Bacaan: Bil. 21:4-9, Mzm 102, Yoh. 8.21-30
Hari-hari belakangan ini merupakan masa-masa sulit bagi kita semua. Pandemi COVID-19 telah membuat aktivitas kita menjadi kacau-balau, banyak pertemuan dibatalkan, semua kuliah mahasiswa diliburkan, dan banyak jadwal penting lainnya menjadi terganggu. Banyak sektor kehidupan yang terdampak, khususnya sektor pariwisata, yang mengakibatkan kerugian yang tidak sedikit.
Namun sebaliknya, di sektor kesehatan, pekerjaan menjadi ekstra dan tak kunjung henti. Banyak orang menjadi cemas dan kuatir bahwa dirinya mungkin tertular virus yang menakutkan ini. Profesi medis, baik dokter maupun paramedis lainnya, menjadi tumpuan harapan banyak pihak untuk merawat dan melakukan pelayanan yang terbaik bagi para pasien yang terjangkit virus SARS-CoV2 ini.
Bila kita merefleksikan apa yang kita alami hari-hari belakangan ini dengan bacaan liturgi hari ini, ada beberapa hal yang menarik dan bisa kita tarik benang merahnya. Pada bacaan pertama, kita lihat bangsa Israel bersungut-sungut dan 'menyalahkan' Tuhan sehingga mereka mengalami masa-masa sulit.
Kisah tersebut mirip juga dengan situasi kita saat ini, di mana himbauan pemerintah untuk melakukan social distancing kita rasa terlalu berlebihan dan menyulitkan kehidupan sehari-hari kita. Sulit sekali rasanya kita harus melakukan isolasi mandiri di saat kita terbiasa nongkrong bareng teman-teman di kafe dll.
Namun apa yang terjadi selanjutnya di dalam bacaan pertama tersebut, Tuhan menyuruh ular tedung memagut orang-orang itu, sehingga mereka sadar bahwa mereka telah berdosa terhadap Tuhan. Melalui patung ular tembaga pada tiang yang dibuat oleh Musa, nyawa orang Israel yang dipagut ular tedung diselamatkan. Simbol ular tembaga pada tiang tersebut menjadi bermakna khusus dalam hal ini. Sulit dipahami dan dijelaskan dari segi penalaran logis namun keampuhan ular tembaga yang dibuat Musa berdasarkan amanah Tuhan telah terbukti nyata menyelamatkan umat Israel.
Inilah suatu bukti nyata bahwa jalan karya Tuhan yang kita iman kadang tak mampu dipahami dengan akal kita namun terbukto nyata daya bantuannya. Maka bacaan suci hari ini tentang ular tembaga dihadirkan pada moment yang tepat untuk menyadarkan dan meneguhkan kita bahwa apa pun situasi sulit yang kita alami, Tuhan punya cara menolong kita. apapun daya upaya kita, Tuhan punya jalan tersendiri me olong umatNya baik melalui pertolongan medis yang berikan maupun dengan cara Tuhan sendiri.
Bukan suatu kebetulan bahwa simbol Aesculapius dalam dunia kedokteran identik dengan apa yang disampaikan melalui bacaan liturgi hari ini. Melalui bacaan ini, Tuhan ingin menyapa kita semua, khususnya bagi para pekerja medis, untuk selalu mengandalkan Tuhan dalam setiap aktivitasnya sehingga bisa menjadi 'penyembuh' bagi semua orang yang membutuhkan.
Ada yang bertanya kepada saya, apakah saya takut menghadapi badai COVID-19 ini? Tentunya dengan bekerja di rumah sakit, risiko terpapar terhadap virus ini menjadi lebih besar. Sebagai seorang manusia biasa, tentunya ada perasaan kuatir dan was-was. Apalagi saat pulang kerja dan bertemu keluarga, risiko menularkan pun menjadi beban pemikiran tersendiri.
Namun, saya pribadi berserah kepada Tuhan, senantiasa mengandalkan Tuhan dalam setiap langkah kaki, bahwa Tuhan telah mengutus saya dan teman-teman medis lainnya untuk menjadi pembawa harapan dan 'penyembuh' bagi mereka yang membutuhkan. Kami tidak bekerja sendirian karena Tuhan yang mengutus kami pasti menjaga dan memajukan kami.
Kami hanyalah alat Tuhan menyalurkan kuasa kasih penyembuhanNya. Kami tidak mencari nama dan popularitas, tidak pula sok hebat dan sok kuat; namun atas nama kemanusiaan, kami berusaha sekuat tenaga memberikan pelayanan terbaik untuk para pasien dan keluarganya agar mereka merasakan sentuhan kasih Tuhan melalui tangan-tangan kami. Inilah bakti kami bagi sesama dan Tuhan yang menyempurkan dengan kuasa Ilahi-Nya.
DOA
Allah Tritunggal Mahakudus, sumber hidup dan tumpuan andalan kami. Kami bersyukur untuk rahmat kehidupan yang terus Dikau anugrahkan bagi kami semua. Kami serahkan seluruh diri, hidup dan karya pelayanan kami. Tuhan pakai kami sebagai alat-alatMu menyalurkan kasih dan kuasa berkatMu bagi sesama kami khususnya yang teriveksi virus corona. Kuatkan kami Tuhan, mampukan kami dengan kuasa IlahiMu seperti Dikau perbuat kepada Musa dulu agar kami mampu menolong umatMu dengan kuasa Ilahimu sehingga namaMu dimuliakan kini dan sepanjang segala masa. Amin.