Renungan

Friday, 10 April 2020 17:12

MENYIMAK MAKNA SALIB TUHAN

Written by P. Dr. Felix Baghi, SVD

Tentang kematian, kita gemetar mendegarnya. Kita gentar menghadapi mala busuk suatu situasi, ketika masih ada orang, tanpa takut ingin membunuh, tanpa perspektif tentang suatu nilai yang final suka merancang kejahatan.

Perspektif memberi batas, dan batas itu menentukan keadilan. Pada hal keadilan dan kebenaran dalam arti yang sesungguhnya tak pernah akan terjangkau. Siapakah yang berhak atas keadilan dan siapa yang pantas memiliki kebenaran?

Dia harus menanggung salah - salah yang diputuskan oleh - yang tidak mengenal kebenaran. Mungkin ini adalah juga signal bahwa segala nilai digugat, yang universal dipersoalkan, dan yang hakiki diabaikan.

Namun, kekejian terjadi bukan karena segala yang universal lenyap dan perspektif tentang pengadilan berakhir, tetapi karena manusia terlalu gegabah menganggap dirinya sebagai tuan, kekuasaan yang dibangun melalui penggalangan relasi, dukungan dan yang kompromistik. Semuanya terjadi melalui aksi yang sepihak.

Manusia terlalu gampang menganggap dirinya sebagai titik pusat kebenaran. Totalitas subjek menjadi taruhan dan manusia cenderung ingin mengklaim kebenaran sebagai milik kepunyaanya. Dalam drama singkat perjumpaan Yesus dan Pilatus, ada tragedi besar tentang kebuataan terhadap kebenaran.   Di pengadilan itu, atas pertanyaan ‘apa itu kebenaran?’ Pilatus sengaja menutup mata, menyembunyikan diri dan tidak menghiraukan, meskipun kebenaran  berada di depannya.

Lebih dari sebuah nama, Pilatus memperlihatkan suatu karakter yang menyatu dan melekat dalam darah dan daging sebagai figur kotor, takut mengambil resiko, pintar bersandiwara dengan cara mencuci tangan untuk membebaskan diri dari tanggungjawab atas darah orang benar. 

Ketika orang Yahudi meminta untuk tidak menyematkan tulisan ‘raja orang Yahudi’ pada salib, Pilatus dengan sangat angkuh berkata ‘yang tertulis, tetap tertulis.’ Dia pula yang melontarkan kata-kata sadis pada pribadi Yesus sebelum penderaan: ‘lihatlah anak manusia !’ ecce homo.

Pergunjingan tentang misi kebenaran di tengah dunia telah menjadi pergunjingan historis yang melibatkan banyak pihak dan banyak trik. Misi kebenaran itu harus berhadapan dengan kekuasaan dunia yang buta.  Ada sandiwara, permainan kuasa gelap dalam banyak bentuk personifikasi. Figur Pilatus, misalnya adalah personifikasi kuasa dunia yang semena-mena. Sindirian “engkau tidak tahu bahwa saya berkuasa untuk membebaskan dan menyalibkan engkau,” tentu, lahir dari totalitas diri yang semu.

Di pihak lain, kekuasaan kebenaran, tampil dalam figur Yesus, sederhana, bertelanjang dada, tangan terikat, bermahkota duri, berbadan bilur dan luka. Memang, kebenaran dalam arti sesungguhnya adalah realitas apa adanya. Tanpa kepalsuan. Tidak membutuhkan kerumitan. Tanpa embel-embel. Polos. Yesus adalah figur kebenaran. Ia mengajarkan kebenaran, hidup-Nya adalah kebenaran. Kata-katanya adalah kebenaran. Bahkan seluruh diri-Nya adalah kebenaran. Di manapun Dia berada, pancaran kebenaran dialami:  yang buta melihat, yang tuli mendengarkan, yang lumpuh berjalan, dan bahkan yang mati dihidupkan kembali. Yesus adalah figur manusia suci yang menyelamatkan nyawa orang lain dengan mengorbankan nyawanya.

Sejarah dunia adalah sejarah pertentangan antara yang abadi dan yang duniawi, antara yang ilahi dan yang manusiawi, antara yang benar dan yang palsu. Franca D’agostini, pemikir kontemporer Italia berbicara tentang La Menzogna, era kepalsuan sebagai tanda dekadensi yang menimpa dunia. Era ini, kalau tidak dijaga dengan baik akan menjerumuskan manusia dan dunianya ke dalam nihilisme, kekuatan gelap tanpa dasar, yang menarik manusia ke suatu jurang radikal, tempat bercokolnya figur-figur gelap dengan wajah seram, yang siap menerkam, menelan dan merusakkan segala tatanan kebenaran, lalu melemparkannya ke dalam ruang hampa.

Kematian Putera manusia di Salib adalah kematian sesuai nubuat. Adalah kematian orang benar, utusan Allah yang diperlakukan secara tidak adil oleh dunia. Itu adalah kematian orang benar yang ditinggalkan sendirian. Tak ada pembelaan. Bahkan orang yang terdekat sekalipun, para murid, semuanya menghilang. Yesaya berkata “Ia akan ditinggalkan, banyak orang meninggalkan dia, begitu buruk rupanya, bukan seperti manusia lagi … Ia dihina dan dihindari oran … orang menutup muka terhadapnya.”

Namun, kita tahu bahwa kebenaran yang ditinggalkan tidaklah berarti kematian kebenaran itu. Kebenaran yang disakitin bukanlah tanda kehancuran kebenaran itu. Yesaya berkata “Ia akan membuat tercengang banyak bangsa … sebab yang tidak diceriterakan kepada mereka akan mereka lihat, dan apa yang tidak mereka dengar akan mereka pahami.”  Sebagai taruk ia tumbuh di hadapan Tuhan. Sebagai tunas, Dia akan mekar dan akan selalu tetap mekar. 

Figur suci yang bertumbuh lurus dari kesucian, akan tetap menjaga aliran kebenaran di dalam dirinya. Dia tidak akan kena tulah. Penyakitpun tidak akan merundung dia. Yesaya berbicara tentang penyakit dan tulah, yang hanya akan terjadi di luar dari figur suci itu; dan tentu, semuanya itu - penyakit dan tulah - berada di dalam dunia manusia. “Tetapi sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditanggung-Nya, dan kesengsaraan kita yang dipikul-Nya.”   

Dari semua yang menderita demi kemanusiaan, figur yang paling suci adalah Yesus, Putera Manusia.   Kesalahan-Nya hanyalah rasa cinta-Nya kepada umat manusia.   Namun, dari kaca mata Tuhan, kematian-Nya adalah kebenaran dalam terang rencana keselamatan/kebangkitan.

Yesus bukan dihukum karena melakukan perbuatan jahat, tetapi karena kebaikannya kepada umat manusia. Jika ada sebuah cahaya, sebuah kemerdekaan di dunia, itulah Dia, yang terpaku di salib.  Ia tidak melawan. ia menerima cibiran dan olokan “kalau Engkau raja orang Yahudi, selamatkanlah diri-Mu.”

Kesetiaan-Nya pada salib hingga wafat adalah kesetiaan pada kebenaran. Kesetiaan itu didasarkan pada rencana besar dari Surga: keselamatan umat manusia. Atas dasar itu, salib bukanlah kengerian; salib adalah sukacita. Salib bukanlah kematian; salib adalah kehidupan. Salib bukanlah kepalsuan; salib adalah kebenaran. Kematian di Salib bukanlah kekalahan Tuhan; itu adalah kemenangan Tuhan karena melalui salib, Tuhan memperlihatkan cahaya maha cahaya: kebangkitan dari alam maut. 

Lewat salib itu, Yesus memperlihatkan kasih agung; dan kasih yang tidak pernah memikirkan dan mencari keuntungan diri. Benarlah kata-kata ini “ketidakadilan menimbulkan hukuman yang paling berat untuk dia yang berjuang menentangnya;” dan karena itu, ketidakadilan adalah dosa terbesar. Hanya kasih, bukan kebencian, yang bisa mendatangkan keindahan.

Kasih Agung itu, di salib, adalah kasih yang menyelamatkan nyawa dengan tanpa kehilangan nyawa-Nya; sebab Dia adalah kehidupan abadi.

Last modified on Friday, 10 April 2020 17:19

Kegiatan Terbaru

...sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa (Yohan...

25 October 2023
...sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa (Yohanes 15:5)

Bagaimana menyelaraskan nilai-nilai iman sejati dengan kecanggihan art...

PERAN SABDA DALAM GEREJA MISIONER

19 October 2022
PERAN SABDA DALAM GEREJA MISIONER

Pada hari Sabtu, 15 Oktober 2022 yang lalu, Komunitas Verbum Domini (K...

BILBE ZOOM IV PUSPITA SUMUR YAKUB BERSAMA KARDINAL SUHARYO

18 October 2022
BILBE ZOOM IV PUSPITA SUMUR YAKUB BERSAMA KARDINAL SUHARYO

Bible Zoom-Youtube Live-Streaming diadakan lagi oleh Tim Pengurus Pusa...

BILBE ZOOM III PUSPITA SUMUR YAKUB BERSAMA MGR. DR. SILVESTE...

16 October 2022
BILBE ZOOM III PUSPITA SUMUR YAKUB BERSAMA MGR. DR. SILVESTER SAN

Tim Pengurus Pusat Spiritualitas (Puspita) Sumur Yakub SVD-SSpS Indone...

BILBE ZOOM II PUSPITA SUMUR YAKUB BERSAMA P. LUKAS JUA, SVD

14 October 2022
BILBE ZOOM II PUSPITA SUMUR YAKUB BERSAMA P. LUKAS JUA, SVD

Tim Pengurus Pusat Spiritualitas (Puspita) Sumur Yakub SVD-SSpS Indone...

Tentang Kami

Nama yang dipilih untuk sentrum ini adalah “Pusat Spiritualitas Sumur Yakub” yang mempunyai misi khusus yaitu untuk melayani, bukan hanya anggota tarekat-tarekat yang didirikan Santu Arnoldus Janssen saja tetapi untuk semua... selebihnya

Berita Terbaru

©2025 Sumur Yakub - Pusat Spiritualitas. All Rights Reserved.

Search