Kisah-kisah seputar hidup dan karya penyebaran Kerajaan Allah yang dilakukan para Rasul Tuhan dan jemaat Kristen perdana terus diperdengarkan kepada kita sepanjang masa paska ini. Mereka yang adalah orang-orang sederhana biasa ternyata menjadi pewarta handal dan penyalur rahmat Tuhan karena mereka membiarkan diri dirahmati oleh Roh dan Kuasa Penyelenggaraan Ilahi. Mereka pun berjuang mewujudkan tugas pewartaan yang dipercayakan kepada mereka sehingga banyak orang dituntun kepada Tuhan, sumber hidup sejati.
Sebab itu kisah-kisah itu terus diperdengarkan kepada kita tentunya dengan tujuan meneguhkan dan menyemengati kita agar kita sebagai pengikut Kristus juga terus mengambil bagian dalam karya penyebaran Kerajaan Allah. Salah satu hal penting yang mesti kita selalu sadari yakni semua kita dipanggil dan dipilih serta diutus Allah melalui sakramen-sakramen yang telah kita terima untuk menjadi sarana-sarana penyalur rahmat Tuhan.
Tuhan yang memanggil, memilih dan mengutus kita tentu saja mengetahui dengan baik siapa kita. Karena itu Dia berkata: “Aku tahu siapa yang telah Kupilih.” Kita juga hendaknya perlu selalu menyadari bahwa panggilan hidup yang kita jalani merupakan rahmat Allah yang dianugrahkan kepada kita untuk dihayati. Kita dipanggil seperti para rasul dan jemaat perdana menjadi pemberita Kerajaan Allah apapun bentuknya sejauh pemberitaan kita itu sesuai rencana Kehendak Allah yang selalu mau menyelamatkan dan menyentosakan hidup ciptaan-Nya.
Karena itu sebagai orang-orang terpanggil hendaknya kita menjaga dan merawat panggilan kita melalui suatu model hidup yang berbobot dalam segala aspek kehidupan sehingga kita layak di hadapan Tuhan dan di mata sesama. Hal ini bisa terjadi bila kita seperti jemaat perdana senantiasa mendekatkan diri pada Tuhan serta membiarkan diri kita dituntun oleh kehendakNya sehingga hidup kita adalah perwujudan kehendak Allah.
Kita juga perlu mengamalkan panggilan itu yang dipercayakan Tuhan kepada kita melalui sikap hidup dan kiprah pengabdian kita sehingga menjadikan hidup dan karya kita sebagai suatu pewartaan yang hidup akan kebenaran, kebaikan, kasih kemurahan, cinta perhatian Allah kepada umatNya melalui hidup dan pengabdian kita.
Mari kita menjaga dan mewujudkan rahmat panggilan Tuhan yang telah dipercayakan kepada setiap dengan cara: berpikir baik, berkata baik dan berbuat baik seperti Yesus Sang Guru kita. Tuhan yang telah memanggil, memilih dan mengutus kita terus menyertai dan memberkati kita selalu dalam hidup dan karya pelayanan kita. Amin.
Oleh Fr. Tito, SVD (Unit Gabriel-Seminari Tinggi St Paulus Ledalero)
Doa Peneguhan :
Allah Tritunggal Mahakudus, kami bersyukur atas rahmat panggilan yang Dikau anugrahkan kepada setiap kami untuk boleh menjadi penyalur rahmat kasihMu kepada umatMu. Bantulah kami agar senantiasa berusaha hidup menurut tuntunan kehendak SabdaMu dan mampukan kami dengan rahmatMu agar kami bisa pembagi rahmat kasihMu kepada sesama kami hidup dan karya pengabdian kami sehingga namaMu dimuliakan kini dan sepanjang segala masa. Amin
Satu fenomena menarik yang melingkupi hidup manusia ‘zaman now’ yakni kebanyakan orang begitu gencar mengejar kebahagiaan namun tidak sedikit yang kurang mengalaminya. Padahal bila kita membandingkan sarana-sarana pendukung hidup manusia di masa sekarang dengan masa-masa sebelumnya terlihat jelas bahwa dunia sekarang jauh lebih baik sarana-prasarananya. Namun mengapa banyak orang kurang bahkan tidak mengalami rasa damai dan bahagia di zaman now ini?
Pernyataan Yesus, Sang Guru Ilahi dalam Injil Yohanes 10: 25 menjawab pertayaan tersebut dengan singkat, padat dan jelas. Dan jawaban itu adalah karena manusia tidak percaya kepada Dia, sebagai Putra Allah yang hidup yang datang membebaskan dan menyelamatkan. Ajaran dan karya ajaib sudah dibuatNya namun manusia tidak percaya. Inilah yang membuat manusia tidak mampu menggapai kebahagian sejati. Padahal kebahagiaan sejati manusia yang sesungguhnya adalah tinggal bersama Tuhan, Sang Pencipta dan penjamin hidup kita. Namun bahagia itu sirna dari kita lantaran dosa. Ketidakpercayaan akan Tuhan membuat manusia tidak percaya pula akan Sabda dan karya ajaib yang dilakukakannya. Dan tidak lanjut dari ketidakpercayakan ini yakni kita lebih mencari pertolongan di luar Tuhan.
Ada hal menarik dari fenomen ketidakpercayaan manusia akan peran Tuhan dalam hidupnya yang patut kita renungkan. Sekalipun manusia ‘menolak’ tawaran pertolongan Tuhan dan mencari pertolongan di luar Tuhan namun hasrat dan perjuangan mencari kebenaran dan kebahagiaan sejati akan menghantar dia menyadari bahwa apapun bantuan manusia atau dunia teknologi secanggih apapun toh terbatas kemampuannya. Pada saat yang sama kita menyadari pula bahwa Tuhan selalu mau menolong kita hanya kita lah yang menjauh dari Tuhan. Sikap demikianlah yang membuat kita seakan tidak punya kemampuan mendekati Tuhan. Akibatnya kita mengeluh dan terus mengeluh. Namun Tuhan tetap konsisten dengan identitas dan karakter diriNya sebagai Allah yang Mahamurah dan penuh cinta. Dia senantiasa berinisiatif menghampiri kita dalam sosok Yesus karena cintaNya yang tak terbatas kepada kita.
Inilah pengalaman iman para Rasul dan jemaat perdana. Mereka yang sebelum ragu, tidak percaya bahkan melarikan diri namun kemudian menjadi percaya karena mereka sendiri diteguhkan oleh perbuatan-perbuatan ajaib yang dilakukan Tuhan kepada mereka dan melalui mereka. Dan mereka pun kemudian menjadi pewarta Sabda Tuhan dengan penuh keberanian (bdk. Kis. 11:20). Dengan warta ini dunia menikmati bahagia yang sesungguhnya.
Semoga kita pun dicerahi oleh Sabda Tuhan dalam proses pencarian kita guna menggapai kebahagiaan kita yang sesungguhnya yakni dalam Tuhan. Semoga Rahmat kebangkitanNya yang mengalahkan maut menungguhkan kita untuk untuk semakin percaya dan selalu mengandalkan Dia. Alleluya. Salve.
Oleh RD. Andreas Sika, Pr.
Pastor Pembantu di Paroki St. Yoseph Pekerja Penfui Keuskupan Agung Kupang dan juga Pembina Rohani (Pemroh) WKRI DPD NTT
Doa Peneguhan :
Ya Yesus, Sang Sabda yang hidup, tolonglah kami dalam perjuangan hidup kami agar senantiasa menjadikan Sabda-Mu sebagai KOMPAS penuntun langkah hidup dan perjuangan kami. Semoga kami juga menyadari kehadiran dan karya penyelenggaraan-Mu dalam peristiwa-peristiwa hidup yang kami alami sehingga kami diyakinkan selalu bahwa kami tidak pernah berjalan dan berjuang sendirian karena Dikau selalu menyertai dan menolong kami. Karena Dikaulah Tuhan dan Penolong kami yang hidup dan bersatu dengan Bapa serta Roh Kudus, kini dan sepanjang segala masa. Amin.
Sumber inspirasi Kis 9:1-20, dan Yoh 652-59
Saya tersentuh dengan bacaan-bacaan suci hari ini tentang pengajaran dan pernyataan Yesus sebagai Roti Hidup yang membahasakan keagungan kasih Tuhan bagi manusia melalui pemberian diriNya sebagai sumber kehidupan. Memang pernytaan demikian tentu saja membawa kebimbangan dan bahkan penolakkan. Mereka yang setiap hari berbicara dan berdiskusi tentang hal-hal duniawi, apa yang bisa dilihat dan disentuh, apa yg bisa dimakan dan diminum , ttg hal-hal yang konkrit, pasti akan kaget mendengar pernyataan Yesus bahwa dagingNya untuk dimakan dan darahNya utk diminum. Tidak gampang utk dimengerti oleh pikiran jasmani belaka. Hanya dengan kaca mata rohani kita akan mampu memahami peryataan Yesus itu. Yesus mau menunjukkan bahwa diriNya diberikan sebagai Roti Hidup yang turun dari surga. Anugrah kasih agung ini diwariskan kepada kita dan kita dapatkan dalam Ekaristi kudus.
Keterbukaan menerima Tuhan dan membiarkan diri dikuatkan serta dicerahi oleh tahmat kasihNya akan sangat besar faedahnya bagi hidup kita termasuk dalam relasi dengan sesama.
Karya pelayanan bersama keluarga-keluarga di Botswana dan Zambia Afirika selama 17 tahun memberikan saya banyak pelajaran akan hal tersebut. Banyak keluarga tertolong karena relasi erat keluarga mereka dengan Tuhan. Sebaliknya banyak pasutri yang tidak saling memahami, cecok dll kr kurang ditntun oleh nilai-nilai sejati yg sumbernya dari Tuhan akibatnya rumah tangga mereka bisa terancam bubar.
Karena itu upaya menata keluarga berdasarkan nilai-nilai sejati sangat penting. Perbedaan antara pasangan suami istri mengisyarakan kemungkinan utk bertengkar bahkan bisa sampai bercerai. Maka perlu diantisipasi dan dihadapi dengan pikiran dan hati bijak sehingga apapun situasi yang dihadapi mereka tetap kompak dan harmonis. Maka membentuk keluarga itu, mengandung PEKERJAAN RUMAH utk tetap mejaga Harmoni dalam perbedaan (menjaga keharmonisan dalam perbedaan).
Agar keluarga menjadi HARMONIS dan LANGGENG maka diharapkan pasangan suami istri memancang 5 PILAR UTAMA utk rumah tangga mereka yakni :
Bila keluarga tetap berpegang pada LIMA PILAR ini, walaupun tantangan hidup berkelurga semakin hari semakin kompleks, mereka akan tetap kuat , kompak dan harmonis.
Semoga bermanfaat.
Salam dalam Yesus Tuhan kita.
Oleh : Br Albert Babu, SVD
Pernah berkarya di Boitswana dan Zambia -Afrika. Sekarang bertugas sbg Sekretaris di Mission Offiie SVD Indonesia di Jakarta
Ajaran Yesus mengenai diriNya sebagai Roti Hidup adalah suatu peryataan yang sulit-sulit gampang dipahami tapi juga bisa gampang-gampang sulit khususnya bagi orang yang hidupnya sudah dikuasai oleh ketergantungan pada hal-hal material-jasmaniah. Bagi mereka yang belum pernah atau masih berjuang menemukan kebenarannya dalam kehidupan mereka sendiri akan sedikit bahkan sulit memahami ajaran Sang Guru itu. Namun bagi mereka yang sudah mengalami kebenarannya akan dengan mudah memahami ungkapan Yesus tersebut.
Terlepas dari sudah atau belum mengalami, Yesus mau meneguhkan kita bahwa DiriNya adalah Roti Hidup sebenarnya mau menunjukkan satu kebenaran hakiki kepada kita bahwa Dialah penjamin Hidup sesungguhnya yang sanggup memberikan kekuatan jasmani dan terlebih rohani berupa kedamaian, kelegaraan, sukacita dan bahagia. Sebab itu untuk bisa bertahan dalam hidup di dunia sementara dan bisa mendapatkan hidup kekal di dunia akhirat nanti, kita perlu menguatkan diri kita bukan hanya dengan makanan jasmani tetapi juga dengan makanan rohani. Keduanya dibutuhkan oleh diri kita yang terdiri dari jiwa dan raga kita. Makan makanan jasmani untuk menguatkan raga kita dan makanan rohani menguatkan kita jiwa kita sehingga kita tumbuh sebagai pribadi yang seimbang dan harmonis.
Dan kenyataan hidup manusia membenarkan hal ini yakni bahwa manusia hidup sehat tidak dari makanan jasmani saja. Dia bisa mengkonsumsi makanan sehat dan bergizi tapi apalah artinya kalau pada saat yang sama pikiran dan hatinya banyak ‘menyatap’ hal-hal negatif seperti kemarahan, iri hati, cemburu, lobah harta, gila kuasa dll yang membuat dia tidak nyaman dan damai. Sebaliknya orang bisa saja makanan jasmani yang sederhana tapi sehat sejahtera karena hati dan pikiran selalu diliputi oleh rasa damai dengan diri dan orang lain, suka cita serta ketenangan hidup.
Contoh-contoh konkret ini meyakinkan kita mengakui bahwa untuk hidup sehat tidak hanya bertumpu pada hal-hal jasmaniah tapi soal situasi pikiran dan hati bathin juga turut bahkan sangat menentukan kebahagiaan hidup. Malah perjalanan ziarah bathin seiring usia akan menyadarkan dan meyakinkan kita bahwa justru hal rohani lebih dibutuhkan dalam ziarah iman kita bersama Tuhan. Kita pun makin dicerahi untuk memahami juga ajaran Yesus bahwa kita hidup bukan hanya dari hal-hal jasmani saja tapi hal-hal rohani juga (Matius 4:4). Pengalaman inilah yang meneguhkan Sostenes, filsuf brilliant itu sehingga mengatakan bahwa manusia dibentuk oleh apa yang ia doakan. Atau dalam terang kata-kata St Paulus dalam Roma 14:17 dikatakan di sana: Kerajaan Allah bukan soal makanan dan minuman, tetapi soal kebenaran, damai sejahtera dan sukacita dalam Roh. Karena itu sangat tepat anjuran Yesus dalam Matius 6:33 agar kita perlu mencari dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya dan hal-hal akan ditambahkan kepada kita. Penemuan kebenaran tersebut akan membuat kita seperti Filipus terdorong untuk mewartakan kebenaran, damai sejahatera dan suka cita karena di saat kita mengupayakan hal-hal tersebut bagi orang lain, di saat yang sama kita dapatkan untuk hidup kita.
Semoga kita makin dicerahi dan diyakinkan bahwa untuk bahagia dalam hidup tidak saja dijamin oleh hal material jasmaniah tapi terlebih oleh hal-hal rohaniah. Semoga Ekaristi Kudus menjadi saat emas kita mendapatkan kekuatan Roti Hidup dari Sabda dan Tubuh-Daah Tuhan. Kiranya dengan pengalaman penemuan akan kebenaran ini makin meneguhkan kita untuk menjadi Filipus-Filipus yang dengan suka rela dan penuh keberanian mewartakan Kerajaan Allah sehingga semakin banyak orang yang menemukan Yesus sebagai Roti Hidup penjamin hidup sejati dan turut mengalami kasih dan kekuatan Tuhan, Sang Roti Hidup.
Tuhan memberkati kita sekalian
Oleh. Romo Aldus Muspida, SVD
Misionaris SVD yang pernah berkarya di Botswana-Afrika dan sekarang mengabdi di Nias- Keuskupan Sibolga, Sumatra
Kisah perjuangan Santu Stefanus hingga harus kehilangan nyawa demi kebenaran memberikan pesan tersendiri yang perlu direnungkan dan ditindaklanjuti penghayatannya. Karena mencermati sebab-musabab peristiwa ini sesungguhnya kita akan menemukan hal-hal demikian masih terus terjadi dalam kehidupan kita di zaman sekarang. Antara lain sikap tidak mau dituntun oleh kebenaran dan kebaikan sejati. Inilah penyebab utama penganiayaan kejam terhadap Stefanus disebabkan oleh ‘rasa tersinggung’ para penatua, ahli Taurat dan Imam Besar orang Yahudi yang merasa ‘dipojokkan’ oleh kata-kata Stefanus.
Padahal kalau dicermati dengan hati bening kita akan menemukan bahwa apa yang dikatakan Stefanus itu benar dan bertujuan mengarahkan kembali hidup mereka yang sudah tidak sesuai lagi dengan ajaran Taurat. Sebagai seorang yang dipenuhi Roh Allah, Santu Stefanus mau mengarahkan mereka kepada jalan hidup yang baik, benar dan membahagiakan mereka. Sayang mereka yang sudah terkontaminasi dengan hal-hal duniawi seperti persaingan tidak sehat, iri hati, cemburu, gengsi dan gila hormat justru melihat ajakan Stefanus sebagai sesuatu yang menggelitik mereka. Karena itu mereka tak segan-segan merajam Stefanus hingga mati.
Belajar dari kisah tragis ini kita diigatkan agar dalam kita berupaya sebisa mungkin menghindarkan diri dari sikap sok tahu dan sok benar seperti para pempimpin Yahudi karena bisa membuat kita menjadi figure-figure yang anti kritik, suka iri hati, cemburu, suka bersaing secara tidak sehat. Santu Paulus menasihati kita dalam 2 Kor. 9:2 agar kita mengupayakan hal-hal baik, benar dan mulia sehingga kegiatan kita menjadi perangsang bagi banyak orang untuk melakukan hal-hal yang sama. Karena itu kita perlu senantiasa bersikap rendah hati di hadapan Tuhan Sang kebenaran dan membiarkan diri diilhami selalu oleh Rohnya serta berupaya menyalakan selalu Roh Allah yang penuh cinta, damai dan suka cita dalam diri kita.
Saya menutup renungan ini dengan satu ungkapan Spanyol yang berbasis dalam 1 Tes. 5:19: NO EXTINGAN LA ACCION DEL ESPIRITU (JANGANLAH PADAMKAN ROH ALLAH). Mari kita terus berjuang dengan bantuan rahmat Allah agar Roh Allah yang telah dianugrahkan oleh Allah sendiri kepada setiap kita senantiasa bernyala sehingga kita saling peduli dan terus mengusahakan damai sejahtera dan suka cita dalam hidup bersama kita.
Santu Stefanus doakanlah kami.
Oleh. Amans Laka, SVD
Mantan Misionaris Argentina yang akan bertugas di Amerika Serikat.
Bagaimana menyelaraskan nilai-nilai iman sejati dengan kecanggihan art...
Pada hari Sabtu, 15 Oktober 2022 yang lalu, Komunitas Verbum Domini (K...
Bible Zoom-Youtube Live-Streaming diadakan lagi oleh Tim Pengurus Pusa...
Tim Pengurus Pusat Spiritualitas (Puspita) Sumur Yakub SVD-SSpS Indone...
Tim Pengurus Pusat Spiritualitas (Puspita) Sumur Yakub SVD-SSpS Indone...
Nama yang dipilih untuk sentrum ini adalah “Pusat Spiritualitas Sumur Yakub” yang mempunyai misi khusus yaitu untuk melayani, bukan hanya anggota tarekat-tarekat yang didirikan Santu Arnoldus Janssen saja tetapi untuk semua... selebihnya