Refleksi

Displaying items by tag: renungan harian

Saturday, 09 June 2018 13:47

Memberi dengan Tulus Mendatangkan Berkat

Saudara/i pencinta Sang Sabda yang terkasih dan dikasihi Tuhan. Hari ini bersama gereja sejagat kita merayakan peringatan wajib Hati Tersuci Santa Perawan Maria. Secara pribadi tentu kita sudah membaca dan merenungkan sabda Tuhan. Melalui sabda Tuhan hari ini kita diajak untuk : 

Pertama, senantiasa setia mewartakan Sabda Tuhan dalam seluruh karya pelayanan kita baik atau tidak baik waktunya (Tim; 4:2). Seburuk apapun situasi yang kita hadapi bukanlah alasan untuk berhenti mewartakan Sabda Tuhan. Kita ditantang untuk keluar dari zona nyaman kehidupan kita agar Sabda Allah itu semakin dialami dan dihidupi oleh sesama saudara/i kita dan dengan demikian membawa berkat dan kekuatan bagi sesama yang kitalayani.

Kedua, kita diajak sekaligus ditantang untuk memberi dengan tulus. Saya sering sekali mendengar ungkapan yang tentu saja menurut saya bernada agak sinis “mana ada zaman segini gratis? Ini tentu saja mengungkapkan satu fakta bahwa kita hidup dalam dunia yang penuh perhitungan. Tetapi saya berbangga bahwa ditengah kehidupan seperti ini masih banyak orang yang dengan ketulusan memberiapa yang dimilikinya. Berkaitan dengan hal ini saya mau membagikan satu pengalaman kecil mengenai ketulusan hati. 

Masih sangat hidup dalam ingatan saya satu pengalaman kecil di pedalaman Kalimantan. Ketika itu saya bersama satu pastor dan satu suster mengadakan perjalanan menuju beberapa stasi bagian hulu sungai Katingan. Untuk sampai kesana kami harus menempuhnya dua hari dan tentu menggunakan klotok (transportasi sungai untuk wilayah ini). Di tengah perjalanan klotok kami mengalami kerusakan, maka butuh diperbaiki. Siang itu kami sungguh sudah sangat lapar, kami mulai mengeluh. Di sebelah sungai saya melihat satu pondok yang sangat sederhana, lalu saya memberanikan diri melangkahkan kaki kesana. Saya menjumpai seorang ibu yang sudah agak tua sedang menumbuk padi. 

Meskipun ibu itu tidak terlalu menghiraukan saya tetapi saya mencoba untuk mengajaknya berbicara, dan memang tidak terjadi sebuah dialog sebab ia tidak mengeluarkan satu katapun. Waktu saya hendak pamit, tiba-tiba ia masuk kedalam pondok lalu keluar lagi dan membawa sebuah piring dan di dalamnya ada dua buah pisang rebus lalu memberikannya kepada saya. Tentu rasa syukur saya tak terhingga selain karena saya memang lapar tentu juga bersyukur untuk ketulusan ibu ini serta ke pekaannya memahami situasi saya. Saya yakin ini berkat yang saya terima dari Tuhan, saya memberikan satu pisang itu untuk teman suster saya dan tentu pastornya tidak dapat karena tidak cukup. Dengan satu buah pisang dari kemurahan seorang ibu sederhana, saya bisa sedikit kuat melanjutkan perjalanan yang masih membutuhkan waktu setengah hari.


Saudara/i pencinta Sang sabda yang terkasih, bila kita mencermati situasi dunia hidup kita, di sana akan ditemukan banyak saudara/i mengalami kesulitan dalam hidup, mereka butuh didengarkan. Tugas kita adalah memberi hati dan telinga kita untuk mendengarkan mereka. Ketika banyak saudarada n saudari kita hidup dalam ketidakpastian akan masa depan, mereka membutuhkan kehadiran kita untuk mendukung dan meneguhkan kembali harapan mereka. Ketika banyak saudara/i kita mengalami penderitaan karena beban ekonomi yang menghimpit dan kesulitan lain, mereka membutuhkan kasih yang tulus untuk meringankan penderitaan mereka. Pada peringatan Hati tersuci Maria, kita memohon bantuan Tuhan agar teladan kesederhaan dan ketulusan Bunda Maria menjadi inspirasi bagi kita dalam perjuangan menghantar Tuhan kepada sesama.

Doa Peneguhan : 
Allah Bapa yang Maha belas kasih, kami bersykur kepada-Mu untuk segala berkat dalam seluruh hidup kami. Semoga karena doa Bunda Maria yang hari ini kami peringati pestanya menghantar kami untuk semakin mendekatkan diri dengan-Mu dan dimampukan untuk menghantar sesama menjumpai Engkau dalam hidup, demi Kristus Tuhan dan pengantara kami, Amin.

 

Published in Renungan

Para Pengikut Yesus, Sang Sabda yang terkasih. Saya percaya sebagai pencinta Sabda Tuhan, saudara-saudari sudah membaca bacaan-bacaan suci yang menjadi fokus perhatian permenungan kita hari ini. Dan tentu saja pemaknaan atas pesan Sabda Tuhan itu bervariasi sesuai cara pandang dan situasi hidup kita. Saya mengajak kita sekalian untuk merenungkan satu pesan penting berkaitan dengan perumpamaan Yesus tentang Kebun Anggur dan Para Penggarapnya (Mrk 12: 1-12). 

Perumpamaan Yesus ini secara gamblang mengacu pada umat Israel sebagai kebun anggur Allah dan para pemimpin mereka sebagai penggarap. Atau dalam konteks sekarang, perumpamaan ini mengacu pada kita sebagai umat Allah yang percaya pada Kristus dan para pemimpin-pelayan Gereja sebagai penggarap-penggarap Kebun Anggur Tuhan. Dan merenungkan lebih dalam hidup kita dalam konteks kepemimpinan maka kita akan menemukan di sana bahwa setiap kita adalah pemimpin (penggarap kebun anggur Tuhan) paling kurang dalam memimpin diri, keluarga dan orang-orang yang dipercayakan kepada kita. Maka melalui perumpamaan ini, Yesus sebenarnya mau mengajak kita sekalian untuk merenungkan kiprah perjuangan kita hingga saat ini: bagaimana upaya kita melaksanakan tugas menggarap kebun anggur yang Tuhan percayakan kepada setiap kita.

Merenungkan pesan Injil ini muncul suatu pertanyaan yang perlu kita renungkan bersama khususnya saya dan rekan-rekan yang dipercayakan Tuhan menjadi penggarap Kebun AnggurNya: sudahkah kita (para penggarap) dalam kebun anggur Kristus bekerja sesuai dengan harapan Kristus sebagai pemilik jemaat….? Kita tidak dituntut menjawab secara verbal atas pertanyaan tersebut namun baik juga perlu direnungkan jawabannya sesuai kenyataan hidup kita sejauh ini. Apapun jawabannya, kesadaran sebagai makluk tak sempurna, yang masih berjuang dengan segala kelebihan dan kekurangan dalam upaya melaksanakan mandat Tuhan itu, akan menghantar kita menyadari dan mengakui pula bahwa setiap masih berjuang dengan segala ketidaksempurnaan kita mewujudkan cita-cita kerajaan Cinta Kasih dalam kebersamaan kita.  

Dalam upaya tersebut baiklah kita bercermin pada nasihat saleh Simon Petrus, hamba dan rasul ulung Yesus Kristus, yang mendapat mandat dan tugas pertama menggarap kebun anggur Kristus. Dia memberikan teladan dan ajaran yang sangat luar biasa dan masih sangat relevan untuk kita dewasa ini sebagaimana ditulisnya dalam Suratnya yang kedua bab 1 ayat 1-7:

Pertama, Santu Petrus memberi teladan saleh dengan mendoakan kita semua agar kita senantiasa dilimpahi kasih kemurahan Tuhan: "Kasih karunia dan damai sejahtera melimpahi kamu..."

Kedua, Paus pertama Gereja ini mengingatkan jemaat dan kita semua untuk percaya teguh bahwa; Kekuasaan Kristus yang ilahi telah menganugerahkan kepada kita segala sesuatu yang berguna untuk hidup yang saleh... dan Ia telah menganugerahkan kepada kita janji-janji yang berharga dan sangat besar. Maka kita mesti mempercayakan diri pada bimbinganNya.

Ketiga, dia mengajak kita harus sungguh-sungguh berusaha untuk: menambah iman kita dengan kebajikan, lalu menambah kebajikan kita dengan pengetahuan, dan selanjutnya menambahkan: pengetahuan dengan penguasaan diri, penguasaan diri dengan ketekunan, ketekunan dengan kesalehan, kesalehan dengan kasih kepada saudara-saudara, dan akhirnya menambahkan kasih kepada saudara-saudara dengan kasih kepada semua orang.

Di akhir nasehat salehnya itu Petrus menggarisbawahi alasan di balik kiat-kiat rohani itu yakni agar hidup kita yang sudah diselamatkan oleh Kristus menjadi efektif dan berbuah limpah, baik bersama Tuhan sebagai pokok anggur kita maupun dengan sesama kita yang hidup dari kasih kemurahan Tuhan, Sang Pokok Anggur kita semua. Mari kita semua berjuang mewujudkan nasihat-nasihat saleh di atas dalam kehidupan konkret kita agar kebun Anggur Tuhan makin melimpah buah dalam kebersamaan kita.

Doa :
Kristus Tuhan kami, kami adalah milik-Mu. Mampukan kami semua untuk semakin bertumbuh dan berbuah sesuai dengan harapan dan rencana-Mu.
Amin...

Oleh P. Pius Bosran Situmorang, SVD
(Misionaris SVD berkarya di Paroki St. Yosef Freinademetz Bolawolon- Keuskupan Maumere)

Published in Renungan
Wednesday, 30 May 2018 12:00

Firman Tuhan Tidak Pernah Kembali Sia-Sia

Saya dibaptis menjadi seorang Katolik pada saat saya duduk di bangku kelas 2 SMP (kelas 8 - saat ini). Prosesnya bukanlah instan, saya melalui proses pembelajaran (katekumen) sejak saya duduk di kelas 6 SD. Bahkan, beberapa teman yang dibaptis bersama saya ada yang mengikuti katekumen sejak kelas 4 SD. Proses yang cukup panjang, namun tidak pernah kami keluhkan saat itu, karena kami merasa enjoy dengan semua hal yang kami dapatkan. Katekis kami (Bu Sylviana) saat itu mengemasnya dengan sedemikian rupa, sehingga kami menikmati minggu demi minggu pembelajaran kami. Pengalaman yang sungguh berkesan bagi saya dalam proses saya menjadi seorang Katolik. Terima kasih secara khusus saya ucapkan kepada Bu Sylviana yang telah membimbing saya dan teman-teman menjadi seperti sekarang ini!

Secuplik kesaksian saya di atas mengantarkan kita pada perenungan hari ini, di mana Yesus bersabda untuk mengikuti Dia dengan gagah berani. Jangan takut akan semua tantangan dan kesulitan yang akan kita hadapi. Tantangan dan kesulitan itulah yang akan menempa kita menjadi pribadi yang tahan banting dan bermental baja. Iman kita kepada-Nya diuji saat berhadapan dengan cobaan, kesusahan, dan penderitaan. Menjadi pengikut Kristus bukan berarti kita bisa ongkang-ongkang kaki saja dan masuk ke dalam Kerajaan Allah, tapi kita dituntut untuk mengusahakan tergenapinya Firman Tuhan dalam kehidupan kita sehari-hari. Bukan tugas yang mudah sebenarnya, oleh karena itu Tuhan mengutus Roh Kudus-Nya untuk mendampingi tugas perutusan kita.

Menjadi murid Kristus juga berarti kita meneladani apa yang telah diperbuat Yesus kepada orang-orang di sekitarnya. Yesus sudah memberikan teladan kepada kita bahwa untuk menjadi seorang yang besar, hendaklah kita menjadi rendah hati dan melayani sesama. Yohanes Pembaptis pun telah mencontohkan kepada kita, betapa ia merendahkan dirinya di hadapan Tuhan dengan berkata, "...untuk membuka tali kasut-Nya pun aku tidak layak..". Padahal, bila kita mengikuti kisahnya, Yohanes Pembaptis merupakan seorang pemimpin yang memiliki banyak pengikut, seorang yang memiliki nama besar dan disegani oleh banyak orang pada saat itu. Namun, ia sadar bahwa di hadapan Tuhan, dirinya bukanlah apa-apa. Begitu juga dengan kisah perwira di Kapernaum yang meminta pertolongan kepada Yesus. Kita mengetahui bagaimana Yesus terkagum-kagum dengan iman perwira tersebut, karena perwira tersebut mengatakan bahwa Yesus cukup bersabda saja maka anak buahnya akan sembuh.

Contoh-contoh peristiwa di atas mengajarkan kepada kita bahwa Yesus mengasihi kita umat-Nya. Ia telah menebus dan membayar kita dengan darah yang mahal, darah Anak Domba, yang harus mati tergantung di kayu salib demi penebusan dosa dan keselamatan kita. Tidak ada satu pun firman-Nya yang tidak terlaksana dan menjadi sia-sia. Seluruh perkataan-Nya masih senantiasa relevan dengan keadaan kita saat ini. Sabda telah menjadi Daging dan tinggal di antara kita, berarti bahwa sebagai pengikut Kristus, kita harus mengimani bahwa setiap sabda Tuhan tidak akan kembali dengan sia-sia, harus menjadi rhema yang indah dalam keseharian kita bersama dengan sesama. Implementasi dari Sabda Tuhan itulah yang harus kita usahakan dan hayati sebagai pelaku firman, sehingga buah-buahnya dapat dilihat dan dinikmati oleh orang lain yang tidak mengenal Kristus.

Oleh karena kita berharga di mata-Nya, Tuhan rela mengutus Putra-Nya yang tunggal untuk menyelamatkan kita. Putra-Nya tersebut rela menjadi pelayan bagi kita semua, rela disesah dan diolok-olok demi hati kita yang degil dan dingin. Maka dari itu, berpalinglah kepada Tuhan, sang empunya Firman, karena Ia berkuasa menetapkan dan mengangkat kita ke Sorga, berada di sebelah kiri ataupun kanan Yesus nantinya. Tuhan rindu untuk menyapa kita semua melalui bisikan lembut-Nya, hendaklah kita mendengar-Nya dengan merenungkan dalam hati dengan kesadaran bahwa: Firman-Mu pelita bagi kakiku, terang bagi jalanku...   

Semoga kesediaan kita menerima dan melaksanakan Firman Tuhan, hidup kita makin memancarkan rahmat Allah bagi sesama sehingga melalui kesaksian hidup demikian, kita mendayagunakan Firman Tuhan sehingga berguna bagi orang lain. Dengan demikian Firman Tuhan tidak sia-sia bagi kita karena kita menerima dan menumbuhkembangkannya dalam hidup kita sehingga berbuah serta berdayaguna bagi orang lain.
Tuhan memberkati kita sekalian.

DOA PENEGUHAN :
Bantulah kami semua pengikut-pengikutMu agar kami pun seperti Dikau berani menanggung segala tantangan dan kesulitan hidup yang kami alami dengan keyakinan iman skan pertolonganMu. Teguhkan kami menghidupi SabdaMu sehingga hidup kami berdayaguna juga bagi orang lain. Amin.

Dr Yudy
(berkarya di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta).

Published in Renungan
Tuesday, 29 May 2018 23:48

Hidup Menurut Rancangan Kehendak Tuhan

Bersamaan dengan perayaan Waisak hari ini, saya mengajak kita sekalian merenungkan pesan Injil hari ini tentang jawaban bijak Yesus atas pertanyaan Petrus mengenai jaminan hidup bagi mereka sebagai pengikutNya. Membaca Injil ini dari kacamata seorang yang sudah tahu konsekuensi mengikuti Tuhan, kita akan spontan mengatakan bahwa permintaan Petrus itu sangat tidak sopan (impolite request). Namun bila membaca kisah itu dari perspektif impian seorang manusia yang berjuang mencari jaminan hidup atas dirinya, kita akan memahami bahwa permintaan Petrus itu layak diungkapkan.Mereka telah meninggalkan segala-segalanya yang telah mereka miliki dan mengikuti Tuhan yang akan memberi jaminan lebih baik dari apa yang mereka telah dapatkan sebelumnya. Namun Petrus belum melihat jaminan hal-hal lebih itu secara kasat mata.

Bisa dipahami bahwa sebagai seorang yang mau tahu hasil dari upayanya, dia pasti mau mencari tahu apa hasilnya, faedahnya, jaminan dari apa yang sedang dia perjuangkan. Ini suatu impian tak terucap dalam kata tapi ada dalam hati setiap pejuang hidup dan pekarya. Tidak mengherankan di saat impiannya itu masih penuh tanda bahkan sudah mulai menimbulkan ketidakpastian, keraguan dan kekaburan maka dia akan mempertanyakan hal itu sehingga dia mendapat kepastian. Dan siapa saja akan ingin mengetahui hal ini sehingga usaha dan perjuangannya tidak sia-sia.

Seorang gadis cantik dan kaya rela meninggalkan orang tua dan segala yang ada di rumah dan berani berkeluarga dengan pria pujaan dan pilihannya karena dia yakin dan menaruh harapan besar bahwa pria pilihannya itu sanggup memberi jaminan bagi hidupnya. Bila dalam perjalanan waktu dambaan yang sudah seharusnya terwujud tetapi juga belum terwujud maka wajar kalau dia pertanyakan atau menuntut jaminan. Atau seorang karyawan yang telah megnorbankan waktunya dan mengerahkan kemampuan terbaik untuk perusahaannya tentu akan menuntut bila perhatiaan dan jaminan perusahaan begitu-begitu saja padanya bahkan tak sebanding dengan apa yang dia berikan untuk perusahaannya.

Inilah impian-impian manusiawi yang ada dalam diri manusia dan kadang tanpa sadar diterapkan juga dalam jalan mengikuti Tuhan. Kadang impian manusia duniawi ini mendorong kita menuntut jaminan seperti yang terjadi dalam proses kehidupan di dunia fana material. Namun di sini Tuhan menuntun kita menyadari bahwa penjamin hidup kita adalah Tuhan sendiri yang seturut hakikat diriNya sebagai Allah yang Maha Pengasih dan Penyayang. Dia menjamin kehidupan anak-anakNya bukan hanya dengan ukuran mereka tapi dengan ukuran cintaNya yang tak terbatas bahkan melampui ukuran manusia. Yang dibutuhkan di sini adalah kemampuan melihat bagaimana Tuhan merealisasikan jaminan cinta dan kebahagiaanNya dalam hidup. Karena itu sangat penting untuk mengetahui cara Tuhan mencintai dan memperhatikan kita dalam keseharian hidup kita.

Kegagalan menangkap perwujudan karya cinta Tuhan dalam hidup akan membuat kita mempertanyakan jaminan, imbalan, atau garansi hidup dari Tuhan. Inilah yang terjadi dalam diri Petrus. Karena itu tidak heran dia mempertanyakan jaminan hidup dari Tuhan baginya karena dia telah meninggalkan segala-galanya untuk mengikuti Tuhan. Hal ini terjadi dalam diriFilipus juga yang sudah mengikuti Tuhan bertahun-tahun tapi masih mempertanyakan kehadiran Tuhan dalam hidupnya hanya karena kelalaiannya menyadari kehadiran Tuhan di dalam pengalaman-pengalman hidupnya.

Mungkin hal ini juga kadang merupakan pengalaman kita. Maka yang diperlukan di sini adalah kesadaran (consciousness) akan melihat dengan mata iman bagaimana Allah mewujudkan cinta dan perhatian serta jaminan-jaminan yang telah, sedang dan akan terus dilakukannya dalam hidup kita karena Dia tidak mungkin mengibuli kita seperti yang dilakukan manusia kepada sesamanya. Menemukan perwujudan cinta Tuhan mulai dari hal-hal kecil dan sederhana akan memampukan kita melihat karya-karya akbar Tuhan dalam hidup kita, dan kita makin ‘ditarik’ menyelami misteri agung kasihNya dalam hidup kita.

Kesetiaan hidup menurut kacamata Tuhan dan upaya mencari dan terus mencari hal-hal yang sejati dengan sendirinya menuntun kita menemukan karya kasih agung Tuhan dalam hidup kita. Selain itu kita makin diarahkan menyadari dan membedakan hal-hal mana yang sifatnya fana-duniawi-sementara dan mana yang sejati.Kalau kita rendah hati dan terbuka untuk belajar dari jalan-jalan kebenaran di agama lain, kita bisa belajar dari Budha yang pestanya dirayakan hari ini oleh para pengikutnya. Dalam upaya mencari kebenaran tertinggi dan kesejatian hidup, Buddha juga menghadapi situasi keraguan, kegelapan, kebingungan, dan godaan. Namun dia tidak membiarkan dirinya tenggelaman dalam jaminan hal-hal fana dan sementara. Dia juga tidak menyerah dalam upaya mencari KESEJATIAN yang sesungguhnya. Dia tidak menyerah pada tantangan dan godaan serta kesanggsian. Kemampuan mendengarkan suara tuntunan Ilahi melalui berbagai macam cara akan membantu kita mengarahkan fokus kita pada tujuan yang sebenarnya harus dicari.

Hal ini dialami juga oleh Siddhārtha Gautamadalam proses pencarian kebenaran sejati hingga menjadi Buddha Gautama. Diceritakan bahwa Pada suatu hari pertapa Gautama dalam pertapaannya mendengar seorang tua sedang menasihati anaknya di atas perahu yang melintasi sungai Nairanjana dengan mengatakan:“Bila senar kecapi ini dikencangkan, suaranya akan semakin tinggi. Kalau terlalu dikencangkan, putuslah senar kecapi ini, dan lenyaplah suara kecapi itu. Bila senar kecapi ini dikendorkan, suaranya akan semakin merendah. Kalau terlalu dikendorkan, maka lenyaplah suara kecapi itu.”Nasihat tersebut sangat berarti bagi pertapa Gautama yang akhirnya memutuskan untuk menghentikan tapanya lalu pergi ke sungai untuk mandi. Badannya yang telah tinggal tulang hampir tidak sanggup untuk menopang tubuh pertapa Gautama. Seorang wanita bernama Sujata memberi pertapa Gautama semangkuk susu. Badannya dirasakannya sangat lemah dan maut hampir saja merenggut jiwanya, namun dengan kemauan yang keras membaja, pertapa Gautama melanjutkan samadhinya di bawah pohon bodhi (Asattha) di Hutan Gaya, sambil ber-prasetya, "Meskipun darahku mengering, dagingku membusuk, tulang belulang jatuh berserakan, tetapi aku tidak akan meninggalkan tempat ini sampai aku mencapai Pencerahan Sempurna."Perasaan bimbang dan ragu melanda diri pertapa Gautama, hampir saja Dia putus asa menghadapi godaan Mara, dewa penggoda yang dahsyat. Dengan kemauan yang keras membaja dan dengan keyakinan yang teguh kukuh, akhirnya godaan Mara dapat dilawan dan ditaklukkannya. Hal ini terjadi ketika bintang pagi memperlihatkan dirinya di ufuk timur.Pertapa Gautama telah mencapai Pencerahan Sempurna dan menjadi Samyaksam-Buddha (Samma sam-Buddha), tepat pada saat bulan Purnama Siddhi di bulan Waisak ketika ia berusia 35 tahun (suber dari wikipedia).

Kisah ini bisa menjadi peneguh bagi kita dalam proses pencarian kita dan juga dalam upaya melepaskan diri dari segala jaminan duniawi dan beralih ke pencarian hal-hal yang sejati. Sebagai pengikut-pengikut Kristus khususnya kaum religius, dan biarawan-biarawati, kadang pengalaman rasul Petrus adalah pengalaman kita juga yang mungkin dalam hati kecil menuntut Tuhan"Kami telah meninggalkan segalanya dan mengikuti Engkau". Adalah benar bahwa sebagai orang beriman, sebagai orang terpanggil, kita telah meninggalkan segalanya bahkan telah mengorbankan semuanya dan mengikuti Tuhan. Tetapi bagi semua orang yang mengabdi Tuhan, tidaklah pantas dan tidak punya hak untuk berhitung-hitung mengenai kesuksesan, keberhasilan yang diraih. Orang beriman tidak patut mengaudit keuntungan dan kerugiannya, tidak boleh menilai upah atau pahalanya di hadapan Tuhan. Semakin dia melakukan hal itu justru semakin menunjukkan bahwa dia belum melihat karya cinta Tuhan dalam hidupnya yang terlampau banyak seturut sifat Allah yang penuh cinta.

Dan bila sikap itu dibiarkan(faktor mempertanyakan jaminan Tuhan)akan bisa merambah ke hal lain di mana kita bisa menjadikan panggilan sebagai suatu sarana mencari kenyamanan hidup ala dunia yang biasanya terangkai dengan impian terselubung mencari posisi, popularitas dan prestise. Benar bahwa menurut ukuran manusiawi, jika kita diukur dari segi ukuran dunia, panggilan hidup kita boleh dibilang sebuah prestasi, suatu hasil perjuangan berat yang bisa menyokong prestise dan menambah rasa bangga diri atau keluarga.Mungkin ada juga kebanggaan tersendiri dalam hati setiap kita karenatelah mengikuti panggilan Tuhan dan telah berbuat sesuatu sebagai perwujudan jawaban kita pada panggilan Tuhan.

Namun kalau arah kita ke sana maka hal ini justru akan menjadi batu sandungan bagi diri kita sendiri ketika berhadapan tuntutan Tuhan yang kadang berbeda dengan keinginan manusiawi kita. Apalagi dalam menziarahi panggilan Tuhan ada juga sisi misteri yang tak terselami. Di sini akan muncul persoalan bagi diri kita bila ternyata perhitungan dan harapan tidak searah dengan rancangan Tuhan bagi kita. Sebaliknya kesediaan hidup menurut tuntunan dan rancangan Tuhan akan lebih memudahkan kita menghadapi situasi-situasi tersebut yang kita alami dalam hidup kita karena satu keyakinan dalam hati yang terdalam bahwa rancangan dan rencana Tuhan selalu terbaik dari standar yang kita gunakan.

Mari kita semua berupaya mempersembahkan seluruh panggilan hidup kita kepada Tuhan sumber dan tujuan panggilan kita dengan pengorbanan dan pengabdian yg tulus, dalam iman, harap dan kasih yang bersahaja. Kita telah meninggalkan semuanya bukan karena hal-hal itu hina dan tak bernilai, tetapi karena kita percaya jalan dan racangan Tuhan jauh lebih bernilai, lebih luhur dan lebih muliakarena Dia sendiri adalah sumber hidup dan berkat bagi manusia. Dia bahkan memberikan jaminan bukan hanya kesejahteraan dan kebahagiaan hidup di duniatapi juga kebadiaan hidup di akhirat nanti. Tuhan Yesus memberkati kita semua.

DOA PENEGUHAN :
Tuntunlah kami Ya Tuhan dalam perjuangan kami mengikuti Dikau agar kami mampu melihat karya cintaMu dalam hidup kami sehingga kami makin diyakinkan akan cinta dan perhatianMu yang tak terbatas dalam hidup kami. Bantulah kami juga agar senantiasa mengikuti jalan, rancangan dan kehendakMu dalam keseharian hidup kami sehingga KerajaanMu terwujud juga dalam hidup kami. NamaMu kami puji kini dan sepanjang masa kami. Amin.

 

Oleh Sr. Maria Yosefina Hoar Nahak, RVM
(berkarya di Komunitas RVM Settimo Torinese di Torino Italia)

Published in Renungan
Monday, 28 May 2018 10:14

Kebahagiaan Abadi Datang dari Tuhan

Saudara-saudari terkasih dalam Kristus Tuhan, damai bagimu sekalian! Saya mengajak kita sekalian meluangkan waktu sejenak merenungkan pesan Injil hari ini karena pesannya masih tetap aktual untuk kita. Saya mau mulai dengan pertanyaan berikut: Di manakah sumber kebahagiaan hidup?

Saat ini, kita hidup di zaman yang bisa spontan menjawab pertanyaan tadi: kita cukup melihat iklan-iklan yang ditayang di televisi atau media-media sosial. Instrument-instrumen komunikasi ini memberi solusi untuk memperoleh kebahagiaan hidup: awet muda, bentuk tubuh yang bagus, cool, wajah menawan, berkeliling dunia, hidup di kota besar, memperoleh banyak “like” di Facebook, banyak uang dan masih banyak hal duniawi yang lain.

Bacaan-bacaan hari ini memberi kita jawaban dari mana sumber kebahagiaan hidup. Bacaan injil hari ini mengisahkan pertemuan Yesus dengan seorang kaya. Markus dalam menulis kisah ini tidak menyebut nama dari orang kaya ini, sang anonim ini bisa kita identifikasikan dengan diri kita masing-masing. Atas pertanyaan penuh iman dari orang kaya ini tentang apa yang harus ia perbuat untuk memperoleh hidup yang bahagia dan kekal, Yesus memberi “daftar” perintah Allah, “daftar” sikap atau cara hidup yang harus dilakukan. Orang kaya ini menjawab bahwa semuanya sudah ia lakukan sejak masa mudanya. Tentunya suatu kebajikan hidup yang luar biasa dan membuat dia bahagia karena dia mampu mematuhi aturan-aturan itu secara baik. Karena dia dalam nada bangga (worldly proud) menyatakan hal itu kepada Yesus bahwa yang terkesan mau mengukapkan secara tak langsung bahwa dirinya sudah menggapai kebahagiaan.

Namun Yesus, yang mengenal hati dan pikiran semua orang, menghantar orang kaya ini untuk menemukan suatu bentuk kebahagiaan yang lebih dalam dari apa yang sudah digapainya. Injil menyebutkan bahwa Yesus menghantar dia menemukan bentuk kebahagiaan itu dengan cara “memandang dia dan menaruh kasih kepadanya” (Mrk 10:21). Dengan “memandang” Yesus ingin berkomunikasi lebih dalam –inner contact- dengan orang (anonim) ini. Yesus ingin agar ia “merasa dilihat”, “merasa diterima”, “merasa dikenal” oleh Yesus. Dengan cara ini Yesus mau menghantar dia menyadari bahwa mencari dan menemukan kebahagiaan bukan saja melalui penghayatan akan perintah Allah sifatnya mekanistis-formalistis, tetapi terutama melalui pengalaman kasih bersama Tuhan yang ‘ditangkap’ dengan bathin dan jiwa. Yesus mau tunjukkan bahwa Perintah Allah merupakan sarana untuk mewujudnyatakan kasih Tuhan yang berbela rasa dengan manusia maka penghayatan konkret perintah Allah mestinya sampai pada tahap berbela rasa kepada sesama. Karena dengan bela rasa yang tumbuh dalam diri akan mendorong orang untuk mewujudkan belaskasih Allah kepada sesama melalui tindakan belas kasihnya.

Rupanya pandangan Yesus tanpa kata kepada orang kaya ini penuh ‘touch’ pada sisi jiwanya menghantar si anonim ini untuk menyadari bahwa ada suatu bentuk kebahagiaan yang lebih tinggi dan mulia dari apa yang sudah dia gapai. Di saat dia merasa bahwa ada sesuatu yang masih kurang dan perlu diupayakan, Yesus memandangnya dengan penuh belas kasih sejati serta berkata terus terang kepadanya: “Hanya satu lagi kekuranganmu: pergilah, juallah apa yang kau miliki dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah ke mari dan ikutilah Aku.” (Mrk 10:21).

Sayang sekali, keterikatan si kaya anonim ini pada hartanya masih lebih kuat dari jenis kebahagiaan yang ditawarkan Yesus kepadanya. Hal ini tampak melalui reaksinya atas tawaran Yesus yang digambarkan oleh penginjil Markus di mana dia kecewa dan pergi dengan sedih karena dia memiliki banyak harta. Satu hal baik yang perlu kita renungkan juga yakni sikap Yesus pada si kaya anonim yang menolak tawaran kebahagiaanNya. Yesus tidak memaksa dia untuk harus mengikuti Dia. Yesus membiarkan dia memilih dengan penuh suka rela.

Sikap Yesus memberikan pesan tersendiri bagi kita bahwa Dia tidak mengecam kekayaan, tidak mengecam orang yang menawan rupanya, yang selalu berkeliling dunia, yang memiliki pakaian indah, mobil bagus, hp model terkini. Bukan ini yang Yesus dipermasalahkan. Yang Yesus inginkan adalah keberanian untuk tidak terikat dengan hal-hal yang dimiliki, untuk berani “melepas diri” dari hal-hal duniawi yang tampaknya dapat memberi jaminan akan kebahagiaan. Yesus ingin agar kita menaruh harapan, menaruh keyakinan kita padaNya seperti yang tertulis dalam surat rasul Petrus dalam bacaan pertama hari ini. Karena kemurahan hati Allah kita dilahirkan kembali “oleh kebangkitan Yesus Kristus dari antara orang mati, kepada suatu hidup yang penuh pengharapan, untuk menerima suatu bagian yang tidak dapat binasa, yang tidak dapat cemar dan yang tidak dapat layu, yang tersimpan di sorga bagi kamu” (1 Pt 1:3-4). Kebahagiaan kekal hanya pada Tuhan, hanya Dia yang mampu mengisi kekosongan hati kita. Meninggalkan semua yang membebani ziarah hidup menuju kebahagiaan sejati akan meringankan langkah kita untuk menjadi murid Yesus. Bersama Yesus kebahagiaan hidup kita akan menjadi sempurna, memiliki Dia sebagai Gembala hidup, kita tak akan kekurangan apapun (Mzm 23).

Setelah orang kaya itu pergi dengan sedih, Yesus memandang murid-muridNya dan berkata bahwa betapa sulitnya orang yang ‘beruang’ masuk ke dalam Kerajaan Allah, betapa sukarnya masuk ke dalam Kerajaan Allah. Murid-murid pun bertanya jika demikian siapakah yang dapat diselamatkan? Atas kekhawatiran mereka Yesus sekali lagi memandang murid-muridNya dan berkata “bagi manusia hal itu tidak mungkin, tetapi bukan demikian bagi Allah. Sebab segala sesuatu adalah adalah mungkin bagi Allah” (Mrk 10:27). Keselamatan datang dari Tuhan, manusia tidak dapat memberi keselamatan. Tanpa Tuhan, kita tidak dapat memberi makna akan kehidupan ini, kita tidak dapat menemukan apa yang menghantar kita kepada kehidupan abadi, kebahagiaan kekal. Bersama Tuhan, semua yang tidak mungkin menjadi pasti, yang diperlukan adalah iman kepadaNya.

Doa:
“Yesus memandang dia dan menaruh kasih kepadanya”: biarkanlah hari ini kami mengalami kasihMu dan mampukanlah kami tuk dengan sukacita mengikutiMu sumber kebahagiaan sejati. Amin.

Oleh Sr. Maria Fransiska Manek, SFSC
(berkarya di Teano Provinsi Caserta-Italia Selatan)

Published in Renungan

Saudara-saudari Pencinta Sabda Tuhan yang terkasih.Berkenaan dengan Injil hari ini tentang kerinduan anak-anak bertemu Yesus, saya mau membagikan satu pengalaman sederhana yang saya alami ketika berada Kanada saat mengikuti kegiatan Indonesia-Canada Youth Exchange Program 2017. Di Kanada saya tinggal dirumah orangtua asuh yang tidak memiliki agama. Maka sudah pasti orang tua asuh saya ini tidak mau repot dengan urusan keagamaan dan hal-hal yang bernuasa religius. Tetapi sebaliknya dalam diri saya ada kerinduan yang besar untuk bertemu Tuhan apalagi di saat-saat seperti saya masih merasa terasing di negeri orang membuat kerinduan dekat Tuhan makin bergelora dalam jiwaku yang terdalam. 

Inilah suatu pengalaman kecil yang mengingatkan saya akan apa yang dikatakan Santu Agustinus mengenai kerinduan dekat Tuhan. Ya, suatu kesadaran dalam bathin manusia akan ketergantungan mutlak dirinya pada Tuhan sumber hidupnya. Mungkin inilah perasaan Ilahi yang senantiasa menumbuhkan kerinduan alamiah dalam diri setiap insan untuk mencari dan bertemu Tuhan, Sang Penjamin hidupnya. Kerinduan ini pula yang mendorong saya untuk mulai mencari di mana Gereja berada. Saya terus menerusmenyampaikan kerinduan saya ini kepada Tuhan dalam doa-doa saya memohon bantuanNya agar saya bisa ke Gereja. Saya pun terus mencari cara agar bisa mewujudkan impian dan rasa rindu saya ini. 

Mengingat orangtua asuh saya tidak gubris akan hal-hal yang berkaitan dengan urusan agama, maka saya pun tidak mau merepotkan dia dalam kaitan dengan niat saya ke Gereja. Saya mulai searching letak Gereja melalui internet dan saya temukan bahwa jarak antara tempat saya dan Gereja terdekat sekitar 45-60 menit dengan bus.Namun kendala saya waktu itu adalah soal jadwal bis di daerah itu pada hari Minggukarena rumah kami berada di daerah paling ujung di kota itu dan jadwal bus pada hari Minggu hanya tiga jam sekali T.T.  Saat itu barulah saya sadar mengapa orang tua asuh teman saya yang Kristen menawarkan saya untuk menginappada hari Sabtu malam di rumah mereka yang jaraknya dekat Gereja sehingga kami bisa ke Gereja pada hari Minggunya. Tapi niat untuk menginap di sana saya urungkan setelah mendapat informasi dari teman saya bahwa rumah mereka pun tak terluas luas maka saya tidak mau merepotkan mereka hanya karena kehadiran saya. Yang pasti kerinduan ke Gereja terus membara maka saya memutuskan untuk menumpang taxi meski biayanya lumayan besar untuk ukuran saya seorang pelajar di negeri orang waktu itu. Tapi saya percayabahwa kekuatan yang akansaya dapatkan dari pertemuan dengan Tuhan sudah pasti jauh melampui biaya yang saya perlu keluarkan untuk transportasi ke Gereja. Ada keyakinan dalam hati kecil juga bahwa selalu ada malaikat yang Tuhan tempatkan di pojok-pojok jalan untuk menolong orang yang berniat tulus dan mulia mencariTuhan. 

Dan hal itu ternyata terbukti kebenarannya sepanjang hari itu juga. Ajaibnya malaikat pertama yang saya temukan saat saya pertama kali ke Gereja justru melalui orang tua asuh sendiri yang tidak beragama. Saat itu saya mendengar bahwa orangtua asuh saya mau pergi ke luar kotaMinggu pagi itu. Walau hati kecil ragu meminta bantuan, sayaakhirnya memberanikan diri menanyakan kepada orangtua asuh saya apakah boleh saya menumpang mobilnya ke gereja. Puji Tuhan permintaan saya direstui tapi disertai satu pertanyaan hakiki menyangkut identitas diri saya: you are a believer right?  Saya menjawab Yes I AM. Kemudian dia berkata I AM NOT, Please pray for me.  Sebelum saya turun saya mengatakan kepadanya:Yes, I will pray for you. 

Sebelum masuk ke gereja saya berkenalan dengan seorang bapak separuh baya yang ternyata adalah mantan pilot. Inilah malaikat kedua yang saya temui hari itu karena dari orang ini dia mempetemukan saya dengan malaikat berikutnya berupa seorang ibu yang rumahnya dekat tempat tinggal saya. Ibu ini ternyata salah seorang Dewan Paroki dan beliau menawarkan diri untuk menjemput dan menghantar saya ke Gereja setiap hari Minggu selama saya berada di sana. Hari itu juga beliau mau mengantar saya kembali ke tempat saya namun karena saya sudah berjanji dengan teman saya untuk shoping di Superstore maka saya memilih untuk naik bus ke kota. Dan ini juga moment mengalami ‘another surprising’ Tuhan bagi saya di hari Surprising Sunday tersebut. Saya kembali berjumpa mantan pilot yang saya temui sebelum misa bersama istrinya. Mereka menawarkanagar saya bersama mereka ke tempat shoping yang saya karena mereka juga mau berbelanja di sana. Sebelum ke Super Store, kedua ‘malaikat penolong’ saya ini mengajak sarapan di restaurant. Ternyata restaurant itu adalah White Spot salah satu restaurant favorit yang dikunjungi banyak orang dan saya kami (saya dan teman-teman)berencana akan ke sana sebelum kembali ke Indonesia.What’s a blessing day.

Entah semuanya ini kebetulan dalam perspektif nalar manusia, namun ijinkan saya memaknai semuanya itu sebagai penyelenggaraan Ilahi.Saya sama sekali tidak menyangka Tuhan mempertemukan saya dengan malaikat-malaikatNya berupa orang-orang yang baik hati itu pada saya hari itu.Bermula dari kerinduan bertemu Tuhan dan niat tulus ke Gereja, ternyata Tuhan membuat banyak kejutan berkat di hari itu. Inilah alasan saya menyebut hari itu Surprising Sunday. 

Pengalaman-pengalaman kecil tersebut menghantar saya memahami Injil hari ini dari Markus 10:14 tentang keterbukaan hati Yesus menerima dan memberkati anak-anak yang rindubertemu dengan Dia. Kerinduan untuk bertemu Tuhan menumbuhkan perjuangan tersendiri untuk bertemu dengan Dia. Kadang bahkan sering ada saja halangan yang datang menghalang kita mewujudkan impian mulia itu.Pengalaman ini mengajar saya agar jangan menyerah pada tantangan dan halangan itu. Kobarkan terus kerinduan itu dan bawakan dalam doa niscaya Tuhan akan membuka jalan karena Tuhan tidak pernah tertidur. Dia melihat semuanya dan akan menyelenggarakan semuanya yang penting tetaplah percaya padaNya dan mengandalkan kuasa penyelenggaraanNya serta membuka mata melihat dan menemukan cara Tuhan berkarya dalam membantu kita mewujudkan keriduan Ilahi itu. 

Saya juga diteguhkan melalui pengalaman-pengalaman kecil ini untuk yakin bahwa doa punya kekuatan. Saya sangat setuju dengan kata-kata Santu Yakobus: doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya (Yakobus 5: 16b). Tuhan tidak pernah menutup telingaNya pada doa-doa kita.Mungkin kadang soal cepat atau tidaknya waktu doa kita dikabulkan. Namun ini juga menjadi kesempatan untuk menumbuhkan ketabahan dan kesabaran kita untuk disinkronisasikan dengan ritme rencana dan kehendak Tuhan bukan memaksakan keingingan manusiawi kita padaNya.

Saya cukup yakin saudara-saudari juga punya pengalaman yang sama malah sudah sering mengalami pengalaman-pengalaman iman demikian. Biarlah sharing pengalaman saya sederhana ini menginspirasi saudara-saudari sekalian untuk merenungkan penyelenggaraan Tuhan yang saudara-suadari alami dalam hidup. Saya percaya permenungan akan pengalaman-pengalaman iman tersebut makin menumbuhkan kekokohan iman kita pada Tuhan sekaligus menumbuhkan kerinduan kita untuk senantiasa mendekatkan diri pada Tuhan karena Dia lah sumber hidup sejati yang kita butuhkan dalam hidup kita.

DOA PENEGUHAN
Tuhan sumber hidup kami, semoga kami senantiasa terdorong oleh kerinduan alamiah yang Dikau tempatkan dalam jiwa kami anak-anakMu untuk senantiasa rindu dekat Dikau sehingga kami pun turut merasakan kasih dan kuasa penyelenggaraanMu dalam hidup kami. Dan semoga dengan mengalami semuanya itu kami makin percaya akan Dikau sumber hidup dan tumpuan harapan kami kini dan sepanjang segala masa. Amin.

Oleh: Gisella Anastasia Wenas
(peserta Indonesia Canada Youth Exchange Program 2017 dan sekarang sedang studi Ekonomi dan Bisnis di Universitas Pelita Harapan Medan - Sumatera Utara)

 

Published in Renungan

Manusia adalah makhluk tak sempurna yang memiliki kelemahan secara duniawi, mudah jatuh dalam godaan dan tantangan hidup. Kerapuhan dan kelabilan manusia inilah yang membuat kita rentan terhadap dosa dan kesalahan. Namun demikian, kita bisa melatih diri terus-menerus untuk berusaha menjadi lebih kuat dan lebih baik dalam menjalani kehidupan kita masing-masing. Hal-hal sederhana yang bisa melegakan kita menghadapi situasi tersebut adalah pengakuan akan kesalahan kita, pengakuan akan kelemahan kita yang mudah jatuh dalam dosa dan pencobaan, pengakuan akan kekurangan yang kita miliki sehingga kerapkali masuk dalam ritme kesalahan yang sama.

Namun mencermati kenyataan hidup dari waktu ke waktu, kita menemukan bahwa sikap kesediaan mengakui kesalahan apa adanya ternyata tidak mudah dilakukan oleh manusia. Malah ada tendensi yang lumayan dominan dalam diri manusia ketika berbuat salah untuk bersikap tegar hati seperti yang dilakukan oleh orang-orang Israel pada zaman Musa. Sikap tegar hati ini justru membuat manusia bukannya mencari akar persoalan dalam dirinya dan menyelesaikannya tetapi justru menunjuk orang lain dan mencari solusi yang kurang tepat sasar. Kebiasaan ini menciptakan rentetan kebiasaan buruk lain yakni setiap kali berbuat kesalahan, hal yang paling mudah untuk dilakukan adalah menghindar mengakui kelemahan dan cenderung mempersalahkan orang lain. Menghindar dari kenyataan bahwa kita berbuat salah. Menghindar dari kemungkinan dimarahi oleh orang lain. Menghindar demi menyelamatkan wibawa dan kehormatan diri kita. Hal ini akan makin parah situasinya bila hal tersebut sudah menjadi kebiasaan yang diterima begitu saja.

Kita bisa temukan hal ini dalam Injil hari ini di mana orang-orang Farisi mau membenarkan diri dari kesalahan mereka dan mau membenarkan kebiasaan keliru yang mereka hidupi di mana mereka memakai hukum dan kebiasaan untuk melegalkan kesalahan atau untuk menutup-nutupi kesalahan mereka. Maka Yesus, yang mengutamakan kemurnian hati manusia sebagai sumber pijak sikap manusia, menghantar mereka untuk melihat dengan jelas penyebabnya. Yesus dengan tegas dan lantang menyampaikan kepada mereka bahwa penyebabnya terletak pada persoalan ketegaran hati mereka yang sok suci dan sok benar padahal sebenarnya sikap hidup mereka justru terbalik hal tersebut.

Untuk itu Yesus mengajak mereka untuk bersikap realitis, apa adanya: kalau ya katakan ya, kalau tidak katakan tidak. Tujuan mulia dari Yesus ini sebenarnya mau menghindarkan mereka dari bahaya yang lebih besar yang harus mereka tanggung bila masih hidup dalam kebiasaan keliru demikian. Karena perbuatan apa saja pasti ada buahnya-efeknya mungkin hanya orang bisa menyangkal dalam kata tapi sebenarnya efek itu ada dalam bathin. Buktinya setiap kali berbuat kesalahan, tak pelak ada suatu perasaan negatif yang kita rasakan dalam diri kita, yang membuat situasi tidak nyaman dalam gerak langkah kita. Kita sadari bahwa ada sesuatu yang belum tuntas untuk kita selesaikan. Rasa gelisah akan mengikuti ke mana pun kita melangkah, terus membayangi dalam derap kaki kita. Karena itu St. Yakobus menasihati kita:  janganlah kamu bersungut-sungut dan saling mempersalahkan, supaya kamu jangan dihukum.

Dengan menghidupi sikap ya bila ya, tidak bila tidak yang diajarkan Yesus serta sikap kesedian memaafkan satu sama lain dengan iklas akan membantu kita lebih mudah menciptakan kembali persaudaraan dan persatuan serta membantu menyelesaikan rasa gelisah dalam bathin akibat situasi kacau yang kita alami. Pengakuan akan kesalahan akan membawa kelegaan bagi kita.
Dan Tuhan kita itu penuh belaskasih kepada siapa saja yang mau terbuka padaNya. Tuhan kita bukanlah Tuhan yang tidak mengerti akan kelemahan umat-Nya. Ia tahu dan mengerti akan kekurangan kita makhluk ciptaan-Nya. Seperti Bapa sayang akan anak-Nya, demikianlah Tuhan kita merangkul kita, walaupun tak terhitung betapa banyak kesalahan yang kita lakukan terhadap-Nya. Sebagaimana bapa yang menyambut pulang anak bungsunya yang telah menghambur-hamburkan hartanya, demikianlah Bapa akan tersenyum menyambut umat-Nya yang berdosa dan bersalah di hadapan-Nya. Ia akan berbisik lembut di telinga kita, "Aku mengasihimu anakku..."

Yang Tuhan inginkan dari kita hanyalah suatu kerendahan hati untuk mengakui semua kesalahan kita. Berlakulah jujur dalam setiap perkataan dan tingkah laku kita, niscaya Tuhan pun akan melihat semua niat baik kita. Katakan benar bila memang benar dan katakan salah bila memang salah. Tuhan akan menjadi hakim yang adil bagi kita, menghukum yang salah dan memuliakan yang benar. Maka, senantiasalah bersekutu dengan Tuhan, dengarkan bisikan lembut-Nya dalam hati dan telinga kita, agar semua yang kita lakukan menyenangkan hati-Nya. Ketika kita berakar kuat dalam Kristus, maka kehidupan kita akan dipelihara-Nya. Tuhan memang tidak pernah menjanjikan langit akan selalu biru, tapi Tuhan berjanji bahwa akan tersedia mahkota kemenangan bagi orang pilihan-Nya yang berhasil memenangkan pertandingan hingga garis akhir.

Maka marilah kita berusaha untuk selalu mendekat pada Tuhan, karena Ia rindu anak-anak-Nya bersekutu dengan-Nya, duduk di pangkuan-Nya dan bercengkerama dengan-Nya, tertawa dan menangis bersama-Nya, hingga akhir kita menutup mata...

Tuhan mengasihi kita semua...

DOA PENEGUHAN
Ya Tuhan yang penuh belaskasih. Semoga RohMu senantiasa memampukan kami agar senantiasa bersikap jujur dan apa adanya di hadapanMu dan sesama. Hindarkan kami dari sikap-sikap yang merenggangkan hubungan kami dengan Dikau dan sesama serta berusah hidup menurut tuntunan kehendakMu sehingga kami boleh senantiasa merasakan damai dan sukacita dalam kehidupan bersama dan sesama. NamaMu kami agungkan kini dan sepanjang segala masa. Amin

Oleh Dr. Yudy, SpF
(berkarya di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta)

Published in Renungan
Friday, 18 May 2018 21:02

Kasih Allah Sempurna Bagi Manusia

Sudara-saudari yang dikasihi Tuhan. Allah adalah kasih dan kasih itu Allah. Allah mengasihi dan mencintai Manusia tanpa batas. Karena Kesungguhan-NYA Mengasihi Manusia maka ia menungutus Yesus Putea-NYA ke dunia ini untuk menunjukan kasih-NYA. 

Injil hari ini (Yoh. 21: 20-15) mengisahkan tentang pernyataan sikap bathin Yesus kepada Yohanes,  murid terkasihNya lambang semua pengkutNya. Dengan demikian kasih Yesus kepada Yohanes adalah kasiNya untuk kita semua. 

Penegasan Yesus mengenai hakNya untuk menentukan hidup atau tidaknya murid-murid yang dikasihiNya menunjukkan bahwa Allah punya jalan tersendiri dalam mencintai kita yang kadang berbeda dengan cara berpikir kita. Dengan demikian kita disadarkan bahwa Tuhanlah yang berkuasa  atas mati dan hidup kita di dunia ini. Dia pula lah yang menjadi penjamin hidup kita baik di dunia ini maupun di akhirat nanti.

Keagungan kasih dan perlindungan Tuhan ini hendaknya menjadi peneguhan bagi kita yang seringkali diliputi rasa takut dan cemas dalam hidup agar senantiasa berharap pada perlindungan kasih Tuhan. 

Kita juga diteguhkan untuk tetap gentar menghadapi kejadian-kejadian meresahkan yang terjadi di negeri kita akhir-akhir ini. Kita diajak untuk tetap percaya bahwa Tuhan, yang telah menunjukkan keagungan kasih-NYA kepada kita dengan wafat dikayu salib, tidak akan meninggalkan kita dalam situasi apapun. 

SikapNya menghadapi penderitaanNya mengajarkan kepada kita untuk tidak membalas kejahatan dengan kejahatan tapi menggunakan kasih yang kita terima dari Tuhan untuk  mendoakan mereka supaya bertobat dan kembali pada jalan yang dikehendaki Tuhan. Dengan iman yang teguh kita percaya bahwa kasih Allah lebih dasyat dari segala yang jahat.

Ajakkan Tuhan kepada Petrus 'Tetapi Engkau, Ikutlah Aku' hendaknya menjadi ajakan bagi kita juga agar mengikuti jalan Tuhan dalam menghadapi berbagai peristiwa hidup yang kita hadapi. 

Kita pun hendaknya selalu menyadari diri bahwa kita telah menerima kasih Tuhan secara cuma cuma dari Tuhan maka kitapun akan membagikan kasih itu pula secara cuma cuma. Seperti Yohanes kita jangan pernah mundur untuk memberi kesaksian tentang Kasih Allah kepada dunia. Tuhan selalu menyertai kita sekarang dan selamanya.

 

DOA PENEGUHAN.
Tuhan Sumber kasih sejati. Teguhkanlah kami selalu dengan keagungan kasihMu sehingga kami pun mampu meneladani cinta kasih dalam sikap hidup kami setiap hari.

Oleh Sr. Maria Yosefina Hoar Nahak, RVM. 
(Berkarya di Komunitas RVM Settimo Torinese di Torino Italia)

 

Published in Renungan
Wednesday, 16 May 2018 18:22

Sahabat dan Pemberian-Nya Kepada Kita

Saudara-saudariku yang terkasih. Saya mengajak kita sekalian merenungkan satu pesan sosio-spiritual dari bacaan hari ini yakni pengalaman Paulus yang mendapat peneguhan iman dari Tuhan ketika menghadapi saat-saat sulit dalam hidupdan karya pewartaannya. Saat itu Rasul Paulus sebagai manusia biasa tentu mengalami kekalutan akibat tantangan-tantangan iman yang sedang dihadapinya. Di saat-saat itulah Tuhan hadir dan meneguhkan dia: "Kuatkanlah hatimu, sebab sebagaimana engkau dengan berani telah bersaksi tentang Aku di Yerusalem, demikian jugalah hendaknya engkau pergi bersaksi di Roma."  (Kis 23:11)

Kata-kata Tuhan ini diingat baik karena itulah pengalaman Paulus merasakan Tuhan sebagai sahabat yang datang saat-saat dia alami kesulitan.

Kisah iman ini mengajak kita untuk menjadi alat Tuhan membawa peneguhan bagi sahabat-sahabat kita yang sedang mengalami kekelaman dalam hidup mereka. Kita juga disadarkan untuk merenungkan hidup kita sendiri. Mungkin ada moment-moment kita merasakan  kehadiran dan peneguhan dari sahabat-kenalan kita. 

Pengalaman-pengalaman itu menyadarkan kita akan peran sabahat dalam hidup kita khususnya di saat sulit. Para sahabat yang diberikan Tuhan untuk kita tidak akan pernah sama. Masing-masing mempunyai keistimewaan tersendiri bagi kita.

Kalau kita mengharapkan seorang sahabat punya segala sesuatu yang kita perlukan maka akan sulit kita temukan dan kita mudah kecewa serta tidak pernah benar-benar berterima kasih apalagi bersyukur atas apa yang dia berikan kepada kita.

Para sahabat yg kita miliki bagaikan batu permata yg berkilauan dan berwarna warni. Ada yang merah, hijau, biru, kuning, ungu,..... dll.

Begitu pula sahabat yg satu dengan yang lain mempunyai warna dan corak berlainan. Mungkin ada yang memberi perhatian, yg lain meneguhkan, ada yang memberikan sapaan setiap pagi dan  malam...,ada yg memberikan info, guyonan yang menyegarkan pikiran kita dan menambah semangat kita, ada yang memberi kebaikan dan pertolongan ..., ada yg menginspirasi kita, ada yang menghibur bila kita sakit..., ada pula yang tidak pernah komen namun tinggal diam dalam doanya utk kita semuanya... , ada pula yang mengingatkan dan menguatkan kita dgn Firman Allah...., ada pula ..... , ada pula...., banyak lagi yg tdk terungkapkan dengan kata kata namun mereka ada dan berperan dalam hidup kita.

Mereka semua mau berbagi kekayaan pribadi walaupun terbatas demi melengkapi lukisan mosaik keindahan pribadi kita masing-masing. Kalau kita memandangi dari dekat maka kita akan makin mengagumi warna warni keindahan masing-masing.

Jika  kita memandangnya secara keseluruhan dengan pandangan cakrawala yang lebih luas maka terlihatlah bahwa masing-masing batu membentuk lukisan mosaik yang indah dalam hati kita yang memancarkan sinar Cahaya Kemuliaan Kasih Allah. Itulah simbolisasi indahnya hidup berkomunitas.

Andil yang kita perankan dalam kebersamaan ibarat olesan-olesan tinta warna-warni yang turut memperindah lukisan nan indah. Dan hanya dalam kebersamaan kita bisa melihat dan dilihat sebagai lukisan mosaik indah yang menampilkan keindahan dan  kehadiran Kasih Allah.

Komunitas demikian akan makin indah bila ada kerendahan hati dan keterbukaan serta kesedian setiap anggota untuk berkolaborasi dengan karya keagungan kasih Allah sehingga komunitas makin mengalami damai sejahtera dalam KasihNya.

Mari kita saling meneguhkan dan memperkaya dalam kebersamaan kita berlandaskan persahabatan dan persaudaraan sejati sebagai anak-anak Allah yang selalu menghendaki kita bersatu dalam kuasa perlindungan kasihNya.

DOA PENEGUHAN
Tuhan Yesus sahabat dan sumber kasih sejati, teguhkanlah kami semua agar menjalin persahabatan sejati dengan semua orang dan terus memperjuangkan persatuan dan persaudaraan sejati sehingga kebersamaan kami makin menampakkan suatu comunio nan harmonis tempat kasihMu sendiri menjiwai kami semua sehingga namaMu dimuliakan kini dan sepanjang masa. Amin.

Oleh: Bapak Alex Surjadi Hoetomo
(Pembimbing meditasi Sadhana di Paroki Bonaventura Kayu Putih Jakarta Timur dan Santa Theresia Menteng Jakarta Pusat)

Published in Renungan

Saudara/i yang dikasihi Tuhan di mana saja berada. Yesus  mengutus para murid dan kita semua untuk melanjutkan karya yang telah dimulai-Nya.  Karya itu tidak lain adalah warta tentang Kerajaan Allah. Karya pewartaan itu akan selalu berdaya guna jika dilakukan dengan dan dalam Tuhan. Karya itu akan berdaya guna jika semakin banyak orang yang mengambil bagian di dalamnya.

Nasihat Santo Paulus bagi jemaat di Efesus merupakan nasihat untuk kita semua agar dalam seluruh karya dan keberadaan, hendaknya kita semua saling mendukung satu sama lain. Rasul Pauluspun menghendaki agar kita  selalu  berusaha “memelihara kesatuan Roh oleh ikatan damai sejahtera.” Kesatuan itu telah ada karena umat percaya diikat bersama oleh satu tubuh, satu Roh, satu pengharapan, satu Tuhan, satu iman, satu baptisan, dan satu Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus.

Kita hendaknya sadar bahwa kita yang berasal dari Bapa pada saat ini masih berada  dalam dunia. Dunia yang kita tinggal dan diami  sekarang ini sedang dalam krisis  kesatuan. Selain ada banyak perang dan kekerasan di berbagai tempat di dunia, kekerasan dan bentrokan juga terjadi di negara kita, bahkan mungkin di lingkungan kerja, atau keluarga kita sendiri dan di komunitas kita. 

Di tengah situasi demikian kita diajak untu sungguh-sungguh menunjukkan jati diri kita sebagai orang-orang kepunyaan Allah dengan cara hidup sesuai dengan kehendakk Allah  yakni membawa kasih bagi sesama yang menderita, membawa pengampunan bagi yang menyakitkan sesama, membawa harapan bagi sesama yang putus asa, membawa damai kepada mereka yang berselisih dan penghiburan bagi mereka yang berduka. 

Di tengah situasi demikian kita hendaknya menjadi jembatan bagi terciptanya  sebuah dialog kasih dan kemanusiaan. Dengan demikian kehadiran kita di tengah dunia ini merupakan kehadiran Tuhan yang kelihatan. Mari kita perjuangkan bersama.

Doa Peneguhan :
Allah yang kekal dan kuasa, Engkau telah menghimpun kami dalam nama-Mu dan menjaga semua yang telah Kau himpunkan. Pandanglah dengan murah hati semua pengikut Yesus Putera-Mu. Semoga tak ada satupun dari antara kami yang hilang. Panggilah saudara/i kkami yang telah menjauhkan diri dari Putera-Mu, kuatkanlah mereka yang dianaya dan dikejar-kejar karena mempertahankan iman akan Yesus Putera-Mu dan satukanlah kami  dalam ikatan kasih sebagai putera dan puter-Mu yang Engkau kasihi kini dan sepanjang masa. Amin

Oleh Sr. Albina, SSpS
(tinggal Komunitas SSpS Beata Yosefa Pangkalan Banteng Kalimantan Tengah dan terlibat aktif dalam karya-karya pelayanan pastoral di wilayah Pangkalan Banteng)

 

Published in Renungan
Page 3 of 6

Kegiatan Terbaru

...sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa (Yohan...

25 October 2023
...sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa (Yohanes 15:5)

Bagaimana menyelaraskan nilai-nilai iman sejati dengan kecanggihan art...

PERAN SABDA DALAM GEREJA MISIONER

19 October 2022
PERAN SABDA DALAM GEREJA MISIONER

Pada hari Sabtu, 15 Oktober 2022 yang lalu, Komunitas Verbum Domini (K...

BILBE ZOOM IV PUSPITA SUMUR YAKUB BERSAMA KARDINAL SUHARYO

18 October 2022
BILBE ZOOM IV PUSPITA SUMUR YAKUB BERSAMA KARDINAL SUHARYO

Bible Zoom-Youtube Live-Streaming diadakan lagi oleh Tim Pengurus Pusa...

BILBE ZOOM III PUSPITA SUMUR YAKUB BERSAMA MGR. DR. SILVESTE...

16 October 2022
BILBE ZOOM III PUSPITA SUMUR YAKUB BERSAMA MGR. DR. SILVESTER SAN

Tim Pengurus Pusat Spiritualitas (Puspita) Sumur Yakub SVD-SSpS Indone...

BILBE ZOOM II PUSPITA SUMUR YAKUB BERSAMA P. LUKAS JUA, SVD

14 October 2022
BILBE ZOOM II PUSPITA SUMUR YAKUB BERSAMA P. LUKAS JUA, SVD

Tim Pengurus Pusat Spiritualitas (Puspita) Sumur Yakub SVD-SSpS Indone...

Tentang Kami

Nama yang dipilih untuk sentrum ini adalah “Pusat Spiritualitas Sumur Yakub” yang mempunyai misi khusus yaitu untuk melayani, bukan hanya anggota tarekat-tarekat yang didirikan Santu Arnoldus Janssen saja tetapi untuk semua... selebihnya

Berita Terbaru

©2025 Sumur Yakub - Pusat Spiritualitas. All Rights Reserved.

Search