Gus Dur, presiden keempat RI, pernah membuat sebuah anekdot tentang polisi jujur. Katanya: “Di negeri ini, cuma ada tiga polisi yang jujur: patung polisi, polisi tidur, dan polisi Hoegeng”. (Apresiasi Gus Dur kepada Hoegeng yg jabatannya diturunkan karena selalu berhasil menegakkan kebenaran dlm menangani kasus2 yg ada).
Siapa Hoegeng? Hoegeng Iman Santoso, seorang Kapolri pada masa orde baru. Ia menjabat sebagai Kapolri sejak 9 Mei 1968 – 2 Oktober 1971. Hoegeng menjadi sosok panutan polisi yang jujur, karena ia sama sekali tak mempan dengan berbagai macam sogokan apa pun. “Selesaikanlah tugas dengan kejujuran dan kebenaran, karena kita masih bisa makan nasi dengan garam”.
Salah satu peristiwa yang membawa dampak malang bagi kariernya ialah ketika ia menangani kasus pemerkosaan yang dialami oleh Sumarijem, atau SUM, penjual telur ayam berusia 18 tahun. SUM membuat sebuah laporan kepada polisi, bahwa ia telah diperkosa beramai-ramai oleh beberapa pria di Klaten, pada 21 September 1970. Namun, laporannya membawa nasib malang untuknya. Bukannya mendapat pembelaan, ia justru dijatuhi hukuman penjara di Pengadilan Negeri Yogyakarta, atas tuduhan membuat laporan palsu.
Satu hari setelah Sum keluar dari penjara, Hoegeng berusaha mencari tahu fakta soal kasus ini. Hoegeng menegaskan: “Perlu diketahui bahwa kita tidak gentar menghadapi orang-orang gede siapa pun. Kita hanya takut kepada Tuhan yang Maha Esa. Jadi, kalau salah tetap kita tindak”. Dari hasil pencariannya, ternyata ditemukan keterlibatan sejumlah pejabat, yakni anak seorang pejabat dan seorang anak pahlawan revolusi diduga menjadi pelakunya. Terbongkarnya kasus ini menjadi penanda berakhirnya jabatannya sebagai Kapolri; ia diturunkan dari jabatannya.
***
Saudara/i terkasih,
Apa yg dialami polisi Hoegeng tentu dialami juga oleh semua orang yg berusaha berbuat baik dengan melawan kebiasaan buruk yang ada: korupsi, kolusi, nepotisme. Atau mereka yg berusaha berbuat baik dan benar tapi berhadapan dgn mereka yg punya kuasa dan jabatan.
Kristus telah mengalami hal seperti ini dalam karyaNya. Demikianlah IA menyadarkan para pengikutNya bahwa kita akan dibenci oleh semua orang yg tidak menyukai kebenaran.
Saudara/i terkasih,
Kita semua dipanggil dan dipilih Allah untuk mengambil bagian dalam karya keselamatan-Nya. Akan tetapi, bayang-bayang adanya rasa tidak suka atau kebencian dari para musuh Kristus, tentu membuat kita merasa cemas. Oleh karena itu, Kekuatan apakah yg harus kita miliki apabila kita harus berdiri tegar pada opsi menegakkan kebenaran dan mewartakan keselamatan yg diajarkan Allah.
- Bagi kita yg dipanggil secara khusus, Kristus telah menasihati, menguatkan, dan membekali kita dengan RohNya. Yesus, dalam Injil Matius mengatakan: “Janganlah takut kepada mereka yg memusuhi kamu”. Allah tentu memperhitungkan semua jerih dan usaha kita dalam mewartakan Injil-Nya.
- Kekuatan kita hanya pada Allah yg kita imani, yang memanggil dan mengutus kita. Untuk hal ini, kita bisa belajar dari Nabi Yeremia (bacaan I): meskipun kegentaran datang dari segala jurusan, tetapi Tuhan menyertai aku seperti pahlawan yg gagah. Kita juga bisa belajar dari iman pemazmur (mazmur tanggapan bait 1): Tuhan, karena Engkaulah, aku menanggung cela – ia mengeluh tapi juga menyerahkannya kpd Tuhan. Atau, kita bisa gunakan prinsip Hoegeng: “Selesaikanlah tugas dengan kejujuran dan kebenaran, karena kita masih bisa makan nasi dengan garam” – “Kita hanya takut kepada Tuhan yang Maha Esa”.
- Kita diajak untuk tetap teguh dan kuat dalam iman kpd Tuhan, dlm setiap tugas dan pewartaan kita. Burung pipit saja Tuhan selamatkan, apalagi kita yg ditugasi Allah mewartakan Kabar Gembira dan keselamatan bagi umat-Nya. Saya yakin bahwa Tuhan akan menuntun kita dgn cara-Nya sendiri, asalkan kita tidak bosan berharap dan memohon bimbingan-Nya.
Semoga Roh Tuhan selalu lebih kuat menggerakkan dan memberanikan kita untuk berbuat semakin lebih baik dari hari ke hari.
Oleh P Avent Serundi, SVD (Misionaris Sanda Allah yang akan berkarya di Brazil Utara)