Yesus kepada para muridNya ketika mereka diutus mewartakan Kabar Gembira dan menyebarkan Kerajaan Allah ke seluruh dunia. Yesus secara terbuka menyampaikan kepada para muridNya bahwa dalam menjalankan tugas perutusan, mereka akan dihadapkan juga pada situasi sulit. Namun Yesus meneguhkan mereka untuk tidak cemas dan takut menghadapi semuanya itu karena Roh BapaNya akan berkarya menolong mereka. Bila janji ini ditelusuri dalam kisah hidup dan karya pewartaan para Rasul, hal ini sungguh terbukti kebenarannya. Roh Allah senantiasa membimbing mereka dalam segala karya mereka termasuk dalam situasi sulit.
Maka teks ini mau mengingatkan kita para rasul Tuhan masa kini agar yakin akan pertolongan Roh Allah dalam hidup dan karya kita khususnya di saat kita menghadapi tantangan dan kesulitan. Secara pribadi Sabda Tuhan ini kembali meneguhkan saya akan inspirasi-inspirasi yang saya dapatkan dalam Lokaretret Bibliodrama yang sedang saya jalani selama hari-hari ini. Program Spiritual ini membantu saya makin diteguhkan dalam keyakinan saya akan penyelenggaraan Ilahi dalam hidup dan karyaku sebagai abdi Roh Kudus. Roh Tuhan sungguh senantiasa berkarya dalam hidup kita baik dalam hal-hal kecil-sederhana maupun hal-hal besar yang kita alami.

Dan saya yakin saudara-saudari juga meyakini hal yang sama berdasarkan pengalaman iman yang kita alami dalam hidup kita. Peneguhan Ilahi yang kita alami langsung dalam hidup kita semakin meneguhkan kita akan kebenaran iman kita akan adanya kesetiaan Tuhan yang tidak pernah menjauh dari hidup kita. Bila kita sungguh berpasrah dalam keyakinan Iman akan penyelenggaraan Ilahi serta tekun berakar pada Sang Sabda maka tidak ada yang harus dikhawatirkan.

Yang terpenting bagi kita adalah perlunya membuka mata hati dan telinga iman kita untuk melihat dan mendengarkan cara kerja Roh Allah yang berkarya menolong kita dalam kesulitan dan tantangan yang kita alami. Kesediaan mengasah kepekaan ‘menangkap’ karya Roh Allah akan besar perannya dalam perjalanan kehidupan rohani kita. Kita akan mudah menangkap karya Ilahi dalam hidup kita. Sebaliknya, kurangnya perhatian dan kesadaran akan hal ini membuat kita mengalami kesulitan dalam memahami dan ‘melihat’ penyelenggaraan Roh Allah dalam hidup kita. Hal ini bisa membuat kita mempertanyakan janji penyelenggaraan Tuhan kepada kita. Padahal akar persoalan bukan pada Tuhan tetapi pada diri kita yang tidak mampu ‘menangkap’ karya Allah dalam hidup kita.

Mari kita merenungkan pesan Injil hari ini seraya terus membuka diri pada tuntunan Roh Allah agar kita mampu memahami cara kerjaNya dalam hidup kita dan berani berpasrah diri pada penyelenggaraan IlahiNya.

DOA PENEGUHAN :
Bapa Di Surga, bantulah kami anak-anakMu agar kami mampu menyadari dan  melihat bantuan karya RohMu sebagaimana diajarkan dan dijanjikan Yesus PutraMu agar kami semakin percaya dan berani menaruh harapan pada penyelenggaraanNya dalam hidup kami termasuk dalam kesulitan kami. Sehingga kami makin mengimani dan mengagungkan Dikau bersama Yesus PutraMu dalam persekutuan dengan Roh Kudus, kini dan sepanjang masa. Amin.
(Oleh Sr. Floriana, SSpS, di Komunitas Provinsialat SSpS Jawa di Surabaya dan berkarya sebagai Prokurator Misi Provinsi SSpS Jawa).

Published in Renungan
Thursday, 28 June 2018 13:44

JUST DO IT!

Slogan 'Just Do It!' mungkin tidak asing bagi telinga kita. Bagi penggemar sepatu olah raga "Nike", slogan ini sudah meresap dalam sanubarinya. Tentu saja, dalam dunia olah raga yang sarat akan kompetisi, slogan ini menjadi cocok dan terdengar pas rasanya. Apa yang awalnya dirasa berat dan sulit, bila kita perdengarkan slogan ini, semuanya menjadi mungkin dan bisa terasa lebih ringan. Just do it!

Seringkali dalam hidup ini juga kita rasakan demikian. Banyak persoalan dan tantangan hidup yang membutuhkan perhatian kita agar keseimbangan hidup kita terjaga. Acapkali kita seperti Santu Petrus yang merasa bimbang dan ragu-ragu untuk melangkah dan mengambil keputusan, takut manakala keputusan itu nantinya akan berdampak ini dan itu. Tapi satu hal yang hendaknya dipegang oleh pengikut Kristus adalah janji-Nya adalah ya dan amin, dan kita diminta untuk berserah penuh terhadap kehendak-Nya. Roh Kudus akan membimbing dan menuntun setiap langkah kita, asalkan kita juga memelihara dan mengimani Roh Kudus sebagai roh pembimbing kita. Hal ini hanya dapat kita rasakan bila kita bergaul erat dengan Roh Kudus. Discernment atau upaya pembedaan Roh untuk memilih yang terbaik dan paling tepat akan dirasakan bagi mereka yang berserah penuh terhadap kehendak-Nya. Rasul Paulus juga telah membuktikan kebenaran hal ini dalam hidupnya sendiri.

Mari kita belajar dari teladan St. Petrus dan St. Paulus, dua tokoh misionaris besar dalam Gereja Katolik. Tiada hari berlalu tanpa pewartaan Firman Tuhan dari mulut mereka, tiada hari berganti tanpa kesaksian hidup yang mereka sebarkan di seluruh kota yang mereka lalui. Keberanian, kegigihan, keuletan, dan semangat pantang menyerah mereka sungguh luar biasa. Padahal bila kita membaca latar belakang St. Paulus sebelum ia bertobat, sungguh merupakan pembalikkan seratus delapan puluh derajat dari apa yang ia lakukan setelah bertobat. Hal ini membuktikan bahwa tidak ada yang mustahil bagi Tuhan. Ia sanggup mengubah segala sesuatu yang terlihat tidak mungkin menjadi mungkin adanya. Kuncinya: Just do it! Lakukan saja apa yang menjadi bagian kita dan Tuhan akan menyelesaikan sisanya bagi kita.

Dalam kehidupan kita sehari-hari, hal yang tersulit untuk mencapai sesuatu adalah langkah awal/langkah pertama yang harus kita lakukan. Tanpa langkah awal tersebut, niscaya tidak ada prestasi yang akan kita capai. Hal itulah yang menjadi tantangan untuk setiap pekerjaan atau niat apapun yang hendak kita lakukan. Orang yang berniat merampingkan tubuhnya tidak pernah akan terwujud bila dia tidak pernah memulai berusaha mewujudkan niatnya itu. Begitu niat lain tidak pernah akan terwujud tanpa perjuangan mewujudkannya. Apakah itu mudah? Jawabannya sama sekali tidak! But, just do it! Tidak ada keberhasilan yang dicapai secara instan, semua butuh proses dan dalam proses tersebut suka dan duka kerapkali menghampiri. Proses jatuh-bangun itulah yang menentukan karakter seseorang, apakah nantinya akan menjadi tahan uji atau tidak. So, sekali lagi, just do it!

Jadi, sapaan Tuhan hari ini ingin menekankan kepada kita pentingnya dua hal yakni percaya dan lakukan -believe in God and just do it! Kemuridan Santu Petrus dan Santu Paulus mengajarkan kita bahwa kita tidak perlu meragukan tuntunan Tuhan dan Roh Kudus akan membawa kita ke mana, jalan di depan kita mungkin terlihat gelap dan sempit, tapi Tuhan punya cara memberikan mahkota kemenangan bagi kita yang telah menyelesaikan perlombaan kehidupan ini...

Tuhan, bantulah kami mengikuti teladan hidup Santu Petrus dan Santu Paulus yang rela meninggalkan segalanya demi mengikuti Dikau. Semoga kamipun mampu berjuang dari waktu ke waktu mewujudkan kemuridan kami dalam mengikuti Dikau. Amin.

Oleh dr. Yudy (berkarya di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta)

Published in Renungan
Monday, 25 June 2018 13:52

JALAN HIDUP MENUJU KASIH TUHAN

Salam Kasih dalam Kristus untuk Saudari/a di mana saja berada. Berkenaan dengan Injil hari ini dari Matius 7: 6, 13-14 tentang ajakkan mengikuti jalan yang benar dan menyelamatkan, saya mengajak saudari/a sekalian merenungkan pesannya untuk kita. Saya membagikan refleksi saya bertolak dari kisah nyata yang saya alami.

Nama saya Elly dan suami saya Frederik (orang Jerman); saya tinggal di Jerman sejak 44 tahun lalu. Lain padang lain belalang. Begitupun kebiasaan dan cara hidup di Jerman dan sudut pandang masyarakatnya berbeda dengan keadaan di Indonesia. Itulah yang saya alami termasuk pengalaman bersama suami saya yang berbeda cara pandang tentang Tuhan dan perjuangan membawa dia pada Tuhan. Maka ketika membaca perikop ini, spontan mengingatkan saya kembali di saat saya demikian berusaha meyakinkan suami saya bahwa kepercayaan, iman dan mengikuti jalan Tuhan adalah hal penting sekali dalam hidup ini (bagiku pribadi, ini adalah mutiara yang tiada ternilai tinggi nilainya).

Masih segar dalam ingatan saya tentang perjuangan imanku tanpa kenal putus asa, walau untuk sekian lamanya tidak berhasil meyakinkan Suamiku untuk mengimani Tuhan. Bujukkan langsung tetap ditolaknya dan untuk menghindari kekerasan maka lebih baik mencari jalan lain, yaitu melalui doa. Untuk sekian lamanya saya dengan tetap setia mendoakan suami pada Bunda Maria. Dan kasih Tuhan benar ada dan amat dahsyat. Bapa mempunyai jalanNya tersendiri dalam membimbing dan mengarahkan setiap anakNya pada diriNya. Itulah yang kami alami walaupun kejadian ini sangat berat saat menghadapinya bahkan sempat membuat kami semua cemas dan khawatir tapi boleh dibilang ini adalah kisah blessing in diguise, berkat tersembunyi di balik kesulitan.

Ya, bermula dari kisah tragis di mana Frederik mengalami kecelakaan sewaktu dia bersepeda di desa kami tinggal. Dia dengan sepedanya disambar mobil dan terlempar jatuh. Frederik, statusnya gawat saat itu, semua tulang rusuk kiri patah kecuali rusuk ketiganya. Dia diangkut dengan helikopter darurat ke Rumah Sakit di Uniklinik Mainz. Sewaktu saya bertemu dia di ICU, syukur bahwa dia masih bisa bicara saat itu. Salah satu pertanyaan saya, apakah Frederik mau bicara dengan Romo dari paroki kami? Dan dia mengangguk tanda setuju. Syukur kepada Tuhan bahwa Frederik telah membuka hatinya dan mau kalau dikunjungi Romo. Perawatan di Rumah Sakit selama satu bulan, kemudian dilanjutkan dengan perawatan rehabilitasi di Wiesbaden selama delapan minggu. Romo sering mengunjunginya dan setelah balik ke rumah, Frederik dengan rutin datang dan berkonsultasi dengan Romo. Enam bulan setelah Frederik mengalami kecelakaannya, dia menyatakan kesediaannya mau menjadi Katolik. Alangkah indahnya karyaMu Tuhan!

Itulah kisahku tentang kerinduan sekian lama agar sang suami mau membuka hatinya bagi Tuhan Yesus, akhirnya dikabulkan. Memang jalannya tidak segampang membalikkan telapak tangan. Namun Tuhan Yesus telah mendengar dan meluluskan doa dan permohonanku bagi Frederik. Walaupun melalui jalan yang sempit dan curam seperti Injil hari ini, melalui kecelakaan yg telah dia alami – “gerbang yang sempit yang membuka jalan menuju kehidupan yang aman dan bahagia“- Tuhan telah menyelamatkan Frederik dengan jamahan kasih dan kuasa Allah Roh Kudus. Kami sangat berbahagia merasakan kasih Tuhan. Semua proses persiapan dan penerimaan di komunitas Katolik telah dilakukan, antara lain: menyambut komuni pertama dan sakaramen Krisma. Dan sekarang kami boleh bersama-sama melayani Tuhan Yesus di paroki dan dalam Komunitas kami. Danke Jesus!

Saya terbuka mensharing pengalaman ini karena mungkin bisa menjadi inspirasi dan peneguhan bagi saudara-saudari yang sedang berada dalam situasi seperti yang saya ceritakan. Semoga melalui kesaksian hidupku, kita dapat belajar dan mendapat penguatan dalam iman, harapan dan kasih. Agar kita dapat:

  • pertama, untuk bisa mengandalkan Tuhan dan tahu serta yakin teguh bahwa Dia dapat diandalkan, maka haruslah kita mengenal Dia secara pribadi – melalui Firman-Nya yang dibaca setiap hari dalam bimbingan Allah Roh Kudus.
  • kedua, beriman tidak sekedar pasrah kepada nasib, tapi pro-aktif mengupayakan kebaikan bagi diri sendiri dan sesame; jangan pernah menyerah dalam segala situasi
  • ketiga, beriman tidak hanya dalam menjalin hubungan vertikal dengan Tuhan, tapi juga menjalin hubungan baik dengan sesama manusia; iman harus berbuah nyata dalam hidup nyata.

Tuhan memberkati kita sekalian.

Doa Peneguhan:
“Trima Kasih Yesus, kami telah merasakan betapa besarnya kasih-Mu. Biarkanlah hari ini banyak orang mengalami kasih-Mu, terutama mereka yang lemah, sendiri dan merindukan-Mu.”
(Oleh : Ibu Elly Lupini, tinggal di Hessen, Jerman).

Published in Renungan
Sunday, 24 June 2018 21:51

JANGAN MENGHAKIMI

Merenungkan pesan Sabda Tuhan hari ini dari 2 Raja 17 dan Matius 7:1-6, saya melihat bahwa pesan ini sangat cocok dengan situasi kehidupan kita akhir-akhir ini. Kita semua tahu kenyataan dunia kita sekarang ini di mana manusia mudah sekali menghakimi atau mengadili orang lain. Anehnya sikap cepat menghakimi orang lain ini tidak dibarengi sikap mengoreksi diri sendiri bahkan boleh dibilang sulit dilakukan. Mungkin salah satu alasan klasik dalam hal ini yakni sikap bathin merasa diri lebih baik dari orang lain atau juga sikap suka menuntut orang lain secara berlebihan.

Yesus justru mengajarkan kepada kita dalam teks Injil hari ini untuk melihat dan mengoreksi diri kita sendiri dahulu sebelum melihat dan mengoreksi kekurangan dan kesalahan orang lain. Peringatan ini tentu saja tidak bermaksud menghilangkan praktek koreksi-mengoreksi di antara kita. Yang dimaksudkan Yesus di sini adalah perlunya sikap koreksi orang lain disertai kesadaran akan ketidaksempurnaan diri dan kesediaan mengoreksi prasangka dan kesalahan sendiri juga. Artinya sikap koreksi mengoreksi lebih didorong oleh sikap tulus untuk saling memperbaiki dan mengarahkan ke hal yang lebih baik. Bukannya menyudutkan orang lain dengan menunjuk kesalahannya tanpa disertai kesediaan membuat hal yang sama pada diri sendiri. Padahal mungkin kesalahan kita lebih besar dari orang yang kita ‘pojokkan’ sebagaimana perbandingan selumbar dan balok yang dipakai Yesus dalam Injil.

Sekali lagi kelemahan kita pada umumnya adalah sikap mudah menghakimi orang lain tapi enggan mengoreksi diri.  Hal ini akan terus terjadi kalau kita belum sadar bahwa tidak seorang pun sempurna di dunia ini.  Sebenarnya kalau kita renungkan, semakin kita melakoni hal itu (menghakimi dan menuntut orang lain tanpa sikap yang sama dari diri kita) justru di situlah tampak kelemahan kita; makin tampak jelas bahwa kita rapuh karena tidak berkaca pada diri sendiri. Dan kita akan terus menuntut orang lain melakukan segala sesuatu tanpa cacat, dan harus serba sempurna seturut apa yang kita pikirkan dan rasakan. Bukankah sikap demikian sama dengan sikap bangsa Israel yang tegar hati dan menuntut Tuhan seperti yang mereka pikirkan, hingga bermuara pada sikap mendua hati.

Maka pertanyaan di sini adalah apakah kita seperti bangsa Israel yang sering menuntut Tuhan tapi lupa melihat kebaikan Tuhan dalam hidup kita? Apakah kita juga mudah memojokkan orang lain tapi kita sendiri enggan mengoreksi diri?
Mari kita merenungkan kebenarannya dalam diri kita masing-masing seraya membangun sikap adil dalam diri untuk berani mengoreksi diri juga bila ada sikap suka mengoreksi orang lain. Kita juga berniat menumbuhkan sikap tulus dalam koreksi-mengoreksi dengan intensi mulai untuk memperbaiki dan membangun kebersamaan kita bukan sebaliknya.

DOA PENEGUHAN:
Tuhan yang mengetahui baik siapa di kami dalam konteks-Mu hari ini. Tuntunlah kami untuk menghayatinya dalam kebersamaan kami. Tumbuhkan kebaranian untuk berani melihat diri sendiri sebelum melihat kekuarangan orang lain. Berikan kami juga keikhlasan dalam upaya saling memperbaiki demi sesuatu yang lebih baik dalam kebersamaan kami satu sama lain. Dengan demikian kami memancarkan cahaya kasih suka cita dan cinta damai dalam kehidupan bersama sehingga namaMu dimuliakan selamanya. Amin

Oleh Ibu Maria Veronica Heriyati (Pimpinan Komunitas Kerahiman Ilahi Alam Indah Tangerang-Banten)

Published in Renungan
Friday, 22 June 2018 12:43

JANGAN KUATIR!

Saudara-saudari terkasih dalam Kristus, damai bagimu sekalian!

Di kala banyak orang masih mencari-cari tumpuan harapan khususnya di saat dilanda tantangan dan kesulitan yang mencemaskan, Yesus melalui Injil hari ini meneguhkan kita akan Allah sebagai penjamin hidup kita. Permintaan Yesus hingga tiga kali ini membuat kita yakin bahwa Allah kita adalah seorang Bapa yang menaruh perhatian kepada anak-anakNya serta kebutuhan mereka. Yesus meminta kita berulang-ulang agar “janganlah kuatir” karena Allah sanggup menolong kita asal kita percaya dan terbuka pada penyelenggaraan Ilahi-Nya. Di sini problem manusia karena tak sedikit orang yang mengharapkan pertolongan Tuhan namun masih lemah dalam iman dan kurang berserah sungguh kepada penyelenggaraan Tuhan.

Dan Yesus memberi kita solusi untuk tidak kuatir. Pertama, Yesus mengajak kita untuk belajar sikap pasrah total makluk hidup lain yang membiarkan diri diatur oleh Tuhan. Jika Tuhan merawati mereka, tentu Tuhan akan lakukan hal yang sama juga bagi kita. Namun ketika manusia kehilangan keyakinan ini maka dia merasa dia yang perlu berjuang habis-habisan untuk memenuhi hidupnya. Hal itu benar tetapi bukan berarti mengesampingkan peran Tuhan atau bahkan menganggap Tuhan tidak punya peran dalam hidup. Semakin orang hidup dalam situasi demikian, kecemasan akan makin menghantaunya karena sehebat apappun dia dalam upaya menjamin hidupnya, kemampuannya toh terbatas. Ada hal-hal tertentu yang tak bisa dia gapai sendiri bahkan oleh sesama manusia yang lain. Di sini manusia butuh pertolongan Sang Mahakuasa. Menyangkal hal ini sama dengan menyangkal identitas dirinya sebagai makluk ciptaan Tuhan yang terbatas kemampuannya.

Solusi yang kedua adalah “mencari” dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya serta menghayatinya nilai-nilai kebenaran itu dalam hidupnya termasuk di saat sulit. Kelemahan manusiawi kita kadang membuat iman kita goyah, terlebih saat kita harus mengalami tantangan-tantangan berat dalam hidup, saat kita merasa Tuhan tidak ada di pihak kita, saat kita diliputi kemalangan atau sakit berat, saat kita berpikir tentang masa depan. Ajakan Yesus untuk mencari Kerajaan Allah dalam keseharian kita dengan cara hidup dalam tuntunan nilai-nilai kebenaran dan kemurahan hati untuk berbagi dengan sesama yang membutuhkan akan menjadi berkat bagi diri kita sendiri. Tuhan tidak akan melupakan kita, Dia akan memenuhi kebutuhan kita. Kasih setianya akan menyertai hidup kita.

Paus Fransiskus dalam wejangannya saat Angelus 26 februari 2017 mengatakan: “Allah bukanlah sosok yang jauh dan tak dikenal: Dialah tempat perlindungan kita, sumber ketenangan dan kedamaian kita. Dialah batu karang keselamatan kita, yang padanya kita bias melekat dalam kepastian tidak jatuh, barangsiapa yang melekat pada Allah tidak pernah jatuh! Dialah pertahanan kita dari kejahatan yang selalu mengintai. Allah bagi kita adalah sahabat, sekutu. Bapa kita yag agung, tetapi kita tidak selalu menyadarinya, kita tidak menyadari bahwa kita memiliki seoarng sahabat, seorang sekutu, seorang Bapa yang mengasihi kita, dan kita lebih suka bersandar pada benda-benda dekat yang dapat kita sentuh, pada benda-benda yang kebetulan ada, melupakan dan kadang kala menolak yang terutama yaitu, kasih kebapaan Allah”.

Marilah kita terus menerus berkanjang pada Tuhan, menaruh suka duka kita dalam Kerahiman Ilahi seperti kata Pemazmur: “serahkanlah kuatirmu kepada Tuhan, maka Ia akan memelihara engkau!” (Mzm 55:23). Allah yang adalah setia tidak akan pernah meninggalkan kita.

Doa :
Allah Pengasih, kami serahkan hidup kami hari ini. Sertailah kami selalu agar kiranya kami senantiasa percaya bahwa Engkau tidak pernah meninggalkan kami. Bantulah kami untuk peka akan kehadiranMu, untuk selalu setia mencari serta mewujudkan Kerajaan Allah di muka bumi ini.
Oleh Sr. Maria Fransiska Manek, SFSC (berkarya di Teano Provinsi Caserta-Italia Selatan)

Published in Renungan
Wednesday, 13 June 2018 18:41

Persembahan Hati

Manusia terbiasa melihat apa yang tampak, segala yang berhubungan dengan fisik. Sementara Tuhan mampu melihat yang tidak tampak oleh mata manusia. Kita mungkin melihat seseorang memberikan persembahan/sumbangan besar kepada gereja, yayasan ataupun kegiatan kemanusiaan lainnya, tetapi sebatas itu sajalah kita dapat menilai orang tersebut. Mata kita tidak dapat menembus, melihat hati orang tersebut. Apakah di dalam hati masih ada sesuatu yang mengganjal mengenai seseorang yang belum dibereskan? Tuhan meminta sebelum persembahan diberikan, Dia ingin kita membereskan hati kita. BagiNya dasar persembahan adalah hati kita. Persembahan hati.

Hati adalah sesuatu yang tidak tampak, namun bisa kita rasakan dan mengerti secara jelas. Perasaan-perasaan yang muncul di dalam hati, positif atau negatif, bisa kita ketahui, bahkan seringkali menjadi penentu sikap dan perbuatan kita. Hati tidak pernah berbohong. Meskipun di mulut kita berkata tidak ada apa-apa, namun bila kita membenci/menyukai seseorang maka suasana hati kita tidak akan bisa berbohong. Tuhan sepertinya telah membuat hati ini sebagai alat ukur diri kita. Dan Tuhan ingin kita selalu menjaga hati kita tetap murni, bersih dan damai.

Dalam pesanNya mengenai persembahan, Tuhan meminta kita pergi berdamai dahulu, membersihkan hati dulu. Percuma saja bila kita berusaha menyembunyikan apa yang ada dalam hati kita, karena di hadapan Tuhan tidak ada yang tersembunyi, Tuhan tahu segalaNya. Karena itu akan menjadi sia-sia saja persembahan materi, tenaga, waktu dan pikiran kita pada Tuhan bila kita datang dengan hati yang belum bersih. Yang terutama dari semuanya adalah persembahan hati, barulah persembahan-persembahan lain akan berarti dan diterima Tuhan.

Jika demikian, rasanya menjadi begitu sulit bagi seseorang untuk bisa mempersembahkan persembahan. Sebenarnya tidak juga, asalkan kita mau mengikuti ajaran dan perintah Tuhan Yesus sendiri, yaitu: mengampuni dan mengasihi. Tuhan Yesus telah menebus dosa-dosa kita dan rela menderita sengsara dan mati di kayu salib karena kasihNya yang begitu besar pada kita semua. Teladan itulah yang seharusnya menjadi dasar bagi kita manusia untuk bisa selalu mau mengampuni dan mengasihi sesama kita, siapapun itu. Dan hal ini juga tertulis jelas dalam Alkitab. Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu. (Mat 5: 44)

Untuk memiliki hati yang bersih, kita harus rela mengampuni, juga meminta ampun tanpa rasa malu mengakui kesalahan-kesalahan kita. Bila segala ganjalan dan masalah telah hilang, kita akan memiliki hati yang bebas dari segala yang negatif, sehingga kita bisa mempersembahkan hati kita tersebut kepada Tuhan. Tuhan akan berkenan menerimanya. Usaha untuk membersihkan hati ini harus terus kita lakukan. Tuhan Yesus meminta kita terus berusaha. Dengan menyadari penuh bahwa dalam kedagingan kita sebagai manusia, kita memiliki kelemahan dan sering tak luput dari godaan dan cobaan, karena itu kita menerima bahwa diri kita dan orang lain tidak sempurna. Namun, itu bukan alasan untuk kita membiarkan diri kita tenggelam dalam kondisi ketidaksempurnaan. Setiap jalan panggilan ada suka dan duka. Semua jalan yang kita tempuh harus tetap kita jalani sebagai manusia yang utuh, belum setengah malaikat. Namun kita sama-sama harus terus berupaya berjuang mencapai kesempurnaan Bapa di surga dalam jalan panggilan kita masing-masing. "Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna." (Mat 5: 48)

Doa :
Syukur dan puji kami panjatkan ke hadiratMu ya Tuhan, karena telah Engkau perkenankan kami mengikutiMu. Tuhan Yesus, seperti apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami semua mengenai kasih, baik melalui firmanMu dan juga melalui perbuatanMu yang telah rela mati di kayu salib, mampukanlah kami untuk memiliki kasih sepertiMu. Berilah kami rahmat agar dapat mengampuni sesama, sehingga kami dapat memiliki hati yang bersih yang bisa kami persembahkan kepadaMu. Berkatilah juga kami semua dalam menjalani panggilanMu, sehingga kami memiliki semangat juang untuk mencapai kesempurnaan Bapa di surga dalam jalan panggilan kami masing-masing. Amin.

Salam kasih,
-Angel- (Ketua KBKK – Kelompok Bakti Kasih Kemanusiaan Jakarta)

Published in Renungan
Tuesday, 12 June 2018 17:08

Kiat Menjadi Garam dan Terang bagi Sesama

Saudara/i yang terkasih dalam Kristus, saya mengajak kita meluangkan waktu sejenak merenungkan kebenaran di balik teks Injil inspiratif yang menjadi bahan permenungan hari ini dari Mat. 5:13-16. Ada satu dua inspirasi sederhana yang hendak saya kedepankan di sini untuk kita renungankan bersama sebab hal-hal itu ‘mengena’ dengan kehidupan kita sebagai saksi-saksi Kristus.

Hal pertama, Kamu adalah garam dunia, jika garam menjadi tawar dengan apakah iadi asinkan (Mt 5: 13)

Dalam keseharian hidup kita bila kita mau makanan yang sedap, maka kita perlu menambah makanan itu dengan garam secukupnya. Demikianlah kita sebagai orang kristen, Kristus menghendaki kita untuk menjadi garam dunia. Dengan menjadi garam dunia, Yesus menghendaki agar kehidupan iman kita berpengaruh pada lingkungan sekitar kita dan membawa perubahan pada dunia yaitu dunia menjadi lebih baik.

Kehadiran kita sebagai berkat bagi orang lain, tidak harus dalam bentuk perbuatan-perbuatan besar, tetapi bisa melalui hal-hal sederhana yang membuat kehadiran kita membawa arti bagi sesama. Ada banyak contoh yang bisa kita lihat dalam kenyataan hidup sehari-hari. Sebagai pegiat di dunia pelayanan kesehatan, kami berupaya mewujudkan peran kami sebagai garam bagi orang lain misalnya dengan memberi keringanan biaya dalam perawatan di Rumah Sakit untuk mereka yang kurang mampu. Atau bisa dengan cara melayani orang lain dengan ramah dan penuh kasih tanpa membeda-bedakan siapa dia.

Kiranya permenungan kita tentang sifat dan fungsi garam fisik yang biasa kita gunakan setiap hari menjadi inspirasi bagi kita agar kehidupan kita sebagai orang Kristen kiranya juga memberi "rasa"dalam keseharian hidup. Dengan demikian kehadiran kita ada faedah nya bagi sesama. Saya yakin selama ini kita telah berupaya tekun setia menjadi garam bagi sesama melalui tidakan-tindakan kecil dan sederhana sebagai perwujudan identitas kristiani kita. Di situlah kita sebenarnya telah berupaya memberikan pengaruh moral ditengah masyarakat dengan perkataan dan tindakan yang baik, benar serta luhur.

Sifat garam yang juga mudah larut mengajak kita juga untuk menghadirkan hal-hal yang mudah melarutkan kita dalam suasana damai dan gembira melalui sikap ramah, sopan dan murah senyum serta tegur sapa dalam pergaulan. Seperti garam yang sudah larut dalam makanan tidak tampak lagi secara fisik namun perannya dirasakan, demikian juga kesaksian hidup kita yang luhur memberi rasa cinta, rasa aman, rasa damai, rasa sukacita dan persaudaraan yang tulus. 

Hal kedua, Kamu adalah terangdunia (Matius.5: 14)

Bila malam tiba semua orang membutuhkan terang, terlebih ditempat yang belum ada aliran listrik, maka terang itu sangat diharapkan & sangat berguna. Jadi terang sangat penting dan sangat dibutuhkan di saat gelap. Maka sangat tepat perumpamaan Yesus tentang diri kita sebagai terang bagi sesama. Dengan menjadi terang, Tuhan mengharapkan kita menjadi penyalur berkat yaitu mendatangkan terang keselamatan dan sukacita bagi orang lain terutama mereka yang hidup bersama kita. Hendaknya kita berupaya memancarkan kebaikan Allah dengan memperhatikan sesama, mau & rela berbagi dari kekurangan kita.

Buah yang diharapkan dari semangat dasar menjadi garam dan terang dunia adalah semakin banyak orang melihat segala perbuatan baik kita dan memuliakan Allah.

DOA PENEGUHAN
Tuhan bantulah kami agar hidup kami digarami dan diterangi oleh Dikau sendiri sehingga kami pun mampu menjadi garam dan terang bagi orang lain sehingga namaMu dimuliakan kini dan selamanya. Amin.

 

Published in Renungan
Saturday, 09 June 2018 13:47

Memberi dengan Tulus Mendatangkan Berkat

Saudara/i pencinta Sang Sabda yang terkasih dan dikasihi Tuhan. Hari ini bersama gereja sejagat kita merayakan peringatan wajib Hati Tersuci Santa Perawan Maria. Secara pribadi tentu kita sudah membaca dan merenungkan sabda Tuhan. Melalui sabda Tuhan hari ini kita diajak untuk : 

Pertama, senantiasa setia mewartakan Sabda Tuhan dalam seluruh karya pelayanan kita baik atau tidak baik waktunya (Tim; 4:2). Seburuk apapun situasi yang kita hadapi bukanlah alasan untuk berhenti mewartakan Sabda Tuhan. Kita ditantang untuk keluar dari zona nyaman kehidupan kita agar Sabda Allah itu semakin dialami dan dihidupi oleh sesama saudara/i kita dan dengan demikian membawa berkat dan kekuatan bagi sesama yang kitalayani.

Kedua, kita diajak sekaligus ditantang untuk memberi dengan tulus. Saya sering sekali mendengar ungkapan yang tentu saja menurut saya bernada agak sinis “mana ada zaman segini gratis? Ini tentu saja mengungkapkan satu fakta bahwa kita hidup dalam dunia yang penuh perhitungan. Tetapi saya berbangga bahwa ditengah kehidupan seperti ini masih banyak orang yang dengan ketulusan memberiapa yang dimilikinya. Berkaitan dengan hal ini saya mau membagikan satu pengalaman kecil mengenai ketulusan hati. 

Masih sangat hidup dalam ingatan saya satu pengalaman kecil di pedalaman Kalimantan. Ketika itu saya bersama satu pastor dan satu suster mengadakan perjalanan menuju beberapa stasi bagian hulu sungai Katingan. Untuk sampai kesana kami harus menempuhnya dua hari dan tentu menggunakan klotok (transportasi sungai untuk wilayah ini). Di tengah perjalanan klotok kami mengalami kerusakan, maka butuh diperbaiki. Siang itu kami sungguh sudah sangat lapar, kami mulai mengeluh. Di sebelah sungai saya melihat satu pondok yang sangat sederhana, lalu saya memberanikan diri melangkahkan kaki kesana. Saya menjumpai seorang ibu yang sudah agak tua sedang menumbuk padi. 

Meskipun ibu itu tidak terlalu menghiraukan saya tetapi saya mencoba untuk mengajaknya berbicara, dan memang tidak terjadi sebuah dialog sebab ia tidak mengeluarkan satu katapun. Waktu saya hendak pamit, tiba-tiba ia masuk kedalam pondok lalu keluar lagi dan membawa sebuah piring dan di dalamnya ada dua buah pisang rebus lalu memberikannya kepada saya. Tentu rasa syukur saya tak terhingga selain karena saya memang lapar tentu juga bersyukur untuk ketulusan ibu ini serta ke pekaannya memahami situasi saya. Saya yakin ini berkat yang saya terima dari Tuhan, saya memberikan satu pisang itu untuk teman suster saya dan tentu pastornya tidak dapat karena tidak cukup. Dengan satu buah pisang dari kemurahan seorang ibu sederhana, saya bisa sedikit kuat melanjutkan perjalanan yang masih membutuhkan waktu setengah hari.


Saudara/i pencinta Sang sabda yang terkasih, bila kita mencermati situasi dunia hidup kita, di sana akan ditemukan banyak saudara/i mengalami kesulitan dalam hidup, mereka butuh didengarkan. Tugas kita adalah memberi hati dan telinga kita untuk mendengarkan mereka. Ketika banyak saudarada n saudari kita hidup dalam ketidakpastian akan masa depan, mereka membutuhkan kehadiran kita untuk mendukung dan meneguhkan kembali harapan mereka. Ketika banyak saudara/i kita mengalami penderitaan karena beban ekonomi yang menghimpit dan kesulitan lain, mereka membutuhkan kasih yang tulus untuk meringankan penderitaan mereka. Pada peringatan Hati tersuci Maria, kita memohon bantuan Tuhan agar teladan kesederhaan dan ketulusan Bunda Maria menjadi inspirasi bagi kita dalam perjuangan menghantar Tuhan kepada sesama.

Doa Peneguhan : 
Allah Bapa yang Maha belas kasih, kami bersykur kepada-Mu untuk segala berkat dalam seluruh hidup kami. Semoga karena doa Bunda Maria yang hari ini kami peringati pestanya menghantar kami untuk semakin mendekatkan diri dengan-Mu dan dimampukan untuk menghantar sesama menjumpai Engkau dalam hidup, demi Kristus Tuhan dan pengantara kami, Amin.

 

Published in Renungan

Para Pengikut Yesus, Sang Sabda yang terkasih. Saya percaya sebagai pencinta Sabda Tuhan, saudara-saudari sudah membaca bacaan-bacaan suci yang menjadi fokus perhatian permenungan kita hari ini. Dan tentu saja pemaknaan atas pesan Sabda Tuhan itu bervariasi sesuai cara pandang dan situasi hidup kita. Saya mengajak kita sekalian untuk merenungkan satu pesan penting berkaitan dengan perumpamaan Yesus tentang Kebun Anggur dan Para Penggarapnya (Mrk 12: 1-12). 

Perumpamaan Yesus ini secara gamblang mengacu pada umat Israel sebagai kebun anggur Allah dan para pemimpin mereka sebagai penggarap. Atau dalam konteks sekarang, perumpamaan ini mengacu pada kita sebagai umat Allah yang percaya pada Kristus dan para pemimpin-pelayan Gereja sebagai penggarap-penggarap Kebun Anggur Tuhan. Dan merenungkan lebih dalam hidup kita dalam konteks kepemimpinan maka kita akan menemukan di sana bahwa setiap kita adalah pemimpin (penggarap kebun anggur Tuhan) paling kurang dalam memimpin diri, keluarga dan orang-orang yang dipercayakan kepada kita. Maka melalui perumpamaan ini, Yesus sebenarnya mau mengajak kita sekalian untuk merenungkan kiprah perjuangan kita hingga saat ini: bagaimana upaya kita melaksanakan tugas menggarap kebun anggur yang Tuhan percayakan kepada setiap kita.

Merenungkan pesan Injil ini muncul suatu pertanyaan yang perlu kita renungkan bersama khususnya saya dan rekan-rekan yang dipercayakan Tuhan menjadi penggarap Kebun AnggurNya: sudahkah kita (para penggarap) dalam kebun anggur Kristus bekerja sesuai dengan harapan Kristus sebagai pemilik jemaat….? Kita tidak dituntut menjawab secara verbal atas pertanyaan tersebut namun baik juga perlu direnungkan jawabannya sesuai kenyataan hidup kita sejauh ini. Apapun jawabannya, kesadaran sebagai makluk tak sempurna, yang masih berjuang dengan segala kelebihan dan kekurangan dalam upaya melaksanakan mandat Tuhan itu, akan menghantar kita menyadari dan mengakui pula bahwa setiap masih berjuang dengan segala ketidaksempurnaan kita mewujudkan cita-cita kerajaan Cinta Kasih dalam kebersamaan kita.  

Dalam upaya tersebut baiklah kita bercermin pada nasihat saleh Simon Petrus, hamba dan rasul ulung Yesus Kristus, yang mendapat mandat dan tugas pertama menggarap kebun anggur Kristus. Dia memberikan teladan dan ajaran yang sangat luar biasa dan masih sangat relevan untuk kita dewasa ini sebagaimana ditulisnya dalam Suratnya yang kedua bab 1 ayat 1-7:

Pertama, Santu Petrus memberi teladan saleh dengan mendoakan kita semua agar kita senantiasa dilimpahi kasih kemurahan Tuhan: "Kasih karunia dan damai sejahtera melimpahi kamu..."

Kedua, Paus pertama Gereja ini mengingatkan jemaat dan kita semua untuk percaya teguh bahwa; Kekuasaan Kristus yang ilahi telah menganugerahkan kepada kita segala sesuatu yang berguna untuk hidup yang saleh... dan Ia telah menganugerahkan kepada kita janji-janji yang berharga dan sangat besar. Maka kita mesti mempercayakan diri pada bimbinganNya.

Ketiga, dia mengajak kita harus sungguh-sungguh berusaha untuk: menambah iman kita dengan kebajikan, lalu menambah kebajikan kita dengan pengetahuan, dan selanjutnya menambahkan: pengetahuan dengan penguasaan diri, penguasaan diri dengan ketekunan, ketekunan dengan kesalehan, kesalehan dengan kasih kepada saudara-saudara, dan akhirnya menambahkan kasih kepada saudara-saudara dengan kasih kepada semua orang.

Di akhir nasehat salehnya itu Petrus menggarisbawahi alasan di balik kiat-kiat rohani itu yakni agar hidup kita yang sudah diselamatkan oleh Kristus menjadi efektif dan berbuah limpah, baik bersama Tuhan sebagai pokok anggur kita maupun dengan sesama kita yang hidup dari kasih kemurahan Tuhan, Sang Pokok Anggur kita semua. Mari kita semua berjuang mewujudkan nasihat-nasihat saleh di atas dalam kehidupan konkret kita agar kebun Anggur Tuhan makin melimpah buah dalam kebersamaan kita.

Doa :
Kristus Tuhan kami, kami adalah milik-Mu. Mampukan kami semua untuk semakin bertumbuh dan berbuah sesuai dengan harapan dan rencana-Mu.
Amin...

Oleh P. Pius Bosran Situmorang, SVD
(Misionaris SVD berkarya di Paroki St. Yosef Freinademetz Bolawolon- Keuskupan Maumere)

Published in Renungan
Page 3 of 7

Kegiatan Terbaru

...sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa (Yohan...

25 October 2023
...sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa (Yohanes 15:5)

Bagaimana menyelaraskan nilai-nilai iman sejati dengan kecanggihan art...

PERAN SABDA DALAM GEREJA MISIONER

19 October 2022
PERAN SABDA DALAM GEREJA MISIONER

Pada hari Sabtu, 15 Oktober 2022 yang lalu, Komunitas Verbum Domini (K...

BILBE ZOOM IV PUSPITA SUMUR YAKUB BERSAMA KARDINAL SUHARYO

18 October 2022
BILBE ZOOM IV PUSPITA SUMUR YAKUB BERSAMA KARDINAL SUHARYO

Bible Zoom-Youtube Live-Streaming diadakan lagi oleh Tim Pengurus Pusa...

BILBE ZOOM III PUSPITA SUMUR YAKUB BERSAMA MGR. DR. SILVESTE...

16 October 2022
BILBE ZOOM III PUSPITA SUMUR YAKUB BERSAMA MGR. DR. SILVESTER SAN

Tim Pengurus Pusat Spiritualitas (Puspita) Sumur Yakub SVD-SSpS Indone...

BILBE ZOOM II PUSPITA SUMUR YAKUB BERSAMA P. LUKAS JUA, SVD

14 October 2022
BILBE ZOOM II PUSPITA SUMUR YAKUB BERSAMA P. LUKAS JUA, SVD

Tim Pengurus Pusat Spiritualitas (Puspita) Sumur Yakub SVD-SSpS Indone...

Tentang Kami

Nama yang dipilih untuk sentrum ini adalah “Pusat Spiritualitas Sumur Yakub” yang mempunyai misi khusus yaitu untuk melayani, bukan hanya anggota tarekat-tarekat yang didirikan Santu Arnoldus Janssen saja tetapi untuk semua... selebihnya

Berita Terbaru

©2025 Sumur Yakub - Pusat Spiritualitas. All Rights Reserved.

Search