Saya dibaptis menjadi seorang Katolik pada saat saya duduk di bangku kelas 2 SMP (kelas 8 - saat ini). Prosesnya bukanlah instan, saya melalui proses pembelajaran (katekumen) sejak saya duduk di kelas 6 SD. Bahkan, beberapa teman yang dibaptis bersama saya ada yang mengikuti katekumen sejak kelas 4 SD. Proses yang cukup panjang, namun tidak pernah kami keluhkan saat itu, karena kami merasa enjoy dengan semua hal yang kami dapatkan. Katekis kami (Bu Sylviana) saat itu mengemasnya dengan sedemikian rupa, sehingga kami menikmati minggu demi minggu pembelajaran kami. Pengalaman yang sungguh berkesan bagi saya dalam proses saya menjadi seorang Katolik. Terima kasih secara khusus saya ucapkan kepada Bu Sylviana yang telah membimbing saya dan teman-teman menjadi seperti sekarang ini!
Secuplik kesaksian saya di atas mengantarkan kita pada perenungan hari ini, di mana Yesus bersabda untuk mengikuti Dia dengan gagah berani. Jangan takut akan semua tantangan dan kesulitan yang akan kita hadapi. Tantangan dan kesulitan itulah yang akan menempa kita menjadi pribadi yang tahan banting dan bermental baja. Iman kita kepada-Nya diuji saat berhadapan dengan cobaan, kesusahan, dan penderitaan. Menjadi pengikut Kristus bukan berarti kita bisa ongkang-ongkang kaki saja dan masuk ke dalam Kerajaan Allah, tapi kita dituntut untuk mengusahakan tergenapinya Firman Tuhan dalam kehidupan kita sehari-hari. Bukan tugas yang mudah sebenarnya, oleh karena itu Tuhan mengutus Roh Kudus-Nya untuk mendampingi tugas perutusan kita.
Menjadi murid Kristus juga berarti kita meneladani apa yang telah diperbuat Yesus kepada orang-orang di sekitarnya. Yesus sudah memberikan teladan kepada kita bahwa untuk menjadi seorang yang besar, hendaklah kita menjadi rendah hati dan melayani sesama. Yohanes Pembaptis pun telah mencontohkan kepada kita, betapa ia merendahkan dirinya di hadapan Tuhan dengan berkata, "...untuk membuka tali kasut-Nya pun aku tidak layak..". Padahal, bila kita mengikuti kisahnya, Yohanes Pembaptis merupakan seorang pemimpin yang memiliki banyak pengikut, seorang yang memiliki nama besar dan disegani oleh banyak orang pada saat itu. Namun, ia sadar bahwa di hadapan Tuhan, dirinya bukanlah apa-apa. Begitu juga dengan kisah perwira di Kapernaum yang meminta pertolongan kepada Yesus. Kita mengetahui bagaimana Yesus terkagum-kagum dengan iman perwira tersebut, karena perwira tersebut mengatakan bahwa Yesus cukup bersabda saja maka anak buahnya akan sembuh.
Contoh-contoh peristiwa di atas mengajarkan kepada kita bahwa Yesus mengasihi kita umat-Nya. Ia telah menebus dan membayar kita dengan darah yang mahal, darah Anak Domba, yang harus mati tergantung di kayu salib demi penebusan dosa dan keselamatan kita. Tidak ada satu pun firman-Nya yang tidak terlaksana dan menjadi sia-sia. Seluruh perkataan-Nya masih senantiasa relevan dengan keadaan kita saat ini. Sabda telah menjadi Daging dan tinggal di antara kita, berarti bahwa sebagai pengikut Kristus, kita harus mengimani bahwa setiap sabda Tuhan tidak akan kembali dengan sia-sia, harus menjadi rhema yang indah dalam keseharian kita bersama dengan sesama. Implementasi dari Sabda Tuhan itulah yang harus kita usahakan dan hayati sebagai pelaku firman, sehingga buah-buahnya dapat dilihat dan dinikmati oleh orang lain yang tidak mengenal Kristus.
Oleh karena kita berharga di mata-Nya, Tuhan rela mengutus Putra-Nya yang tunggal untuk menyelamatkan kita. Putra-Nya tersebut rela menjadi pelayan bagi kita semua, rela disesah dan diolok-olok demi hati kita yang degil dan dingin. Maka dari itu, berpalinglah kepada Tuhan, sang empunya Firman, karena Ia berkuasa menetapkan dan mengangkat kita ke Sorga, berada di sebelah kiri ataupun kanan Yesus nantinya. Tuhan rindu untuk menyapa kita semua melalui bisikan lembut-Nya, hendaklah kita mendengar-Nya dengan merenungkan dalam hati dengan kesadaran bahwa: Firman-Mu pelita bagi kakiku, terang bagi jalanku...
Semoga kesediaan kita menerima dan melaksanakan Firman Tuhan, hidup kita makin memancarkan rahmat Allah bagi sesama sehingga melalui kesaksian hidup demikian, kita mendayagunakan Firman Tuhan sehingga berguna bagi orang lain. Dengan demikian Firman Tuhan tidak sia-sia bagi kita karena kita menerima dan menumbuhkembangkannya dalam hidup kita sehingga berbuah serta berdayaguna bagi orang lain.
Tuhan memberkati kita sekalian.
DOA PENEGUHAN :
Bantulah kami semua pengikut-pengikutMu agar kami pun seperti Dikau berani menanggung segala tantangan dan kesulitan hidup yang kami alami dengan keyakinan iman skan pertolonganMu. Teguhkan kami menghidupi SabdaMu sehingga hidup kami berdayaguna juga bagi orang lain. Amin.
Dr Yudy
(berkarya di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta).