Sari Firman, Minggu Hari Raya Segala Orang Kudus. Mat 5 : 1 - 12.
Pada awal bulan Oktober tahun ini gereja Katolik bahkan dunia tertarik dengan seorang anak muda, Carlo Acutis yang diberi gelar beato. Satu tahap sebelum diberi gelar Santo.
Carlo yang campuran Irlandia dan Polandia, lahir pada tanggal 3 Mei 1991 dari bapak Andrea Acutis dan mama Antonia Salzano. Orang tuanya bukan orang yang sangat religius. Orang biasa2 saja. Kalau ada waktu baru berdoa atau ke gereja karena mereka syibuk. Keluarga ini termasuk kaya. Carlo baru berusia beberapa bulan, mereka berpindah ke Milan, Italy. Meski usianya baru 7 tahun, Carlo mendapat izin untuk boleh menerima komuni atau sambut baru. Carlo menghadiri ekaristi setiap hari. Mengaku dosa sekali seminggu. Sempat punya pacar, tapi tidak serius. Banyak waktunya untuk duduk dan merenung di depan tabernakel. Di sekolahnya dia dikenal sebagai siswa yang suka gembira. Hanya dia tidak menerima kalau ada teman yang cacat diejek atau jadi bahan olokan. Gemar menonton bola kaki. Selalu menggunakan uang dan hartanya untuk menolong orang miskin. Bekerja dengan suka rela di dapur panti sosial yang menyiapkan makanan untuk para gelandangan. Setiap malam keluar untuk membantu orang yang susah dan membagikan kasur untuk mereka. Carlo, sangat mahir dengan tehnologi komputer dan internet. Bahkan diberi gelar ahli IT karena belajar sendiri. Carlo senang bermain play station. Tetapi yang istimewah bahwa karena cintanya kepada ekaristi atau sakramen mahakudus dia berhasil mengumpulkan semua mujizat tentang ekaristi. Katanya, semakin sering menerima ekaristi, kita semakin menyerupai Kristus. Ketika dia berusia 14 tahun, dia sakit mengidap leukemia atau kanker darah. " Saya mempersembahkan sakitku untuk Tuhan, untuk Paus Benediktus XVI dan gereja" kata Carlo. Carlo membaca banyak riwayat orang kudus. Dia sangat mengagumi Santo Fransiskus Asisi. Karena itu dia minta, kalau meninggal dia dikuburkan di kota Asisi. Carlo meninggal pada tanggal 12 Oktober 2006, ketika berusia 15 tahun. Ketika dia dikuburkan, banyak sekali gelandangan yang hadir. Mereka merasa sangat kehilangan.
Baru 7 tahun sesudah meninggalnya, proses penggelaran kudus dimulai. Maka pada tahun 2013 dia digelar sebagai Hamba Tuhan. Diceritakan ada beberapa mujizat penyembuhan terjadi berkat permohonan kepada Tuhan lewat Carlo Acutis. Bahkan ketika kuburnya digali, 14 tahun kemudian, jenazahnya masih terbilang utuh. Dia masih mengenakan jacket, celana jeans dan sepatu nike kesenangannya.
Pada tanggal 10 Oktober 2020 dia diberi gelar sebagai beato, orang yang sudah berbahagia di dalam Tuhan. Pasti tidak lama lagi anak milenial ini digelar Santo. Beato Carlo juga digelar sebagai Pelindung Internet. Dia telah menggunakan internet untuk menyebarkan injil atau kabar baik.
Saudara, hari ini kita merayakan pesta segala orang kudus. Siapa saja bisa menjadi orang kudus. Orang kudus bukan monopolinya Paus, uskup, imam, para biarawan biarawati. Awam pun bisa jadi santo dan santa. Bukan hanya orang tua, juga anak muda bisa jadi orang kudus. Contohnya beato Carlo. Waktunya, bakatnya, hartanya digunakan untuk Tuhan, untuk sesama dan untuk perbuatan yang baik.
Orang kudus bukanlah orang yang tidak menderita. Beato Carlo juga menderita, bahkan mati muda. Injil hari ini membenarkan itu. Orang kudus itu pernah menangis, sakit,menderita, dihina, merasa lapar, diejek dsb.
Saudara, orang kudus itu bukan hanya santo dan santa. Banyak orang kudus yang tidak bergelar. Ada orang kudus dari Eropa, Asia, Afrika. Dari kota dan dari kampung. Orang miskin dan kaya. Terpelajar atau orang biasa2 saja. Sopir, tentara, polisi, pegawai, pejabat atau orang kebanyakan. Banyak sekali orang kudus. Pada hari ini kita menghormati mereka seraya memohon doa mereka agar kita bisa mengikuti teladan mereka.
Selamat merayakan pesta segala orang kudus dan selamat berhari Minggu (pfn)