Judul tulisan di atas mewakili isi tulisan ini dan sekaligus meringkas titik perhatian Forum Spiritual Youth Asia yang diselenggarakan baru-baru di Manila-Philipin. Forum tahunan bernuansa Asia tersebut diselenggarakan oleh Institute of Spirituality in Asia (ISA) guna memberikan penyegaran dan peneguhan rohani bagi berbagai kalangan yang berkecimpung dalam dunia pelayanan publik khususnya Kaum Muda Asia.
Sebagai suatu lembaga akademi yang bergerak di bidang Spiritual di Asia, ISA menyelenggarakan kegiatan ini guna turut mendukung upaya Gereja Universal melalui kegiatan penyegaran dan peneguhan rohani bagi umat Katolik di Asia. Forum Spiritual tahun 2019 ini masih melanjutkan tema tahun 2018 tentang Panggilan Hidup Kaum Muda. Tema ini berkaitan erat dengan tema Sinode XV Para Uskup Sedunia yakni Kaum Muda, Iman dan Penjernihan Panggilan hidup (Young People, the Faith and Vocational Discerment).
Untuk menggapai maksud tersebut, ISA mengundang kaum muda dan berbagai pihak yang menaruh perhatian kepada kehidupan kaum muda di berbagai Negara di Asia mengikuti Forum Spiritual ini. Tujuan diundangnya peserta dari berbagai latar belakang baik Negara maupun lingkup pengabdian di seputar benua Asia guna mensharingkan pengalaman hidup dan akfitifitas mereka, baik sebagai kaum muda maupun sebagai pemerhati kehidupan kaum muda.
Hadir dalam Forum tiga hari ini kaum muda dan para pemerhati kehidupan kaum muda dari berbagai kalangan baik dari kalangan religious maupun kaum awam. Beberapa Orang Muda Katolik Indonesia yang bernaung di bawah naungan Komunitas Transformative Youth Sumur Yakub dan beberapa wakil kaum muda Indonesia menghadiri Forum Spiritual Youth Asia ini. Hadir pula RD. Antonius Yakin Ciptamulya dari Seksi Kepemudaan Keuskupan Agung Jakarta dan Rm. Albert Herwanta, O.Carm – Rektor Unika Widya Karya Malang.
Panitia menghadirkan 15 Keynotes Speakers berpengalaman dan berkualitas, baik sebagai pemerhati kehidupan kaum muda maupun Orang-Orang Muda potensial-transformative yang selama ini sudah berupaya menyumbangkan bakat dan kemampuan mereka untuk kesejahteraan umum. Mereka membagikan kepada Forum pengalaman hidup dalam yang melatar belakangi kiprah mereka dan juga nilai-nilai serta prinsip-prinsip hidup yang menjadi pengangan mereka dalam hidup dan karya mereka. Selain sharing dan input dari para Keynotes spekers, para peserta juga mendapatkan peneguhan menarik dan mengesankan dari the International Academic Advisory Board Team.
Pada kesempatan emas ini juga dilaunching buku bercorak kehidupan kaum muda dengan judul listening to The Youth, Discerning the Spirit. Buku ini berisi sharing pengalaman dan pencerahan seputar kehidupan orang muda dan upaya-upaya mendampingi mereka yang pada umumnya dibahas pada Forum Youth 2018 termasuk para pembicara dari Indonesia.
Variasi pengalaman dan aktifitas di berbagai bidang kehidupan yang dipresentasikan selama forum ini membuat kegiatan penyegaran spiritual tiga hari ini sungguh memberikan atmosphere kegembiraan dan sukacita serta peneguhan bagi para peserta untuk terus menaruh perhatian pada kehidupan kepada Kaum Muda harapan Bangsa dan Gereja. Semua pihak yang mengambil bagian dalam forum saling memberi dan menerima pengalaman dan nilai-nilai kehidupan dan tentunya semakin menyegarkan komitmen untuk terus berjuang menjadikan anugrah hidup yang diberikan Tuhan sebagai suatu berkat bagi sesama.
Dari berbagai sharing pengalaman hidup dan pengalaman iman baik dari spekers maupun dari para peserta forum, terlihat jelas di sana beberapa benang merah yang punya hubungan erat dengan kehidupan kaum muda dan tips bagaimana kaum muda bisa menjadikan hidup mereka berguna bagi sesama.
Hal ini berkaitan erat dengan upaya menemukan arti dan makna di balik peristiwa dan situasi hidup yang dialami karena hidup manusia pasti akan berhadapan dengan kenyataan pengalaman susah-senang, untung-malang, dll. Kesediaan dan kemampuan memaknai pengalaman-pengalaman yang dialami secara baik, benar dan proporsional dari perspektif nilai-nilai kebijaksanaan dan iman akan menjadi pengarah yang baik pada langkah-langkah hidup selanjutnya.
Sharing Keynotes Speakers pada hari pertama menaruh fokus perhatian pada upaya memberi makna secara baik, benar dan proporsional pada pengalaman susah-senang yang dialami. Dengan Sub tema Love, Power and Grace, para pembicara menyoroti peran penting pemberian makna atas pengalaman hidup yang dialami khususnya dalam perspektif terang iman akan penyelenggaraan Tuhan. Menurut mereka, salah satu kendala yang dialami oleh banyak orang khususnya kaum muda yakni kelalaian memaknai pengalaman hidup khususnya yang menantang sehingga mereka terperangkap dalam lingkaran pemahaman hidup yang keliru.
Sebaliknya semakin orang mampu menemukan makna positif konstruktif di balik peristiwa yang dialami, semakin positif dia membangun hidupnya pada nilai-nilai hidup sejati. Dia pun akan terbuka belajar dari ilmu-ilmu kehidupan yang terjadi sepanjang pentas kehidupan baik berdasarkan pengalamannya sendiri maupun dari pengalaman sesama yang mampu memberikan pesan untuk kehidupan dan perjuangannya. Di sini lahir ilmu, nilai dan prinsip kehidupan. Pengalaman hidup bisa menjadi ‘triger’ tetapi sekaligus menjadi pemacu lahirnya visi-misi hidup seseorang yang dibutuhkan dalam hidup sebagai KOMPAS pengarah hidup dan perjuangan.
Arah pembicaraan keenam orang Keynote Speakers pada hari kedua ini mengerucut pada satu titik kesimpulan yang sama bahwa setiap orang perlu memiliki visi misi sebagai pengarah hidup dan karier pengabdian. Alasannya karena dengan memiliki visi misi dalam hidup, kaum muda akan diarahkan menuju tujuan yang hendak digapai. Karena itu visi misi ini hendaknya bernuansa global dan sebaiknya berbasis Biblis dan nilai-nilai luhur kehidupan. Artinya berlandaskan pada nilai-nilai iman dan kebijaksanaan universal dan bisa diterima serta berguna bagi semua orang. Hal inilah yang menjadi fokus perhatian Forum hari kedua dengan sub tema: ‘Loving, Serving and Growing: Singpots for the Young People. Dari sharing mereka terlihat jelas bahwa hal ini sungguh terbukti dalam kehidupan mereka. Para peserta disegarkan dan diteguhkan untuk semakin menyegarkan visi misi hidup mereka baik untuk diri maupun untuk publik.
Hal mengesankan dari para pembicara selama forum ini yakni sekalipun latar belakang kehidupan mereka berbeda-beda namun tampak jelasa satu kesamaan umum pada mereka. Kesamaan yang dimaksud yakni adanya pengalaman pribadi yang menumbuhkan visi-misi dan niat perjuangan mereka. Titik lanjut dari hal ini adalah adanya kesetiaan dalam mewujudkan niat mereka dari waktu ke waktu sehingga semakin menghasilkan buah dalam perjuangan mereka bagi banyak orang.
Dengan sharing ini para peserta diteguhkan untuk semakin memantapkan tekad dan semangat pengabdian bagi sesama melalui hidup dan karya pengabdian yang dipercayakan kepada mereka serta berupaya menjadi mitra kaum muda dalam upaya mentransformasi hidup dan talenta mereka sehingga berdayaguna bagi mereka dan kepentingan umum.
Oleh P. John Masneno, SVD (Moderator Komunitas Transformative Youth Sumur Yakub)
ISA- Institute of Spirituality in Asia- sebagai suatu Institusi Spiritual Akademis di Asia kembali menyelenggarakan Forum Spiritual Asia di Manila-Filipina. Kegiatan Spiritual Tahunan ini diadakan sesuai tema yang dipilih dengan maksud menghimpun semua pihak yang selama ini terlibat dalam kehidupan Gereja Katolik di Asia, baik dari kalangan religius maupun awam dari berbagai latar belakang karya pelayanan, guna membagikan pengalaman pelayanan dan mendapatkan pencerahan spiritual demi karya-karya pelayanan selanjutnya.
Forum Spiritual Asia yang ke-18 tahun ini dilaksanakan di Saint Paul University Manila pada tanggal 1-3 Agustus 2018. Hadir dalam Forum tiga hari ini utusan-utusan Kaum Muda dan tokoh-tokoh kaum muda baik religius maupun awam yang selama ini berkiprah dalam pelayanan Kaum Muda di berbagai Negara di Asia. Hadir juga utusan kaum Muda Katolik dari Amerika Serikat dan Belanda. Ada 7 orang muda-muda Katolik dari Indonesia bersama Romo Chris Purba, SJ dan saya menghadiri Forum Spiritual Muda Mudi Asia ini. Ada juga peserta asal Indonesia yang mewakili dari Negara lain karena mereka sedang berkarya di lembaga atau kongregasi di Negara yang mereka wakili.
Titik fokus Forum Spiritual Asia tahun 2018 ini adalah Kaum Muda dan Panggilan. Alasannya karena kegiatan berkonteks Gereja Katolik di benua Asia ini merupakan suatu bentuk tindak lanjut terhadap tema yang dipilih Paus Fransiskus untuk Sinode Para Uskup XV tentang Panggilan Kaum Muda (Young People, the Faith, and Vocational Discernment). Dalam terang tema tersebut, Forum Spiritual Asia ini diadakan dengan maksud menghimpun dan memberi ruang kepada Kaum Muda Katolik Asia dan pihak-pihak yang selama ini berkecimpung dalam dunia kaum muda-mudi Asia guna mensharingkan pengalaman hidup dan kiprah perjuangan mereka, khususnya dalam konteks pelayanan kaum muda-mudi Katolik sebagai upaya untuk turut mengambil bagian dalam upaya membangun bangsa dan Gereja serta kehidupan sosial.
Tema yang dipilih untuk Forum tahun ini adalah “LISTENING TO THE YOUTH, DISCERNING THE SPIRIT: SPIRITUAL PROCESS OF THE YOUTH IN AN UNKNOWN WORLD” (Mendengarkan Kaum Muda dan Penjernihan Roh: Suatu Proses Spiritual bagi Kaum Muda di tengah suatu Dunia yang tak pasti). Panitia mengundang beberapa Kaum Muda dari berbagai latar belakang Negara, Lembaga dan bentuk karya pelayanan untuk membagikan pengalaman mereka terkait hidup dan kiprah pelayanan mereka selama ini dalam dunia kaum muda. Ada dua sesi sharing setiap hari selama forum tiga hari ini. Sharing pengalaman pribadi dari wakil kaum muda dirangkai dengan proses internalisasi dan pencerahan spiritual dari beberapa nara sumber (Resource Speakers) sekaligus Pendamping Spiritual (Spiritual Directors).
Sharing pengalaman pada hari pertama berkisar seputar kiprah dunia kaum muda dalam karya-karya kemanusiaan yang dipelopori oleh orang-orang muda baik dalam konteks karya kemanusia (Charity Volunter Ministry), konteks Pendidikan dan juga bagaimana penghayatan semangat spiritual dalam dunia olahraga. Pada sesi pertama dengan sub-tema Listening to the Youth, Discrening the Spirit, Mark Conrad R. Ravanzo (co-founder dari I Am MAD (Making a Difference) mensharingkan pengalamannya tentang bagaimana pengalaman perjuangan hidupnya sebagai seorang anak piatu sejak umur 10 tahun kemudian menjadi inspirasi baginya untuk mendirikan sebuah wadah sosial bagi anak-anak yang membutuhkan bantuan karena pengalaman-pengalaman seperti yang dialaminya pada masa kecil.
Bertolak dari sharing Mark, Fr. Art Borja, SJ (Clinical Psychologist, Spiritual Director and Chaplain Xavier School, Greenhills) yang diminta panitia menjadi Keynote Speaker and Spiritual Director untuk tema tersebut mengarahkan kami akan pentingnya merenungkan pengalaman masa silam guna menemukan karya tak terlihat Tuhan di balik pengalaman-pengalaman itu. Dengan jalan iman demikian, kita akan semakin mengakui kehadiran dan keterlibatan Tuhan dalam hidup kita. Dalam kaitan dengan hal ini, Pastor Borja menghantar kami menyadari pentingnya membuat disermen (pembedaan Roh) dalam hidup dan berkarya sehingga kita bisa mengikuti tuntunan Roh dan berkarya menurut kehendak Tuhan. Bahaya dari kurang memperhatikan peran disermen (pembedaan Roh), menurut Fr. Borja, adalah orang hidup dan berkarya berdasarkan keinginan dan rancangannya, serta kurang melibatkan atau tidak mengakui peran Tuhan dan Rohnya. Bahkan bisa menggunakan Tuhan dan kehendak-Nya sebagai label dalam hidup dan karyanya (working in the name of God but not for God’s will). Karena itu beliau menekankan pentingnya mengadakan refleksi entah secara pribadi maupun bersama berdasarkan data empiris berupa fakta-fakta sebagai sarana menguji karya dan buah Roh dalam hidup dan karya kita. Melalui refleksi berbasis data empiris, kita bisa mengetahui apa dan siapa penuntun di balik karya kita dan buah yang dihasilkan karena dari buahnya kita akan tahu Roh apa di balik hidup dan karya kita.
Ada juga sharing pengalaman menarik lainnya pada sesi kedua seputar kiprah kaum muda di dunia pendidikan dan olah raga: Maria Caterina Christina R.Lopa, (Juris Doctor and Associate Lawyer, Managing Director of Girls Got Game Philippines, Women’s Basketball Player of Ateneo de Manila University), Noli Ayo (Athletic Director of Antaneo de Davao University, Founder of Mindanao Peace Games), Ms. Sabrina Ongkiko (Teacher, Science and English School Librarian); dan Atty. Rene “Revo” Saguisag, Jr. (Executive Director, University Athletic Association of the Philippines). Di bawah sub-tema Spiritual Encounters in Youth Sports, mereka membagikan pengalaman mereka bagaimana karya mereka sebagai guru dan atlet serta coach berperan penting mengarahkan kaum muda untuk memiliki nilai-nilai luhur dalam diri dan peran mereka, entah dalam dunia pendidikan maupun dunia olah raga.
Mereka mengakui bahwa apa yang mereka lakukan bukan aktifitas fisik semata tetapi di balik itu ada visi misi dan roh yang dimiliki dalam diri mereka sebagai penggerak utama aktifitas mereka. Kesuksesan senantiasa terkait erat nilai-nilai luhur tak terlihat yang menghantar orang meraih sukses. Karena itu mereka mengatakan bahwa sebagai guru dan coach, mereka sendiri perlu memiliki spirit dan visi misi dalam proses pendampingan yang kemudian ditransferkan kepada anak-anak bimbingan mereka saat proses pendampingan. Satu hal menakjubkan dalam sharing mereka yakni semuanya mengakui bahwa kalau mau menjadi guru dan coach untuk orang lain termasuk orang muda, kesaksian hidup pribadi guru dan coach menjadi segalanya karena kesaksian hidup mempresentasikan visi misi, tujuan dan spirit di balik kehidupan seseorang.
Pada hari kedua, sharing pengalaman tentang kiprah kaum muda di dunia jurnalistik dan karya pelayanan Rohani untuk kaum Muda. Pada sesi I, diisi dengan sharing pengalaman pribadi dari Christian Esguerra (Jounalist and News Anchor of ABS-CBN Corporation, Assistant Professor of University of Santo Thomas) dan Ma. Angela B. Ureta, aO.Carm (Communications and Strategic Planning Consultant, and Former Executive Producer, in ABS-CBN News and Current Affairs). Di bawah sub-tema Media Education as Spiritual Formation, kedua wartawan ABS-CBN ini mensharingkan pengalamannya tentang bagaimana sebagai jurnalis muda, mereka harus berjuang untuk berkarya sesuai kode etik yang berlaku dalam dunia jurnalistik.
Mereka juga mengungkapkan bahwa wartawan yang mau sungguh bekerja sesuai jati diri dan kode etik jurnalisme perlu memiliki Roh Keberanian tersendiri dalam dirinya karena profesi ini kadang bahkan sering menghadapkan mereka pada situasi yang bertolak belakang dengan kode etik yang harus mereka jalankan. Ada banyak godaan dan tantangan yang mereka harus hadapi. Makanya Roh Kebenaran dan Keberanian yang dimiliki dalam diri akan memampukan mereka mengambil sikap melawan arus ketika berhadapan dengan praktek-praktek kurang terpuji yang terjadi dalam dunia jurnalistik. Selain itu mereka mengungkapkan peran penting karya mereka sebagai pembentuk opini publik. Untuk itu mereka juga perlu menampilkan kebenaran, kebaikan dan keluhuran dalam pemberitaan-pemberitaan mereka serta berupaya menghindarkan diri dari segala tendensi manusiawi dan duniawi, serta terus mengabdi pada kebenaran dan kepentingan umum.
Sesi kedua dibawakan oleh kami dari Indonesia dengan sub-tema Dialogue within dialogue: Youth in a Pluralistic Society. Ms Maria Regina Tjiumena (Wakil Koordinator BPK PKK KAJ dan Tim Inti Badan Pelayanan Nasional Pembaharuan Karismatik Katolik Indonesia) mensharingkan kisah hidupnya pada masa remaja yang menjadi cikal bakal karya-karya pelayanannya saat ini di dunia kepemudaan di Indonesia dan di beberapa kelompok kaum muda di Negara lain seperti Australia, Singapura dan lain-lain. Bermula dari pengalaman pribadi, Maria kemudian merasa terpanggil untuk melayani kaum muda agar mereka dituntun ke jalan yang baik dan benar demi masa depan mereka yang cerah. Maria juga mensharingkan untung-malang yang mereka hadapi dalam melayani kaum muda karena kaum muda punya cara tersendiri dalam mengeskpresikan kerohanian mereka. Maka menurut Maria, kita perlu mengetahui dan masuk melalui pintu mau-maunya mereka (enter through their door) sambil tetap menampilkan pesan luhur yang hendak dipresentasikan kepada mereka.
Pada sesi pendalaman sharing dan pencerahan spiritual, saya mengajak para peserta merenungkan bersama hikmah spiritual di balik kisah hidup dan karya Ms. Maria bahwa setiap orang memiliki kisah kehidupan entah bersama sesamanya maupun bersama Tuhan dalam perjalanan hidupnya. Tiap pengalaman punya pesan yang bisa dijadikan guru untuk langkah hidup selanjutnya. Karena itu kita perlu merenungkan pengalaman-pengalaman kita guna menemukan pesan sosial dan spiritual di balik setiap pengalaman hidup yang dialami. Dan karena pengalaman kita berbeda-beda maka diperlukan sikap terbuka dan kerelaan untuk saling mendengarkan, memahami dan memperkaya satu sama lain. Hal ini berlaku juga dalam hidup bersama yang ditandai aneka latar belakang dan perbedaan. Sebab itu dibutuhkan peran penting nilai-nilai universal sebagai kompas penuntun dalam kebersamaan hidup dan kiprah pengabdian. Mengacu pada nilai-nilai luhur dan universal yang terkandung dalam Pancasila yang mampu menyatukan bangsa Indonesia yang sangat pluralistik dalam berbagai segi, para peserta diarahkan untuk menyadari bahwa sebenarnya fenomen pluralisme dan multi dimensi hidup ada di mana-mana. Demikian pun upaya menghadirkan dan menjadikan nilai-nilai universal juga tentu ada di setiap wadah bersama baik dalam konteks sosial, budaya, polituk maupun dalam konteks hidup religius karena setiap wadah yang baik dan benar tentu menghendaki persatuan, persaudaraan dan kesejahteraan bersama.
Maka perlu disadari dan dihayati nilai-nilai universal yang dimiliki oleh setiap wadah bersama, entah sebagai suatu bangsa maupun lembaga atau komunitas hidup bersama. Dan yang terpenting dari semuanya itu yakni niat mulia untuk berjuang bersama mewujud-nyatakan nilai-nilai kehidupan itu demi terciptakaan keharmonisan bersama. Dalam kaitan dengan hal tersebut, salah satu hal penting dalam kehidupan bersama yang ditandai sikon pluralistik-keanekaan yakni sikap terbuka, kemauan nan tulus menjaga persatuan dan kerelaan bekerja sama dengan iklas untuk mengupayakan kesejahteraan bersama – bonnum commune.
Pada sesi Open Forum, ada beberapa pertanyaan seputar kehidupan bersama di Indonesia yang pluralistik konteksnya dalam berbagai aspek kehidupan. Panitia memberikan kesempatan kepada beberapa peserta forum asal Indonesia untuk turut memberikan tanggapan atas pertanyaan-pertanyaan itu. Romo Albert Herwanta O.Carm., Rektor Unika Widya Karya Malang memberikan tanggapannya dari konteks pelayanannya di dunia pendidikan. Romo Chris Purba,SJ, Moderator BPK PKK KAJ dan saya menjelaskan dari konteks pelayanan kaum muda. Selain testimoni dari Ms. Maria tentang kegiatannya di kelompok Karismatik, ada juga kesaksian Ms. Gisella Wenas dari Komunitas Sumur Yakub tentang bagaimana komunitas kaum muda ini memanfaatkan Media Sosial (medsos) untuk menghimpun dan menyelenggarakan kegiatan-kegiatan bersama serta menjadi sarana saling menginspirasi lewat online meeting yang diselenggarakan setiap akhir pekan. Kami menutup sesi tanggungan Indonesia dengan menyanyikan lagu Indonesia Tanah Air Beta sambil memegang bendera Merah Putih diiringi musik Sasando oleh Pastor John Bakok SVD yang sedang S3 Musik di Manila.
Sesi pertama hari ketiga diisi dengan sharing pengalaman dari 2 keynote speakers tamu: Bonnie Williams (Intern of Freeman Foundation, Junior Student of Philosophy and Religion of Furman University Amerika Serikat) dan Anne-Marie Bos, O. Carm. dari Belanda (Academic Staff of Titus Brandsma Instituut, Nijmegen Belanda). Di bawah sub tema The Sacred in the Secular Space of the Youth, keduanya mensharingkan pergulatan dan perjuangan mereka sebagai orang muda dan bersama orang-orang muda untuk menghidupi nilai-nilai Kristiani di tengah situasi sekularisme di negara-negara mereka. Acara ini ditutup dengan input umum dari ISA Board Members tim penasihat Forum Spiritual ini dari berbagai kongregasi religius dan awam yang ada di Asia. Tim ini diwakili oleh Fr. Eliseo Mercado,Jr., OMI; Dr. Alfredo.Co; Fr. Daniel Franklin Pilario, CM; Sr. Ma. Anicia B. Co, RVM; dan Dr. Anne-Marie Bos, O. Carm. Masing-masing mereka memberikan tanggapan mereka atas forum spiritual Asia bertemakan Kaum Muda dan Panggilan serta meberikan inspirasi-inspirasi untuk kami semua.
Forum Spiritual Asia tiga hari ini ditutup dengan ceremoni penuntupan. Panitia menobatkan peserta asal Indonesia sebagai peserta paling aktif dan kreatif baik dalam presentasi-presentasi mereka maupun selama forum tiga hari ini berlangsung. Tentunya menjadi inspirasi tersendiri bagi muda muda Indonesia yang mengikuti Forum ini.
PESAN-KESAN FORUM SPIRITUAL MUDA MUDI ASIA
Oleh: P. John Masneno, SVD (Tim Inti Pusat Spiritualitas Sumur Yakub Indo-Leste)
Bagaimana menyelaraskan nilai-nilai iman sejati dengan kecanggihan art...
Pada hari Sabtu, 15 Oktober 2022 yang lalu, Komunitas Verbum Domini (K...
Bible Zoom-Youtube Live-Streaming diadakan lagi oleh Tim Pengurus Pusa...
Tim Pengurus Pusat Spiritualitas (Puspita) Sumur Yakub SVD-SSpS Indone...
Tim Pengurus Pusat Spiritualitas (Puspita) Sumur Yakub SVD-SSpS Indone...
Nama yang dipilih untuk sentrum ini adalah “Pusat Spiritualitas Sumur Yakub” yang mempunyai misi khusus yaitu untuk melayani, bukan hanya anggota tarekat-tarekat yang didirikan Santu Arnoldus Janssen saja tetapi untuk semua... selebihnya