Bacaan: Filipi 1:1-11, Mzr. 111, Lukas 14:1-6
Sahabat-sahabat Tuhan ytk,
Salam jumpa!
Kebahagiaan, Kesejahteraan telah menjadi tujuan pencarian setiap manusia. Dalam dunia yang serba cepat, dengan berbagai perkembangan yang pesat di hampir segala bidang kehidupan, namun tetap menampilkan wajah dengan dua sisi mata uangnya, yaitu positif dan negatif, selalu bergandengan tangan seiring sejalan, yang terus mendorong dan memaksa kita terus belajar, atau malah binasa di tengah pusarannya.
Dari mahkluk spiritual yang kaya hati, manusia terus berkembang dan menjelma menjadi makhluk mesin yang bekerja di bawah hukum dan aturan dunia yang terkadang hal hukum dan atutan itu justru mendegradasikan dan mengikis nilai kasih kemanusiaan itu sendiri. Atas nama hukum dan aturan, berapa banyak nilai kemanusiaan, dan nilai kasih (spiritual) yang telah kita korbankan di bawa panji kemajuan zaman ini. Dunia menjadi lahan perebutan, lahan pertentangan, lahan peperangan atas nama yang baik dan yang jahat.
Sadarkah kita bahwa justru dengan terciptanya situasi-situasi demikian dalam hidup kita, sebenarnya dunia dan kita sendiri mulai mengalami kehilangan hakikat dan jati diri, kebenaran semakin kabur, dan samar antara menjalankan dan menegakkan aturan, atau berpihak pada nilai-nilai spiritualitas kasih dan kemanusiaan. Aturan dan hukum di jalankan hanya sebagai tameng untuk mempertontonkan kekerdilan diri yang terkesan mau meluhurkan nilai-nilai superfisial, namun sebenarnya semakin kehilangan makna, karena mengorbankan nilai-nilai luhur kemanusiaan.
Zaman ini, zaman orang yang rajin pamer segala aktifitas, termasuk pamer menjalankan hukum dan aturan, untuk sekedar mendapatkan pengakuan dan perhatian yang makin rapuh. Saya percaya kita semua menyadari kenyataan ini, kita merasakannya di sekitar kita, kita mendengarnya di sekeliling kita, untuk segala bentuk pamer itu yang hanya sekedar untuk mendapatkan like, pujian, dan kemudian menutupi niat berbahaya di balik itu, kesombongan, ketamakan, atau sekedar keinginan untuk terkenal.
Sahabat-sahabat Tuhan ytk,
Sabda Tuhan hari ini, kembali mengingatkan kita, bahwa hukum yang paling utama dari semua hukum adalah kasih. Jadikan hukum kasih sebagai payung dari semua hukum dan aturan dunia, maka manusia akan kembali merebut kejayaan Firdaus yang telah dijanjikan Tuhan. Dalam bacaan injil hari ini, Tuhan Yesus kembali menantang para Farisi dan masyarakat Yahudi, dan juga kita semua yang telah menjalankan hukum dan aturan dengan salah kaprah karena demi hukum dan aturan kita mengabaikan dan menafikan nilai kasih dan kemanusiaan kita. Hari sabat telah menjadi hari istimewa, dan disucikan dalam tradisi Yahudi, semua orang, siapa pun dilarang melakukan pekerjaan apapun di hari sabat.
Tuhan Yesus tidak menentang aturan hari sabat, namun menentang pelaksanaan hukum dan aturan yang kehilangan nilainya, mengabaikan perbuatan dan tindakan kasih, menjalankan aturan dan hukum supaya disebut taat, mulia, terhormat dan sebagainya. “siapakah yang anak atau lembunya terperosok ke dalam sumur, tidak segera menariknya ke luar meski pada hari sabat?” Pertanyaan penting, dan penuh makna, pertanyaan yang juga ditujukan kepada kita umat Kristus di jaman ini. Kasih harusnya menjadi Roh dari hukum dan aturan. Di injil Yohanes, Tuhan Yesus bersabda, “Barang siapa mengasihiku, ia akan melakukan semua kehendakku ”. Jika kita menjalankan hukum dan aturan karena kasih, bukan untuk pamer, bukan supaya di sebut taat, bukan untuk cari nama dan popularitas, maka hukum dan aturan itu akan memerdekakan kita.
Kadang dalam dunia profesi saya sebagai perawat, terjadi pula pergeseran dan benturan antara nilai-nilai kemanusiaan dengan hukum dan aturan sudah mulai dirasakan. Sebagai seorang perawat setiap saat kami bertemu orang-orang sakit dan juga orang sehat. Kami mengenal berbagai macam keterbatasan, kekurangan yang dialami oleh orang-orang yang berkunjung ke fasilitas kesehatan. Namun atas nama aturan, atas nama administrasi, kadang kami lebih prioritaskan uang daripada pelayanan kepada orang sakit.
Terjadi pengabaian nilai kemanusiaan dalam berbagai bentuk dan tindakan, dan juga eksploitasi dan memanfaatkan situasi demi keuntungan yang sebesar-besarnya. Tindakan-tindakan yang tidak penting yang hanya menambah beban tagihan, dikemas dalam berbagai aturan yang “halal dan legal” namun dengan niat untuk mencari keuntungan sebesar-besarnya. Lalu jika demikian apakah Allah berkarya dalam diri kita? Jawabannya jelas dalam bacaan Surat Rasul Paulus kepada Jemaat di Filipi, semua Tindakan Kasih itu diilhami oleh Roh Allah sendiri. Di setiap hati yang memiliki kasih, Allah akan turut bekerja melalui dirinya. Dan agar kita selalu di ilhami oleh kasih, kita harus senantiasa mengucap syukur, dan berdoa dengan sukacita.
Sahabat-sahabat Tuhan ytk
Beberapa pesan iman dari bacaan hari ini yang dapat kita kutip untuk kita simpan sebagai permata di hati kita:
- Semua tindakan yang didasarkan pada Kasih yang tulus pada hakikatnya selalu berasal dari Allah. Jangan pernah ragu berbuat Kasih, terutama di situasi dan kondisi dunia saat ini yang tertimpa gelombang derita yang dahsyat akibat pandemic Covid 19. Lihatlah moment ini sebagai kesempatan yang subur untuk kita semaikan benih-benih kasih melalui uluran tangan dan bantuan kecil kita, akan sangat bermanfaat bagi orang lain yang membutuhkannya.
- Dalam setiap aturan dan hukum, tempatkan Kasih sebagi hukum utama, sebagai pembimbing maka kita tidak akan pernah salah jalan, dan salah niat.
- Jalankan semua aturan dan hukum baik sebagai warga negara maupun sebagai warga gereja, dengan niat Kasih. Jika kita mencintai Indonesia, kita akan melakukan semua aturan dan hukumnya dengan senang hati dengan perasaan bangga. Jika kita mencintai Tuhan Yesus kita akan melakukan semua kehendak-Nya, menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.
- Jangan Lupa berdoa dengan sukacita dan selalu mengucap syukur, itulah kunci agar Allah senantiasa bekerja dalam diri kita. Kita akan selalu diberkati oleh kasih karunia dan damai sejahtera yang berlimpah bagi hidup kita dan orang di sekitar kita.
- Dan terakhir hendaknya kita semua tahu batasan kita masing-masing. Agar Allah senantiasa menggunakan kita, berkarya melalui kita, kita harus tahu batasan kita, yang sudah ditetapkan oleh Allah, yang tidak boleh dilanggar. Tokoh-tokoh hebat dalam Alkitab, seperti Yusuf dan Daniel dapat menjadi panutan, bagaimana mereka begitu mencintai Allah dan menyadari batasan mereka, sehingga mereka selalu berkenan kepada Allah dan Allah terus berkarya dalam diri mereka.
Semoga.
Tips sederhana untuk menghilangkan stress dan pikiran negative
Duduklah di kursi, bersandar, tarik dan buang napas beberapa kali, lalu bersandarlah dengan punggung agak condong ke belakang, angkat wajah agak di tengadahkan sedikit, bayangkan, dengarkan atau rasakan suatu perasaan yang menyenangkan, lalu tersenyumlah dengan bebas,.. dan sebarkan sensasi/perasaan positif yang muncul ke seluruh tubuh, melalui tarikan dan hembusan nafas.
Oleh Yosef D.F. Dulle (Paroki Spiritu Santo Misir Maumere)