Kegiatan

Displaying items by tag: renungan mingguan

Tuesday, 20 September 2022 15:22

HIKMAH KASUS SAMBO

Pelajaran berharga Kasus Sambo dalam terang Amos 3:27-34; Mazmur 15 dan Injil Lukas 8:16-18.

Drama Kasus Sambo belum berakhir tetapi paling kurang mengajak kita, baik secara pribadi maupun sebagai pasutri dalam hidup berkeluarga, serta hidup berkomunitas untuk merenungkan hikmahnya guna menata hidup kita seturut jalan Tuhan.

Coba simak kasus Sambo dari perspektif:

@ kata-kata Amsal 3:

Janganlah merencanakan kejahatan terhadap sesamamu, sedangkan tanpa curiga ia tinggal bersama-sama dengan engkau. Janganlah bertengkar tidak semena-mena dengan seseorang, jikalau ia tidak berbuat jahat kepadamu. karena orang yang sesat adalah kekejian bagi TUHAN, tetapi dengan orang jujur Ia bergaul erat. Kutuk TUHAN ada di dalam rumah orang fasik, tetapi tempat kediaman orang benar diberkatiNya. Orang yang bijak akan mewarisi kehormatan, tetapi orang yang bebal akan menerima cemooh. (Ams 3:29-30,32-33,35)

@ Atau dari ajaran Yesus Tuhan:
Sebab tidak ada sesuatu yang tersembunyi yang tidak akan dinyatakan, dan tidak ada sesuatu yang rahasia yang tidak akan diketahui dan diumumkan. Karena itu, perhatikanlah cara kamu mendengar. Karena siapa yang mempunyai, kepadanya akan diberi, tetapi siapa yang tidak mempunyai, dari padanya akan diambil, juga apa yang ia anggap ada padanya." (Luk 8:17-18)

Atau juga dari Mazmur 15 :

Siapa yang boleh menumpang dalam kemahMu? Siapa yang boleh diam di gunungMu yang kudus? Yaitu dia yang berlaku tidak bercela, yang melakukan apa yang adil dan yang mengatakan kebenaran dengan segenap hatinya, yang tidak menyebarkan fitnah dengan lidahnya, yang tidak berbuat jahat terhadap temannya dan yang tidak menimpakan cela kepada tetangganya; yang memandang hina orang yang tersingkir, tetapi memuliakan orang yang takut akan TUHAN; yang berpegang pada sumpah, walaupun rugi; yang tidak meminjamkan uangnya dengan makan riba dan tidak menerima suap melawan orang yang tak bersalah. Siapa yang berlaku demikian, tidak akan goyah selama-lamanya. (Mzm 15:1-5)

Apa pesannya bagiku & keluarga/komunitasmu?
Selamat merenung. Gbus?, JM 19092022

 
Published in Renungan
Friday, 14 February 2020 17:50

MENYEMBAH TUHAN ATAU ‘PATUNG EMAS’?

Bacaan I: 1Raja 12 26-32; 13: 33-34, Mazmur 106 dan Injil Markus 8:1-9

Sabahat-sahabat Tuhan ytk!
Salam jumpa lagi di pekan ke-3 bulan Februari 2020 ini. kita diajak di temu berhikmah kali merenungkan pesan dua kisah inspiratif yang disuguhkan kepada kita melalui Sabda Tuhan hari ini. Dan karena refleksi ini bertitik fokus pada kedua kisah itu maka alangkah baik bila kedua kisah itu _bacaan pertama dan Injil hari ini_ dibaca sebelum merenungkan poin-poin permenungan yang disampaikan di refelksi biblis spiritual ini.

Kedua kisah ini menghantar kita semakin menyadari siapa penjamin hidup sejati yang perlu menjadi tumpuan harapan hidup kita. Raja Yerobeam berupaya mengalihkan fokus sembahan orang Israel dari Tuhan kepada lembu emas yang dibuatnya. Namunya hasilnya justru mendatangkan bumerang bagi bangsanya dan dirinya sendiri karena lembu emas yang dibuatkan tak mampu memberikan jaminan sejati sebagaimana yang dilakukan Allah. Kekeliruan raja Yerobeam menjadikan patung emas lembu sebagai sembahan justru mengubah kebahagian dan kesentosaan hidup bangsanya menjadi kehancuran.

Kisah ini menghantar kita merenungkan konteks hidup kita: Masihkah Tuhan menjadi fokus perhatian dan andalan hidup saya, atau malah ada ‘patung-patung emas’ yang menjadi andalan dan tumpuan harapan hidup saya? Dalam bentuk apa ‘patung-patung emas’ saya hadirkan dalam hidup saya mengalihkan fokus perhatian dan tumpuan harapan hidup saya dari Tuhan kepada ‘lembu emas’?

Kisah inspiratif berikutnya dari Injil hari ini mengenai perbanyakan roti. Kisah tersebut menjadi suatu kisah peneguh iman bagi kita bahwa Allah masih tetap dan akan tetap menjadi penjamin hidup yang sesungguhnya. Kisah ini bermula dari kerinduan ribuan orang yang mau datang pada Yesus guna mendengarkan ajaran-Nya. Dan yang menarik yakni Tuhan tidak hanya memberikan mereka kata-kata pengajaran tentang kebenaran dan hidup sejati. Tuhan pun memberikan mereka roti untuk kebutuhan fisik jasmani mereka. Hal ini menunjukkan jati diri Tuhan sebagai sumber dan penjamin hidup dalam seluruh aspek kehidupan manusia baik rohani maupun jasmani.

Hal menarik lain dari kisah perbanyakan roti ini yakni roti yang diperbanyak itu datang dari para murid-Nya. Kerelaan mereka memberi roti dan ikan kepada Tuhan untuk diperbanyak bagi banyak orang menjadi salah satu hal penting di peristiwa iman tersebut. Hal ini menjadi inspirasi bagi kita sebagai para murid-Nya agar menggunakan bakat dan kemampuan yang dianugrahkan Tuhan untuk kesejahteraan dan kebahagiaan bersama orang lain. Yang perlu diperhatikan di sini adalah faktor kerjasama dengan Tuhan dan sesama. Kerelaan kita mempersembahkan ‘roti dan ikan’ yang kita miliki perlu melibatkan Tuhan sehingga Tuhan yang ‘menggandakannya’ dengan cara-Nya karena bila Tuhan dilibatkan hasilnya akan jauh lebih melimpah dibanding hanya mengandalkan daya upaya kita.

Berguru pada kisah perbanyakan roti ini kita bisa mendalami hal-hal berikut: dalam bentuk apa saya mempersembahkan roti dan ikan yang saya miliki kepada Tuhan untuk dipergandakan demi kesejahteraan hidup sesamaku?
Terima kasih untuk segala kerelaan dan pengorbanan Anda yang iklas selama ini demi kesejahteraan hidup dan kebahagiaan sesama. Percayalah: Tuhan yang tak terlihat melihat kemuliaan hatimu, yang selalu mau berupaya memberi roti dan ikan dengan tulus demi kesejahteraan dan kebahagiaan sesama, pasti memberkati anda. Amin.

Doa:
Allah Tritunggal Mahakudus, sumber hidup dan andalan kami, syukur atas segala berkat rohani dan jasmani yang telah dianugrahkan kepada kami dari waktu ke waktu hingga saat ini. Teguhkan kami untuk senantiasa mengandalkan Dikau dan mengarahkan tumpuan harapan kami pada-Mu, penjamin hidup sejati. Bantulah kami menghindarkan diri dari segala ‘lembu emas’ yang ditampilkan dunia saat ini. Semoga kami sebagai murid semakin bersedia berkerja sama dengan Dikau dan rela mempersembahkan ‘roti-ikan bakat dan kemampuan untuk kesejahteraan hidup kami semua. Sehingga nama-Mu semakin dimuliakan kini dan selamanya. Amin

P. John Masneno, SVD (Sekretaris Eksekutif Pusat Spiritualitas Sumur Yakub)

Published in Renungan
Sunday, 15 December 2019 15:44

KITA JUGA DIAJAK YOHANES PEMBAPTIS

Saudara-saudari yang terkasih dalam Kristus,

Injil hari ini tentang Yohanes Pemandi, sang nabi terbesar yang selalu setia melaksanakan tugas panggilan hidupnya. Ia mengajak kita menuju pertobatan dan mewartakan kedatangan Sang Mesias. Ia dengan tegas menegur semua orang yang hidup dalam dosa.

Yohanes mengajak kita juga supaya berusaha agar hidup kita bisa  menghasilkan buah-buah pertobatan. Jangan berpikir bahwa karena kita adalah kaum Religius (Imam, Bruder, Frater, Suster) atau orang Katolik sehingga, pasti akan kita diselamatkan secara otomatis.

Keselamatan diperoleh bukan karena panggilan, bukan karena status tahbisan atau kaul kekal, tetapi karena kehidupan pribadi yang penuh belas kasih, adil dan benar dan bijaksana.

Yohanes Pemandi tetap ingin supaya muridnya mengenal Yesus, Sang Mesias. Oleh karena itu Yohanes mengutus murid-muridnya kepada Yesus. Yohanes ingin supaya murid-muridnya mendengar dan melihat langsung Yesus sendiri, siapa Dia sebenarnya.

Hal yang sama mestinya terjadi pada diri kita. Waktu Ekaristi adalah kesempatan emas kita semua datang kepada Yesus. Dalam Ekaristi Kudus, berkat Allah dibagikan secara sempurna. Sakramen ini adalah tanda kehadiran Allah yang dapat 'ditangkap' oleh kita.

Segala sesuatu yang ada pada Kristus dan segala sesuatu yang Dia lakukan dan derita untuk kita semua, mengambil bagian dalam Ekaristi. Dalam liturgi di persyaan ini, kita ikut mencicipi liturgi surgawi, yang dirayakan di kota suci Yerusalem Surgawi, tujuan peziarahan kita. Di sana Kristus duduk di sisi kanan Allah.

Gereja tahu bahwa dalam Ekaristi, Tuhan sekarang ini sudah datang dan berada di tengah kita. Ekaristi adalah jaminan yang palig aman dan tanda yang paling jelas bahwa Tuhan Yesus hidup untuk selama-lamanya.

Oleh karena Kristus telah pergi dari dunia ini kepada Bapa-Nya, maka dalam Ekaristi, Dia memberi kepada kita jaminan akan kemuliaan-Nya yang akan datang. Keitkutsertaan dalam kurban kudus membuat hati kita menyerupai hatiNya, menopang kekuatan kita dalam penziarahan hidup ini, membuat kita merindukan kehidupan abadi, serta menyatukan kita sekarang ini dengan Gereja surgawi, Perawan yang kudus, dan dengan semua orang kudus.

Tuhan, Engkau telah mengajari kami bagaimana menjadi utusanMu, melalui hidup dan karya Santo Yohanes Pemandi. Semoga kami rindu selalu bertemu Dikau dalam Ekaristi Kudus, dan dengan kekuatan Ekkaristi kami berani memperjuangkan keadilan dan kebenaran serta kekudusan dalam hidup kami sehingga kami turut memandanG Dikau di Yerusalem Surgawi.

Amin.

(Oleh:  P. Jozef (Korneliusz) Trzebuniak, SVD, Misionaris SVD asal Polandia yang sedang berkarya di Indonesia).

Published in Renungan
Sunday, 08 April 2018 13:26

Enyahlah Iblis!

IBLIS tak hanya nama untuk penguasa kejahatan, tapi juga sering dipergunakan orang untuk menyebut sesamanya. Seorang artis di-bully netizen karena dia memaki bekas pacarnya, mengejek artis lain, dan menyindirnya berhati iblis. Sindiran “berhati iblis” itu membuat netter marah, sehingga mereka memborbadir artis ini dengan komentar pedas. Seorang pengusaha juga marah terhadap redaksi sebuah majalah karena memasang fotonya pada sampul majalah dengan beberapa angka yang menjadi simbol iblis di dahinya. Karikatur tersebut mungkin merupakan kritik, namun tetap terasa menghina dan merendahkan dirinya.

Sebutan iblis sering dikenakan orang kepada sesamanya, tak hanya kepada artis dan pengusaha, tetapi terhadap siapa saja. Sebutan iblis juga bisa terdengar di kalangan para murid dan keluarga Kristiani. Bahkan Petrus pun pernah disebut iblis oleh Yesus dan menjadi batu sandungan bagi karya perutusan-Nya.

Sebutan “iblis” bagi sesama merupakan ungkapan kekecewaan dan kemarahan atas sikap, perilaku, dan tindakan seseorang yang begitu jahat, seperti mencampakkan kekasihnya, usahanya merugikan dan membuat sengsara banyak orang, ayah tega menyetubuhi anak kandungnya, seorang ibu menyimpan jasad anak kandungnya di dalam freezer, serta berbagai kejahatan lainnya. Iblis rupanya bisa melakukan kejahatan dengan berbagai macam cara, seperti berwujud ular, makhluk hitam yang menakutkan, dan berwujud manusia, yang dekat dengan kehidupan kita.

Yesus marah dan mendamprat Petrus sebagai “iblis” karena reaksi Petrus atas pernyataan-Nya, yakni bahwa diri-Nya harus ke Yerusalem; akan menanggung banyak penderitaan, ditolak, dibunuh, dan akan bangkit. Petrus menegur Yesus dan berusaha mencegah-Nya, agar Yesus tidak mengalami hal-hal itu. Dalam diri Petrus, iblis menggoda agar Yesus berbelok arah dan tidak melanjutkan tugas perutusan-Nya. Godaan seperti ini juga pernah Dia alami di padang gurun. Iblis menggoda-Nya dengan memperlihatkan kemuliaan dan kemegahan duniawi. Semuanya akan diberikan kepada-Nya, kalau Dia bersedia menyembah iblis.

Yesus bersikap tegas terhadap godaan iblis, “Enyahlah Iblis!” Kata-kata ini diucapkan di padang gurun dan juga ditujukan kepada Petrus. Yesus memberi pengajaran dan contoh bagi para murid agar mereka pun mempunyai sikap tegas terhadap iblis; tidak kompromi terhadap godaan jahat, yang akan menjauhkan mereka dari Allah. Hanya Tuhanlah yang pantas disembah dan didengarkan; bukan godaan iblis.

Kata-kata keras terhadap Petrus sesungguhnya juga pembelajaran agar para murid mempunyai pemahaman yang benar akan Diri-Nya, sebagai Mesias, dan dapat menempatkan diri secara tepat. Mereka harus semakin memahami bahwa Mesias yang Dia perjuangkan tidak terletak di dalam kehebatan karya-Nya yang ajaib; tetapi pada Pribadi yang berkenan kepada Allah. Tugas perutusan-Nya sebagai Mesias tidak meniadakan sengsara, penderitaan, kematian, serta kebangkitan-Nya. Dia akan menerima dan mengalami semua itu sebagai wujud kesetiaan-Nya terhadap Allah, Bapa-Nya. Yang diminta dari para murid adalah percaya dan mengikuti-Nya; bukan untuk menentukan arah perutusan-Nya, mengambil alih tugas atau peran-Nya; juga bukan menjadi penghalang atau batu sandungan dalam melaksanakan karya penyelamatan-Nya.

Karena itulah, Yesus menegaskan tuntutan atau syarat bagi siapa saja yang mau menjadi pengikut-Nya, yakni harus menyangkal diri, memikul salib, dan mengikuti-Nya. Para murid harus bersedia berjalan di belakang, mengikuti jejak dan langkah Gurunya, tidak menempatkan diri di muka atau bahkan menghalangi-Nya. Mereka juga harus menyangkal diri, yakni meninggalkan pemikiran, gagasan atau pemahaman lain yang tak selaras dengan tugas perutusan Gurunya; meninggalkan sikap perilaku dan tindakan jahat yang bertentangan dengan kehendak Allah. Hal ini juga ditegaskan St Paulus yakni mengajak para murid untuk berubah atau memperbarui diri agar mampu membedakan mana kehendak Allah, mana yang baik, sempurna dan berkenan kepada Allah.

Semoga Minggu Kitab Suci Nasional yang dirayakan pada hari ini, menjadi kesempatan bagi kita untuk memahami Yesus Kristus secara utuh dan benar dan untuk menghayati panggilan hidup sebagai seorang murid dengan tepat. Sehingga kita tak jatuh ke dalam godaan Iblis dan tidak menjadi batu sandungan bagi sesama dan terlaksananya kehendak Allah.

Romo Tarcisius Puryatno

Published in Renungan
Sunday, 08 April 2018 13:20

Upah Kerajaan Allah

DUNIA terus saja terusik dengan masalah lapangan kerja. Ada pengangguran cukup masif di berbagai belahan dunia. Akibatnya berbagai upaya peningkatan kesejahteraan hidup umat manusia belum membuahkan hasil sesuai harapan. Benar, tanpa lapangan kerja yang memadai dengan sistem penggajian atau upah yang adil, manusia menghadapi ancaman nyata dan serius untuk terbebas dari kondisi kehidupan yang sulit. Bahkan orang-orang dengan sederet ijazah kesarjanaan dari berbagai lembaga pendidikan ternama pun mengalami kendala di pasar lapangan kerja. Ijazah yang diberikan kepada mereka rasanya tidak lebih dari secarik kertas yang tidak banyak membantu, sia-sia. Persoalan menjadi lebih pelik di kalangan angkatan kerja kurang terdidik dan kurang terampil. Dunia kapitalistik yang menggunakan indikator materialistik dan kalkulasi matematis  mengukur kinerja kehidupan manusia, menjadikan mereka sebagai golongan terbuang yang makin terdepak ke pinggiran kehidupan.

Pengangguran masif yang melanda ratusan bahkan ribuan juta umat manusia sungguh mencemaskan, karena terkait langsung dengan perwujudan hidup yang penuh makna, hidup yang sempurna dan berkelimpahan di dalam Allah. Banyak pengangguran menjerit dan merintih di kedalaman hatinya, karena dirinya terasa tercabik dan tercampak seperti onggokan sampah tanpa makna.

Apakah Tuhan berdiam diri saja dan tidak menghiraukan rintihan terdalam hidup manusia? Ternyata Tuhan itu perancang dan organisator mahapiawai atas kehidupan yang sempurna dan utuh. Para pengangguran yang kelihatan santai tetapi sebetulnya digerogoti rasa cemas dalam hati, dipanggil dan diundang-Nya untuk masuk dan bekerja di kebun anggur-Nya. Tidak peduli dengan jam kerja standar yang diberlakukan para konglomerat dan pembesar dunia secara kasar, menindas dan umumnya tidak berkeadilan, Tuhan justru memperlakukan dan membayar semua pekerja dengan upah yang sama. Ukurannya bukan berapa yang harus dikerjakan dan dihasilkan, yang diimbali dengan berapa yang harus dibayar, tetapi apa yang paling pantas untuk menunjang kehidupan yang paling layak bagi setiap orang. Inilah makna “upah Kerajaan Allah” yang berlandaskan kasih dan kemurahan hati.

Kerajaan Allah yang intinya adalah panggilan dan undangan cinta kasih Allah bagi manusia untuk masuk dalam hidup yang membahagiakan, berarti pula pemberian kesempatan bagi setiap orang dari segala zaman dan segala penjuru dunia untuk menikmati kasih dan kebaikan Allah dalam hidup, di setiap detik kehidupan. Selalu ada yang terdahulu dan ada yang kemudian. Tetapi, semua orang diperlakukan Allah dengan cinta, perhatian, dan kebaikan yang sama. Demi keselamatan manusia, Allah tidak pilih kasih dan tidak mengenal preferensi. Dia berkehendak agar semua orang diselamatkan tanpa ada yang tercecer, terbuang, dan terjerumus dalam kebinasaan.

Kerajaan Allah bukan soal makanan, minuman, dan soal upah-mengupah dengan aturan formal-legal tetapi soal kebenaran, damai-sejahtera, sukacita, dan ikatan kasih dalam Roh Kudus. St Paulus dengan tegas, lantang, dan bangga berkata: “Upahku ialah aku boleh bekerja tanpa upah.” Tuhan Yesus pun berkata: “Janganlah kamu bersukacita karena iblis jatuh dari langit dan takluk kepadamu, tetapi bersukacitalah terutama karena namamu tercatat dalam kerajaan surga.”

Dunia seringkali tidak mengalami keadilan dan sukacita sejati karena terbelenggu dalam pemahaman yang semata-mata materialistis bermotifkan segala perhitungan duniawi. Tuhan mengajak kita untuk sadar bahwa cinta kasih dan kemurahan hati-Nya jauh lebih agung dari setiap sukses dan prestasi yang mungkin kita ukir dalam kehidupan ini.

Kita tidak selamat karena jasa dan keberhasilan kita yang sering dibayang-bayangi kalkulasi materialistis dan ekonomi kapitalistis. Tuhan menyelamatkan kita, membayar upah “pekerjaan” kita karena Ia sungguh Mahabaik, Mahapengasih dan Mahamurah. Setiap disposisi iman kita, betapapun kecil dan serba kurang, selalu dihargai-Nya secara berlimpah-limpah. Upah yang dibayarnya selalu satu dinar, yaitu kelimpahan hidup yang cukup selama hidup di dunia ini dan sukacita kekal yang akan langgeng dalam kehidupan abadi kelak.

Tuhan memanggil kita untuk bertobat dan berkebajikan dalam tugas hidup dan pelayanan kita setiap hari. Semoga kita makin sadar untuk masuk dan berkarya di kebun anggur Tuhan sebelum terlambat. Niscaya kitapun akan menerima upah besar di dalam Kerajaan-Nya yaitu sukacita sejati dan kehidupan kekal di surga.

Mgr Dominikus Saku

Published in Renungan
Sunday, 08 April 2018 12:42

Spiritualitas Ingkar Diri

BARANGKALI spiritualitas “ingkar diri” tidak laku lagi di pasar hidup generasi milenium ini, tapi hemat penulis ini mestinya tetap harus relevan bagi seorang murid Yesus Kristus. Hal ini terutama ketika harus bergulat dengan kecenderungan “ingat diri”, maka dia akan merasakan ketegangan batiniah yang menguji kemuridannya pada Kristus Tuhan. Firman Tuhan hari Minggu ini menantang sekaligus memandu kita murid-murid-Nya.

Dengan kata dan tindakan yang diteladankan-Nya, Yesus menandaskan pentingnya “Spiritualitas Ingkar Diri”. Dalam gaya bahasa perumpamaan (bdk. Perumpamaan tentang dua orang anak, Mat 21:28-32) Dia mengingatkan orang-orang yang punya keyakinan diri di zona aman, merasa percaya diri tentang jaminan hidup selamat. Sementara mereka sesungguhnya bukan melaksanakan kehendak Bapa-Nya, tetapi mereka melekat pada kesalehan kultis, privilese status, kebanggaan primordialis, dan interese egosentris. Tanpa sadar “diri sendiri” menjadi pusat keseharian perilaku hidupnya dan mengabaikan kehendak Tuhan Allahnya.

Suara kenabian Yehezkiel (Yeh 18:25-28) sudah lebih awal mengungkapkan kritik yang sama tentang Israel yang merasa nyaman dengan privilesenya di mata Allah, lalu mengira secara otomatis menjadi “orang baik” dan selamat. Padahal mereka tidak berbuat baik, sebaliknya yang mereka lakukan adalah perbuatan yang jahat. Lalu mereka tega menilai bahwa Allah keliru menanggungkan kutuk dosa leluhur mereka kepada anak-cucunya, “Tetapi kamu berkata: Tindakan Tuhan tidak tepat! Dengarlah dulu, hai kaum Israel, apakah tindakan-Ku yang tidak tepat ataukah tindakanmu yang tidak tepat?” (Yeh 18:25).

Awasan seperti di atas ini mestinya tetap aktual untuk segala zaman. Ini tidak terutama sebagai ancaman, tetapi sebagai hikmah ilahi yang menuntun perilaku hidup kemuridan kita di jalan yang diretas Yesus. Kata-kata Yesus dikonkritkan-Nya dengan tindakan nyata. Ia yang adalah Allah turun serendah-rendahnya menjadi manusia, hamba Allah. Dengan itu, Ia memberi contoh bagaimana manusia dapat melepaskan diri dari wajah-wajah kelekatan pada kecenderungan “ingat diri” yang primordialistis dan konyol.

Yesus menawarkan jalan pertobatan untuk berubah menjadi murid-murid-Nya yang mampu dan rela “ingkar diri” demi idealisme kemuridan sejati di jalan Yesus. Teladan “kerendahan hati” Guru kita Yesus tidak ada tandingannya. Menjadi murid Yesus yang rendah hati, adalah pintu masuk kepada sikap tahu diri, bertobat, dan mencintai kesatuan erat dengan Sang Guru utama, Yesus Kristus. Karena rasul Paulus meyakini bahwa yang sanggup mengubah seseorang menjadi manusia baru, yang kaya dengan kasih kebaikan dari Tuhan Allahnya untuk diabdikan keluar dirinya, hanyalah Yesus Kristus (bdk. Fil 2:1-5).

Refleksi singkat tersebut meneguhkan keyakinan iman penulis, untuk memberanikan diri menyimpulkan, bahwa awasan Yeheskiel, Paulus, dan Yesus mestinya dipahami dan diyakini, tidak hanya inspiratif tetapi juga imperatif untuk menguji kesejatian kemuridan seseorang kepada Yesus Kristus. Tak patut membuang hikmah yang mahal ke mulut babi, karena di dalam “hikmah” selalu terkandung jaminan untuk seseorang bisa meyakini “nikmatnya” bisa hidup benar dan bermutu, serta boleh mengharapkan hidup yang selamat, baik di dunia ini maupun kelak bersama Guru dan Sahabat seperjalanan kita, Yesus Kristus yang sudah dimuliakan selamanya. Tuhan memberkati. Amin.

Mgr Vincentius Sensi Potokota

Published in Renungan

Kegiatan Terbaru

...sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa (Yohan...

25 October 2023
...sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa (Yohanes 15:5)

Bagaimana menyelaraskan nilai-nilai iman sejati dengan kecanggihan art...

PERAN SABDA DALAM GEREJA MISIONER

19 October 2022
PERAN SABDA DALAM GEREJA MISIONER

Pada hari Sabtu, 15 Oktober 2022 yang lalu, Komunitas Verbum Domini (K...

BILBE ZOOM IV PUSPITA SUMUR YAKUB BERSAMA KARDINAL SUHARYO

18 October 2022
BILBE ZOOM IV PUSPITA SUMUR YAKUB BERSAMA KARDINAL SUHARYO

Bible Zoom-Youtube Live-Streaming diadakan lagi oleh Tim Pengurus Pusa...

BILBE ZOOM III PUSPITA SUMUR YAKUB BERSAMA MGR. DR. SILVESTE...

16 October 2022
BILBE ZOOM III PUSPITA SUMUR YAKUB BERSAMA MGR. DR. SILVESTER SAN

Tim Pengurus Pusat Spiritualitas (Puspita) Sumur Yakub SVD-SSpS Indone...

BILBE ZOOM II PUSPITA SUMUR YAKUB BERSAMA P. LUKAS JUA, SVD

14 October 2022
BILBE ZOOM II PUSPITA SUMUR YAKUB BERSAMA P. LUKAS JUA, SVD

Tim Pengurus Pusat Spiritualitas (Puspita) Sumur Yakub SVD-SSpS Indone...

Tentang Kami

Nama yang dipilih untuk sentrum ini adalah “Pusat Spiritualitas Sumur Yakub” yang mempunyai misi khusus yaitu untuk melayani, bukan hanya anggota tarekat-tarekat yang didirikan Santu Arnoldus Janssen saja tetapi untuk semua... selebihnya

Berita Terbaru

©2025 Sumur Yakub - Pusat Spiritualitas. All Rights Reserved.

Search