Sahabat sahabat dalam Tuhan Yesus Kristus,
Berjumpa kembali dalam pertemuan berhikmah berbasis Biblis di Rabu 18 November 2020. Bacaan hari ini diambil dari Wahyu 4: 1-11, Mzr 150 dan Lukas 19: 11-28.
Injil Lukas 19:11-28 menceritakan perumpamaan Yesus tentang pemberian sepuluh mina kepada sepuluh hamba dari Bangsawan yang akan bepergian untuk dinobatkan jadi raja. Satu mina setara dengan 1000 dinar yang berarti sama dengan upah 1000 hari kerja waktu itu. Kalau saya konversi satu mina setara sekitar Rp 25,000,000 . Jadi Bangsawan itu mempercayakan Rp 250,000,000 kepada para hambaNya . Suatu kepercayaan besar menitipkan sejumlah besar uang kepada para budaknya yang disini disebut hambanya.
Saya membayangkan, anugerah Allah itu sangat besar kepada manusia yang diumpamakan dengan mina yang nilainya sangat besar yang dititipkan untuk dikembangkan (Luk 19:13………Pakailah ini untuk berdagang sampai aku kembali.) Saya menangkap suatu pesan yang jelas bahwa pemberian / anugerah tersebut harus dipakai untuk berdagang demi mendapatkan laba sehingga modal yang dititipkan menjadi berlipat atau bertambah.
Untuk mereka yang berhasil mengembangkan jumlah mina yang didapat akan mendapat reward dari Raja itu. Sebaliknya pada hamba ketiga yang tidak melakukan apapun terhadap mina yang dititipkan kepadanya, raja itu memberikan hukuman, bahkan mina yang diberikan kepadanya diambil darinya, dan diberikan kepada hamba yang sanggup mengembangkan paling banyak, dengan harapan satu mina itu bisa berkembang di tangan hamba itu.
Kita diharapkan tergolong dalam hamba yang tekun setia mengembangkan mina. Ada banyak cara mengembangkan mina. Santu Romanus yang dipestakan hari ini, misalnya, memberikan contoh kepada kita bagaimana mengembangkan bakat dengan tekun setia mengambdi Tuhan meski harus berhadapan dengan kesulitan dan pengorbanan nyawa. Kemartirannya dihubungkan dengan aksi penganiayaan terhadap umat Kristen pada zaman pemerintahan Kaisar Diokletianus. Pada masa itu diakon Romanus giat memberi peneguhan dan semangat iman kepada umatnya yang dikejar-kejar oleh penguasa. Bahkan ia berani memberikan peringatan kepada para hakim yang mengadili umatnya, sambil meneguhkan hati umatnya di hadapan sidang pengadilan kaisar. Sadar akan pengaruh Romanus yang besar bagi umat Kristen maka penguasa tidak tanggung-tanggung menangkapnya. Romanus disesah dan dicambuki, dan kemudian dibakar hidup-hidup. Meskipun api menjalari sekujur tubuhnya, namun Romanus tetap berkotbah menyemangati umatnya agar tetap setia pada imannya dan tetap mencintai Allah. Raja kemudian menyuruh mengembalikan dia ke penjara untuk disiksa lebih berat lagi: anggota badannya dimasukkan ke dalam lima lobang di sebuah papan alat penyiksaan, dan tubuhnya dibiarkan menggelantung dalam waktu yang cukup lama. Akhirnya sebagai martir yang tahan uji, Romanus mati dicekik oleh algojo di penjara itu pada tahun 303. Ketabahannya mengagumkan.
Bagaimana dengan kita? Mari kita refleksikan beberapa hal berikut:
- Setiap murid murid Yesus diberi suatu anugerah berupa talenta dan kemampuan, dan Yesus minta agar setiap talenta dan kemampuan itu dikembangkan untuk menghasilkan buah / hasil yang akan dihitung dihadapan Allah pada saatnya. (Pakailah ini untuk berdagang sampai aku datang kembali)
- Tidak ada standard tuntutan harus berapa hasilnya namun adalah baik di mata Allah bagi mereka yang mengembangkannya dan menghasilkan buah, sehingga segala upaya kita akan dihargai Allah dalam mengembangkan dan menghasilkan buah.
- Adalah jahat di mata Allah, jika talenta dan kemampuan yang dianugerahkan disia-siakan, dan talenta serta kemampuan itu akan diambilnya untuk dikembangkan melalui orang lain.
- Memberitakan kebaikan dan perbuatan Allah melalui talenta dan kemampuan saya adalah cara berdagang untuk memgembangan mina yang diberikan kepada saya.
Oleh Ignasius Hardjo Subroto Lilik (Paroki Hati Santa Perawan Maria Tak Bernoda, Tangerang)