Displaying items by tag: renungan harian

Friday, 20 December 2019 21:30

BERBAGI SUKACITA DENGAN PENUH SUKACITA

Kid 2:8-14, Mzm 33, Lukas 1:39-43E

Sahabat-sahabat Tuhan Ytk!

Salam jumpa lagi di akhir pekan ke-4 di Bulan Desember 2019. Mengikuti pesan bacaan-bacaan suci di hari-hari menjelang Perayaan Kelahiran Yesus Kristus termasuk bacaan-bacaan suci hari ini, saya teringat akan sebuah kisah nyata yang terjadi beberapa bulan lalu. Kisah tersebut ditampilkan di sini karena hikmahnya bisa membahasakan pesan bacaan-bacaan suci tentang efek sukacita dalam hidup kita.

Kisah nyata tersebut sempat divideokan dan diposting di Youtube pada akhir bulan September lalu. Video ini dalam sekejap berhasil menarik satu juta penonton lebih. Para Youtuber tentu mengakui bahwa pencapaian angka satu juta penonton dalam waktu singkat merupakan suatu pencapaian yang cukup fantastis. Apa yang membuat video kisah nyata ini meraup penonton begitu banyak dalam waktu singkat. Menonton video singkat berdurasi 3.16 menit kita akan tahu alasan mengapa video singkat ini bisa menarik jutaan hati dalam sekejap.

Video berjudul DAUGTHER DELIVER TWO SURPRISES IN ONE VISIT berisi seorang putri yang tinggal di Perth Australia dan ingin membuat kejutan pada Bapaknya di New Jersey, Amerika pada hari perayaan pensiun ayahnya. Si putri menyampaikan rencana kejutannya itu kepada ibunya dan saudara untuk membantunya mengatur ‘hadiah kejutan’ tersebut. Skenario hadiah kejutan itu diatur baik oleh ibu dan saudaranya sehingga berjalan lancar. Ayahnya sangat kaget dengan kehadiran tiba-tiba putrinya di saat acara syukuran pensiun sedang berlangsung.

Seperti judulnya, si Putri ternyata masih punya kejutan lain. Kejutan kedua ini tak diketahui seorangpun termasuk ibu dan saudaranya kecuali dia dan Mark, suaminya. Kejutan kedua ini dibahasakan dalam satu kotak yang diberikan kepada kedua orang tuanya. Saat memberikan kotak itu, dia menjelaskan bahwa Mark dan dirinya telah memutuskan untuk memberikan hadiah istimewa tersebut bagi Ayahnya yang baru saja pensiun dan juga untuk Ibunya, pendamping setia ayahnya. Dengan polesan kata-kata dan expresi wajah saat menyampaikan isi hadiah itu, si putri berhasil menciptakan tanda tanya besar dalam benak dan hati kedua orang tuanya apa isi hadiah kejutan tersebut.

Kata-katanya memberi kesan kepada orang tuanya bahwa hadiah kejutan itu sepertinya berisi tiket VIP untuk kedua orang tuanya berlibur ke suatu tempat terkenal di dunia. Namun sesungguhnya hadiah kejutan itu sebenarnya lebih dari tiket VIP liburan sesaat itu. Dengan penuh rasa ingin tahu, kedua orang tua itu membuka kotak kejutan itu penuh hati-hati. Ketika membuka dan membaca tulisan di kotak hadiah kejutan itu, mereka kaget dan spontan bangun memeluk putri mereka itu penuh rasa haru bercampur kegembiraan.  Ternyata isi kejutan kedua ini yakni berita gembira dari si Putri itu kepada keluarga khususnya kedua orangnya bahwa dirinya sedang mengandung cucu pertama kedua orang tuanya. Saat mengetahui hal itu, kedua orang tuanya spontan berdiri memeluk purti mereka itu penuh kegembiaraan dan sukacita.

Saudara-saudara sekalian,

Kisah sukacita semirip disampaikan kepada kita melalui Injil hari ini. Santa Elisabeth bisa bergembira atas kunjungan kejutan Santa Maria, Bunda Allah. Kunjungan kejutan ini membuat hati Elisabet sangat bersukacita bahkan anak dalam kandungannya pun ikut melonjak kegirangan. Suatu gambaran sukacita luar biasa ketika mengalami moment-moment seperti itu. Kisah-kisah biblis ini ditampilkan Gereja bagi kita di hari-hari menjelang kelahiran Yesus, Sang Juru Selamat kita.

Semoga kisah-kisah mengesankan ini mengajak kita mempersiapkan hati kita menyongsong kedatangan Tuhan kita yang bukan hanya datang mengunjungi kita sesaat saja tetapi mau tinggal bersama kita sepertinya namaNya EMANUELl: ALLAH BESERTA KITA. Kiranya kata-kata Pemazmur menjadi ungkapan hati kita: Bersorak-sorailah dalam Tuhan hai-hai orang-orang benar, nyanyilah bagi-Nya lagu baru. Jiwa kita menanti-nantikan Tuhan. Dialah penolong dan perisai kita. Karena Dia hati kita bersukacita, sebab kepada nama-Nya yang kudus kita percaya. (Mzr 33).

Sukacita menyonsong kedatangan Tuhan akan semakin bertambah bila kita meluangkan waktu merenungkan kunjungan-kunjungan Tuhan dan berkat-berkat kejutan yang telah dilakukan Tuhan dalam hidup kita khususnya sepanjang tahun ini. Kesadaran akan karya-karya Tuhan dalam hidup kita sekecil apapun akan semakin menambah keyakinan iman kita kepada peran penyelenggaraan Tuhan dalam hidup kita. Hal ini akan turut menciptakan nuansa keyakinan tersendiri dalam bathin kita akan siapa Tuhan bagi kita.

Keyakinan iman demikian akan membuat kita mengimani bahwa Tuhan selalu setia menyertai dan memberkati kita serta membahagiakan kita dengan berkat-berkat-Nya yang tak pernah berhenti dalam hidup kita. Dengan demikian kita akan selalui mengakui bahwa Allah adalah setia menjamin dan mengatur hidup kita begitu baik dalam alur kehendak dan kuasa penyelenggaraan Ilahi-Nya. Kesadaran demikian akan mendorong kita juga melakoni apa yang dilakukan si Putri dalam kisah tadi dan juga Bunda Maria di mana kita terdorong untuk membagikan sukacita kepada sesama agar mereka pun mengalami suka cita yang kita alami.

Luangkan waktu merenungkan karya-karya Tuhan dalam hidup khususnya tahun ini dan pikirkan satu dua bentuk cara anda mengungkapkan sukacita anda kepada sesama sebagai bentuk ungkapan hati mau berbagi sukacita setelah mengalami kasih perlindungan dan berktat Tuhandalam hidupmu. Si Putri dalam kisah itu memberi pesan kepada kita bahwa bahwa berbagi sukacita tak selamanya dalam bentuk barang material seperti Santa Claus dsb. Kehadiran yang menggembirakan dan kabar sukacita yang kita bagikan kepada sesama bisa menjadi suatu bentuk berbagi sukacita.

Tuhan memberkati.

P. John Masneno, SVD
(Sekretaris Eksekutif Pusat Spiritualitas Sumur Yakub)

Published in Renungan
Sunday, 15 December 2019 15:44

KITA JUGA DIAJAK YOHANES PEMBAPTIS

Saudara-saudari yang terkasih dalam Kristus,

Injil hari ini tentang Yohanes Pemandi, sang nabi terbesar yang selalu setia melaksanakan tugas panggilan hidupnya. Ia mengajak kita menuju pertobatan dan mewartakan kedatangan Sang Mesias. Ia dengan tegas menegur semua orang yang hidup dalam dosa.

Yohanes mengajak kita juga supaya berusaha agar hidup kita bisa  menghasilkan buah-buah pertobatan. Jangan berpikir bahwa karena kita adalah kaum Religius (Imam, Bruder, Frater, Suster) atau orang Katolik sehingga, pasti akan kita diselamatkan secara otomatis.

Keselamatan diperoleh bukan karena panggilan, bukan karena status tahbisan atau kaul kekal, tetapi karena kehidupan pribadi yang penuh belas kasih, adil dan benar dan bijaksana.

Yohanes Pemandi tetap ingin supaya muridnya mengenal Yesus, Sang Mesias. Oleh karena itu Yohanes mengutus murid-muridnya kepada Yesus. Yohanes ingin supaya murid-muridnya mendengar dan melihat langsung Yesus sendiri, siapa Dia sebenarnya.

Hal yang sama mestinya terjadi pada diri kita. Waktu Ekaristi adalah kesempatan emas kita semua datang kepada Yesus. Dalam Ekaristi Kudus, berkat Allah dibagikan secara sempurna. Sakramen ini adalah tanda kehadiran Allah yang dapat 'ditangkap' oleh kita.

Segala sesuatu yang ada pada Kristus dan segala sesuatu yang Dia lakukan dan derita untuk kita semua, mengambil bagian dalam Ekaristi. Dalam liturgi di persyaan ini, kita ikut mencicipi liturgi surgawi, yang dirayakan di kota suci Yerusalem Surgawi, tujuan peziarahan kita. Di sana Kristus duduk di sisi kanan Allah.

Gereja tahu bahwa dalam Ekaristi, Tuhan sekarang ini sudah datang dan berada di tengah kita. Ekaristi adalah jaminan yang palig aman dan tanda yang paling jelas bahwa Tuhan Yesus hidup untuk selama-lamanya.

Oleh karena Kristus telah pergi dari dunia ini kepada Bapa-Nya, maka dalam Ekaristi, Dia memberi kepada kita jaminan akan kemuliaan-Nya yang akan datang. Keitkutsertaan dalam kurban kudus membuat hati kita menyerupai hatiNya, menopang kekuatan kita dalam penziarahan hidup ini, membuat kita merindukan kehidupan abadi, serta menyatukan kita sekarang ini dengan Gereja surgawi, Perawan yang kudus, dan dengan semua orang kudus.

Tuhan, Engkau telah mengajari kami bagaimana menjadi utusanMu, melalui hidup dan karya Santo Yohanes Pemandi. Semoga kami rindu selalu bertemu Dikau dalam Ekaristi Kudus, dan dengan kekuatan Ekkaristi kami berani memperjuangkan keadilan dan kebenaran serta kekudusan dalam hidup kami sehingga kami turut memandanG Dikau di Yerusalem Surgawi.

Amin.

(Oleh:  P. Jozef (Korneliusz) Trzebuniak, SVD, Misionaris SVD asal Polandia yang sedang berkarya di Indonesia).

Published in Renungan
Wednesday, 21 August 2019 10:33

RASA SYUKUR MENGALAHKAN DENGKI DAN IRI

Rabu, 21 Agustus 2019
Pw. S. Pius X, Paus (P)
Hakim-hakim 9:6-15
Matius 20:1-16a

"Iri hatikah engkau karena aku murah hati?" Matius 20:15b

Kata-kata ini berasal dari perumpamaan tentang orang-orang upahan di kebun anggur yang dipekerjakan pada lima jam waktu kerja yang berbeda pada hari yang sama. Kelompok pekerja pertama dipekerjakan pada pagi-pagi buta, kelompok kedua diperjakan pada jam sembila pagi, kelompok ketiga dipekerjakan pada jam dua belas siang, kelompok keempat dipekerjakan pada jam tiga petang dan kelompok kelima dipekerjakan pada jam 5 petang. Mereka yang dipekerjakan sejak pagi bekerja selama dua belas jam, sedangkan mereka yang dipekerjakan pada jam lima petang bekerja hanya satu jam saja. Masalahnya adalah pemilik kebun anggur itu membayar semua pekerja dengan jumlah upah yang sama seolah-olah semua mereka bekerja selama dua belas jam.

Berhadapan dengan pengalaman dan situasi seperti ini, siapa saja bisa merasa cemburu karena seolah-olah dia diperlakukan secara tidak adil. Iri hati adalah satu bentuk kesedihan atau kemarahan katika melihat keberutungan orang lain. Mungkin kita semua dapat memahami mengapa mereka yang bekerja dari mata hari terbit merasa iri hati karena mereka bekerja selama dua belas jam di bawah terik matahari dan mendapat upah satu dinar sama seperti mereka yang hanya bekerja satu jam. Mereka sudah bekerja satu hari penuh dan menerima pembayaran satu hari penuh (satu dinar) sesuai kesepakatan awal. Tapi mereka merasa cemburu karena mereka yang bekerja hanya satu jam diperlakukan dengan murah hati oleh pemilik kebun anggur karena mereka mendapat upah satu hari penuh.

Coba tempatkan dirimu ke dalam perumpamaan ini dan refleksikan bagaimana anda akan mengalami tindakan penuh dermawan ini dari pemilik kebun anggur terhadap pekerja - pekerja jam ketiga dan jam kelima. Akankah anda melihat kedermawan pemilik kebun anggur ini dan bersukacita untuk mereka yang diperlakukan dengan sangat baik? Apakah anda akan bersukacita bersama mereka karena mereka mendapat perlakuan yang sangat spesial ini? Atau apakah anda juga menemukan dirimu seperti pekerja-pekerja jam pertama, merasa iri hati dan tidak bahagia?

Kalau kita mau berkata jujur, kebanyakan kita pasti akan berjuang melawan sikap iri hati dalam situasi seperti ini. Namun jika kita mampu mengatasinya, maka realisasi itu adalah sebuah rahmat. Itu adalah sebuah rahmat untuk menjadi sadar akan buruknya dosa kecemburuan dan iri hati. Sekalipun kita mungkin tidak berada dalam posisi tidak merasa iri hati, itu adalah rahmat untuk melihat bahwa tendensi itu ada di dalam diri kita.

Perumpamaan ini menunjukkan kepada kita tentang kemurahan hati Allah. Entah kita pekerja jam pertama, jam kesembilan, jam dua belas, jam tiga atau jam lima soreh, pada akhir hari, kita akan mendapat upah yang sama satu dinar, yakni keselamatan. Allah selalu mencari kita sepanjang hari untuk mengirim kita ke kebun anggur-Nya. Ia selalu mencari kita untuk mengalami kemurahan hati-Nya.

Mari kita melihat diri kita sendiri. Apakah ada rasa iri dalam hati kita ketika kita melihat kesuksesan dan nasib baik yang dialami oleh sesama kita? Apakah kita ikut bergembira pada saat kita melihat kesuksesan dan keberhasilan sesama, karena kita tahu bahwa Tuhan pasti akan membuat kita mengalami kesuksesan yang sama? Dapatkah kita dengan tulus bersyukur kepada Allah ketika sasama kita diberkati dengan keberuntungan yang tak disangka-sangka?

Jika ini adalah suatu perjuangan dalam hidupmu, maka paling kurang bersyukurlah kepada Allah karena anda menyadarinya. Iri hati dan cemburu adalah dosa, dan ia adalah dosa yang membuat kita tidak merasa puas dan sedih atas kesuksan orang lain. Kita patut bersyukur karena kita menyadarinya karena ini adalah langkah pertama untuk mengatasinya.

Doa:
Tuhan, saya berdosa dan dengan jujur saya mengakui bahwa saya memiliki rasa iri hati dan cemburu dalam hatiku. Terima kasih karena Tuhan sudah membantuku melihat dosaku ini dan membantuku untuk mengatasinya. Gantilah rasa iriku dengan rasa syukur atas kelimpahan rahmat dan belas kasih yang Engkau curahkan ke atas sesamaku. Amin

Oleh : P Yosef Ruma, SVD (Misionaris Serikat Sabda Allah berkarya di Provinsi SVD Ende) Paroki St. John the Baptist Ritaebang

Published in Renungan
Thursday, 13 September 2018 15:17

TIPS YESUS DALAM MENCARI KEBAHAGIAAN

Kebahagiaan merupakan salah satu tujuan utama yang hendak digapai oleh setiap kita. Setiap aktifitas yang kita lakukan setiap hari senantiasa bertujuan untuk memperoleh kebahagiaan yang kita harapkan itu. Karenanya kita berjuang dan terus berjuang menata hidup dan seluruh kegiatan kita agar bisa menghantar kita menemukan kebahagiaan itu.

Menariknya takaran kebahagiaan setiap orang selalu berbeda-beda. Hal inilah yang membuat orang-orang yang sedang mencari model kebahagiaan sejati kadang bingung dan bertanya-tanya: manakah kebahagiaan sejati yang perlu diupayakan akan kita memperoleh kebahagiaan yang sesungguhnya.

Menjawab pertanyaan tersebut, penginjil Lukas (Lukas 6:20-23) menampilkan TIPS spiritual yang perlu dilakukan dan dihindarkan sebagaimana disampaikan oleh Yesus, Guru Kebenaran Sejati dalam upaya menggapai kebahagiaan:

  • Berbahagialah, hai kamu yang miskin, karena kamulah yang empunya Kerajaan Allah.
  • Berbahagialah, hai kamu yang sekarang ini lapar, karena kamu akan dipuaskan. Berbahagialah, hai kamu yang sekarang ini menangis, karena kamu akan tertawa.
  • Berbahagialah kamu, jika karena Anak Manusia orang membenci kamu, dan jika mereka mengucilkan kamu, dan mencela kamu serta menolak namamu sebagai sesuatu yang jahat.
  • Tetapi celakalah kamu, hai kamu yang kaya, karena dalam kekayaanmu kamu telah memperoleh penghiburanmu.
  • Celakalah kamu, yang sekarang ini kenyang, karena kamu akan lapar. Celakalah kamu, yang sekarang ini tertawa, karena kamu akan berdukacita dan menangis.
  • Celakalah kamu, jika semua orang memuji kamu; karena secara demikian juga nenek moyang mereka telah memperlakukan nabi-nabi palsu."

Dari ajaran Yesus tersebut kita menemukan bahwa ternyata kebahagiaan merupakan suatu hasil dari sebuah proses yang perlu kita upayakan. Bagi mereka yang tidak mau berproses dalam situasi hidup yang disebutkan Yesus tersebut, akan melihat ajaran-ajaran Yesus tersebut hanya sebagai kata-kata hiburatif semata. Anehnya tuntutan mau bahagia kadang bahkan sering mendorong mereka untuk menempuh jalan pintas dalam upaya menggapai kebahagiaan. Tapi biasanya kebahagiaan yang didapatkan dengan jalan demikian apalagi tidak halal akan membuat orang itu tidak menemukan kebahagiaan sejati.

Hanya ketika kita mau masuk dalam suatu proses memperjuangkan amanah-amanah bijak tersebut, di sana kita akan belajar mengenal, memahami dan mengakui bahwa di balik ajaran suci itu ada kebenaran yang memerdekakan dan membahagiakan. Dengan kata lain:

  • kebahagiaan sejati lahir dari perjuangan untuk tetap berpasrah dalam iman nan kokoh akan penyelenggaraan dan pertolongan Tuhan di tengah situasi dunia kurang mengakui peran Tuhan.
  • Kebahagiaan sejati lahir dari pergulatan mengubah cara pandang kita yang hanya berdasar pada pikiran dan rancangan kita, dan berani melihat peristiwa-peristiwa yang kita alami dari sisi kehendak dan rancangan Tuhan.
  • Kebahagian sejati lahir dari pergulatan mempertahankan kebenaran dan kebaikan sejati yang diajarkan Tuhan meskipun harus menanggung aneka resiko karena teguhnya komitmen untuk tetap pada mengabdi Tuhan dan ajaranNya.
  • Kebahagiaan sejati bersumber dari upaya menggunakan harta duniawi untuk melayani sesama bukan memanfaatkan sesama untuk menggapai harta duniawi
  • Kebagaiaan sejati lahir dari niat mulia memuliakan Tuhan dan semua serta mengihindarkan diri dari upaya mengarahkan aktifitas pada diri (self-center).

Mari kita terus berupaya menghindarkan diri kita dari hal-hal yang tidak mampu membuat kita menggapai kebahagiaan abadi. Dan sebaliknya terus mengupayakan hal-hal yang bisa menghantar kita menggapai kebahagiaan sejati.

Oleh Fr. Charly Ka’u, SVD, (sedang menjalani masa formasi Imamatnya di Seminari Tinggi St. Paulus Ledalero) 

Published in Refleksi
Thursday, 28 June 2018 13:44

JUST DO IT!

Slogan 'Just Do It!' mungkin tidak asing bagi telinga kita. Bagi penggemar sepatu olah raga "Nike", slogan ini sudah meresap dalam sanubarinya. Tentu saja, dalam dunia olah raga yang sarat akan kompetisi, slogan ini menjadi cocok dan terdengar pas rasanya. Apa yang awalnya dirasa berat dan sulit, bila kita perdengarkan slogan ini, semuanya menjadi mungkin dan bisa terasa lebih ringan. Just do it!

Seringkali dalam hidup ini juga kita rasakan demikian. Banyak persoalan dan tantangan hidup yang membutuhkan perhatian kita agar keseimbangan hidup kita terjaga. Acapkali kita seperti Santu Petrus yang merasa bimbang dan ragu-ragu untuk melangkah dan mengambil keputusan, takut manakala keputusan itu nantinya akan berdampak ini dan itu. Tapi satu hal yang hendaknya dipegang oleh pengikut Kristus adalah janji-Nya adalah ya dan amin, dan kita diminta untuk berserah penuh terhadap kehendak-Nya. Roh Kudus akan membimbing dan menuntun setiap langkah kita, asalkan kita juga memelihara dan mengimani Roh Kudus sebagai roh pembimbing kita. Hal ini hanya dapat kita rasakan bila kita bergaul erat dengan Roh Kudus. Discernment atau upaya pembedaan Roh untuk memilih yang terbaik dan paling tepat akan dirasakan bagi mereka yang berserah penuh terhadap kehendak-Nya. Rasul Paulus juga telah membuktikan kebenaran hal ini dalam hidupnya sendiri.

Mari kita belajar dari teladan St. Petrus dan St. Paulus, dua tokoh misionaris besar dalam Gereja Katolik. Tiada hari berlalu tanpa pewartaan Firman Tuhan dari mulut mereka, tiada hari berganti tanpa kesaksian hidup yang mereka sebarkan di seluruh kota yang mereka lalui. Keberanian, kegigihan, keuletan, dan semangat pantang menyerah mereka sungguh luar biasa. Padahal bila kita membaca latar belakang St. Paulus sebelum ia bertobat, sungguh merupakan pembalikkan seratus delapan puluh derajat dari apa yang ia lakukan setelah bertobat. Hal ini membuktikan bahwa tidak ada yang mustahil bagi Tuhan. Ia sanggup mengubah segala sesuatu yang terlihat tidak mungkin menjadi mungkin adanya. Kuncinya: Just do it! Lakukan saja apa yang menjadi bagian kita dan Tuhan akan menyelesaikan sisanya bagi kita.

Dalam kehidupan kita sehari-hari, hal yang tersulit untuk mencapai sesuatu adalah langkah awal/langkah pertama yang harus kita lakukan. Tanpa langkah awal tersebut, niscaya tidak ada prestasi yang akan kita capai. Hal itulah yang menjadi tantangan untuk setiap pekerjaan atau niat apapun yang hendak kita lakukan. Orang yang berniat merampingkan tubuhnya tidak pernah akan terwujud bila dia tidak pernah memulai berusaha mewujudkan niatnya itu. Begitu niat lain tidak pernah akan terwujud tanpa perjuangan mewujudkannya. Apakah itu mudah? Jawabannya sama sekali tidak! But, just do it! Tidak ada keberhasilan yang dicapai secara instan, semua butuh proses dan dalam proses tersebut suka dan duka kerapkali menghampiri. Proses jatuh-bangun itulah yang menentukan karakter seseorang, apakah nantinya akan menjadi tahan uji atau tidak. So, sekali lagi, just do it!

Jadi, sapaan Tuhan hari ini ingin menekankan kepada kita pentingnya dua hal yakni percaya dan lakukan -believe in God and just do it! Kemuridan Santu Petrus dan Santu Paulus mengajarkan kita bahwa kita tidak perlu meragukan tuntunan Tuhan dan Roh Kudus akan membawa kita ke mana, jalan di depan kita mungkin terlihat gelap dan sempit, tapi Tuhan punya cara memberikan mahkota kemenangan bagi kita yang telah menyelesaikan perlombaan kehidupan ini...

Tuhan, bantulah kami mengikuti teladan hidup Santu Petrus dan Santu Paulus yang rela meninggalkan segalanya demi mengikuti Dikau. Semoga kamipun mampu berjuang dari waktu ke waktu mewujudkan kemuridan kami dalam mengikuti Dikau. Amin.

Oleh dr. Yudy (berkarya di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta)

Published in Renungan
Monday, 25 June 2018 13:52

JALAN HIDUP MENUJU KASIH TUHAN

Salam Kasih dalam Kristus untuk Saudari/a di mana saja berada. Berkenaan dengan Injil hari ini dari Matius 7: 6, 13-14 tentang ajakkan mengikuti jalan yang benar dan menyelamatkan, saya mengajak saudari/a sekalian merenungkan pesannya untuk kita. Saya membagikan refleksi saya bertolak dari kisah nyata yang saya alami.

Nama saya Elly dan suami saya Frederik (orang Jerman); saya tinggal di Jerman sejak 44 tahun lalu. Lain padang lain belalang. Begitupun kebiasaan dan cara hidup di Jerman dan sudut pandang masyarakatnya berbeda dengan keadaan di Indonesia. Itulah yang saya alami termasuk pengalaman bersama suami saya yang berbeda cara pandang tentang Tuhan dan perjuangan membawa dia pada Tuhan. Maka ketika membaca perikop ini, spontan mengingatkan saya kembali di saat saya demikian berusaha meyakinkan suami saya bahwa kepercayaan, iman dan mengikuti jalan Tuhan adalah hal penting sekali dalam hidup ini (bagiku pribadi, ini adalah mutiara yang tiada ternilai tinggi nilainya).

Masih segar dalam ingatan saya tentang perjuangan imanku tanpa kenal putus asa, walau untuk sekian lamanya tidak berhasil meyakinkan Suamiku untuk mengimani Tuhan. Bujukkan langsung tetap ditolaknya dan untuk menghindari kekerasan maka lebih baik mencari jalan lain, yaitu melalui doa. Untuk sekian lamanya saya dengan tetap setia mendoakan suami pada Bunda Maria. Dan kasih Tuhan benar ada dan amat dahsyat. Bapa mempunyai jalanNya tersendiri dalam membimbing dan mengarahkan setiap anakNya pada diriNya. Itulah yang kami alami walaupun kejadian ini sangat berat saat menghadapinya bahkan sempat membuat kami semua cemas dan khawatir tapi boleh dibilang ini adalah kisah blessing in diguise, berkat tersembunyi di balik kesulitan.

Ya, bermula dari kisah tragis di mana Frederik mengalami kecelakaan sewaktu dia bersepeda di desa kami tinggal. Dia dengan sepedanya disambar mobil dan terlempar jatuh. Frederik, statusnya gawat saat itu, semua tulang rusuk kiri patah kecuali rusuk ketiganya. Dia diangkut dengan helikopter darurat ke Rumah Sakit di Uniklinik Mainz. Sewaktu saya bertemu dia di ICU, syukur bahwa dia masih bisa bicara saat itu. Salah satu pertanyaan saya, apakah Frederik mau bicara dengan Romo dari paroki kami? Dan dia mengangguk tanda setuju. Syukur kepada Tuhan bahwa Frederik telah membuka hatinya dan mau kalau dikunjungi Romo. Perawatan di Rumah Sakit selama satu bulan, kemudian dilanjutkan dengan perawatan rehabilitasi di Wiesbaden selama delapan minggu. Romo sering mengunjunginya dan setelah balik ke rumah, Frederik dengan rutin datang dan berkonsultasi dengan Romo. Enam bulan setelah Frederik mengalami kecelakaannya, dia menyatakan kesediaannya mau menjadi Katolik. Alangkah indahnya karyaMu Tuhan!

Itulah kisahku tentang kerinduan sekian lama agar sang suami mau membuka hatinya bagi Tuhan Yesus, akhirnya dikabulkan. Memang jalannya tidak segampang membalikkan telapak tangan. Namun Tuhan Yesus telah mendengar dan meluluskan doa dan permohonanku bagi Frederik. Walaupun melalui jalan yang sempit dan curam seperti Injil hari ini, melalui kecelakaan yg telah dia alami – “gerbang yang sempit yang membuka jalan menuju kehidupan yang aman dan bahagia“- Tuhan telah menyelamatkan Frederik dengan jamahan kasih dan kuasa Allah Roh Kudus. Kami sangat berbahagia merasakan kasih Tuhan. Semua proses persiapan dan penerimaan di komunitas Katolik telah dilakukan, antara lain: menyambut komuni pertama dan sakaramen Krisma. Dan sekarang kami boleh bersama-sama melayani Tuhan Yesus di paroki dan dalam Komunitas kami. Danke Jesus!

Saya terbuka mensharing pengalaman ini karena mungkin bisa menjadi inspirasi dan peneguhan bagi saudara-saudari yang sedang berada dalam situasi seperti yang saya ceritakan. Semoga melalui kesaksian hidupku, kita dapat belajar dan mendapat penguatan dalam iman, harapan dan kasih. Agar kita dapat:

  • pertama, untuk bisa mengandalkan Tuhan dan tahu serta yakin teguh bahwa Dia dapat diandalkan, maka haruslah kita mengenal Dia secara pribadi – melalui Firman-Nya yang dibaca setiap hari dalam bimbingan Allah Roh Kudus.
  • kedua, beriman tidak sekedar pasrah kepada nasib, tapi pro-aktif mengupayakan kebaikan bagi diri sendiri dan sesame; jangan pernah menyerah dalam segala situasi
  • ketiga, beriman tidak hanya dalam menjalin hubungan vertikal dengan Tuhan, tapi juga menjalin hubungan baik dengan sesama manusia; iman harus berbuah nyata dalam hidup nyata.

Tuhan memberkati kita sekalian.

Doa Peneguhan:
“Trima Kasih Yesus, kami telah merasakan betapa besarnya kasih-Mu. Biarkanlah hari ini banyak orang mengalami kasih-Mu, terutama mereka yang lemah, sendiri dan merindukan-Mu.”
(Oleh : Ibu Elly Lupini, tinggal di Hessen, Jerman).

Published in Renungan
Sunday, 24 June 2018 21:51

JANGAN MENGHAKIMI

Merenungkan pesan Sabda Tuhan hari ini dari 2 Raja 17 dan Matius 7:1-6, saya melihat bahwa pesan ini sangat cocok dengan situasi kehidupan kita akhir-akhir ini. Kita semua tahu kenyataan dunia kita sekarang ini di mana manusia mudah sekali menghakimi atau mengadili orang lain. Anehnya sikap cepat menghakimi orang lain ini tidak dibarengi sikap mengoreksi diri sendiri bahkan boleh dibilang sulit dilakukan. Mungkin salah satu alasan klasik dalam hal ini yakni sikap bathin merasa diri lebih baik dari orang lain atau juga sikap suka menuntut orang lain secara berlebihan.

Yesus justru mengajarkan kepada kita dalam teks Injil hari ini untuk melihat dan mengoreksi diri kita sendiri dahulu sebelum melihat dan mengoreksi kekurangan dan kesalahan orang lain. Peringatan ini tentu saja tidak bermaksud menghilangkan praktek koreksi-mengoreksi di antara kita. Yang dimaksudkan Yesus di sini adalah perlunya sikap koreksi orang lain disertai kesadaran akan ketidaksempurnaan diri dan kesediaan mengoreksi prasangka dan kesalahan sendiri juga. Artinya sikap koreksi mengoreksi lebih didorong oleh sikap tulus untuk saling memperbaiki dan mengarahkan ke hal yang lebih baik. Bukannya menyudutkan orang lain dengan menunjuk kesalahannya tanpa disertai kesediaan membuat hal yang sama pada diri sendiri. Padahal mungkin kesalahan kita lebih besar dari orang yang kita ‘pojokkan’ sebagaimana perbandingan selumbar dan balok yang dipakai Yesus dalam Injil.

Sekali lagi kelemahan kita pada umumnya adalah sikap mudah menghakimi orang lain tapi enggan mengoreksi diri.  Hal ini akan terus terjadi kalau kita belum sadar bahwa tidak seorang pun sempurna di dunia ini.  Sebenarnya kalau kita renungkan, semakin kita melakoni hal itu (menghakimi dan menuntut orang lain tanpa sikap yang sama dari diri kita) justru di situlah tampak kelemahan kita; makin tampak jelas bahwa kita rapuh karena tidak berkaca pada diri sendiri. Dan kita akan terus menuntut orang lain melakukan segala sesuatu tanpa cacat, dan harus serba sempurna seturut apa yang kita pikirkan dan rasakan. Bukankah sikap demikian sama dengan sikap bangsa Israel yang tegar hati dan menuntut Tuhan seperti yang mereka pikirkan, hingga bermuara pada sikap mendua hati.

Maka pertanyaan di sini adalah apakah kita seperti bangsa Israel yang sering menuntut Tuhan tapi lupa melihat kebaikan Tuhan dalam hidup kita? Apakah kita juga mudah memojokkan orang lain tapi kita sendiri enggan mengoreksi diri?
Mari kita merenungkan kebenarannya dalam diri kita masing-masing seraya membangun sikap adil dalam diri untuk berani mengoreksi diri juga bila ada sikap suka mengoreksi orang lain. Kita juga berniat menumbuhkan sikap tulus dalam koreksi-mengoreksi dengan intensi mulai untuk memperbaiki dan membangun kebersamaan kita bukan sebaliknya.

DOA PENEGUHAN:
Tuhan yang mengetahui baik siapa di kami dalam konteks-Mu hari ini. Tuntunlah kami untuk menghayatinya dalam kebersamaan kami. Tumbuhkan kebaranian untuk berani melihat diri sendiri sebelum melihat kekuarangan orang lain. Berikan kami juga keikhlasan dalam upaya saling memperbaiki demi sesuatu yang lebih baik dalam kebersamaan kami satu sama lain. Dengan demikian kami memancarkan cahaya kasih suka cita dan cinta damai dalam kehidupan bersama sehingga namaMu dimuliakan selamanya. Amin

Oleh Ibu Maria Veronica Heriyati (Pimpinan Komunitas Kerahiman Ilahi Alam Indah Tangerang-Banten)

Published in Renungan
Friday, 22 June 2018 12:43

JANGAN KUATIR!

Saudara-saudari terkasih dalam Kristus, damai bagimu sekalian!

Di kala banyak orang masih mencari-cari tumpuan harapan khususnya di saat dilanda tantangan dan kesulitan yang mencemaskan, Yesus melalui Injil hari ini meneguhkan kita akan Allah sebagai penjamin hidup kita. Permintaan Yesus hingga tiga kali ini membuat kita yakin bahwa Allah kita adalah seorang Bapa yang menaruh perhatian kepada anak-anakNya serta kebutuhan mereka. Yesus meminta kita berulang-ulang agar “janganlah kuatir” karena Allah sanggup menolong kita asal kita percaya dan terbuka pada penyelenggaraan Ilahi-Nya. Di sini problem manusia karena tak sedikit orang yang mengharapkan pertolongan Tuhan namun masih lemah dalam iman dan kurang berserah sungguh kepada penyelenggaraan Tuhan.

Dan Yesus memberi kita solusi untuk tidak kuatir. Pertama, Yesus mengajak kita untuk belajar sikap pasrah total makluk hidup lain yang membiarkan diri diatur oleh Tuhan. Jika Tuhan merawati mereka, tentu Tuhan akan lakukan hal yang sama juga bagi kita. Namun ketika manusia kehilangan keyakinan ini maka dia merasa dia yang perlu berjuang habis-habisan untuk memenuhi hidupnya. Hal itu benar tetapi bukan berarti mengesampingkan peran Tuhan atau bahkan menganggap Tuhan tidak punya peran dalam hidup. Semakin orang hidup dalam situasi demikian, kecemasan akan makin menghantaunya karena sehebat apappun dia dalam upaya menjamin hidupnya, kemampuannya toh terbatas. Ada hal-hal tertentu yang tak bisa dia gapai sendiri bahkan oleh sesama manusia yang lain. Di sini manusia butuh pertolongan Sang Mahakuasa. Menyangkal hal ini sama dengan menyangkal identitas dirinya sebagai makluk ciptaan Tuhan yang terbatas kemampuannya.

Solusi yang kedua adalah “mencari” dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya serta menghayatinya nilai-nilai kebenaran itu dalam hidupnya termasuk di saat sulit. Kelemahan manusiawi kita kadang membuat iman kita goyah, terlebih saat kita harus mengalami tantangan-tantangan berat dalam hidup, saat kita merasa Tuhan tidak ada di pihak kita, saat kita diliputi kemalangan atau sakit berat, saat kita berpikir tentang masa depan. Ajakan Yesus untuk mencari Kerajaan Allah dalam keseharian kita dengan cara hidup dalam tuntunan nilai-nilai kebenaran dan kemurahan hati untuk berbagi dengan sesama yang membutuhkan akan menjadi berkat bagi diri kita sendiri. Tuhan tidak akan melupakan kita, Dia akan memenuhi kebutuhan kita. Kasih setianya akan menyertai hidup kita.

Paus Fransiskus dalam wejangannya saat Angelus 26 februari 2017 mengatakan: “Allah bukanlah sosok yang jauh dan tak dikenal: Dialah tempat perlindungan kita, sumber ketenangan dan kedamaian kita. Dialah batu karang keselamatan kita, yang padanya kita bias melekat dalam kepastian tidak jatuh, barangsiapa yang melekat pada Allah tidak pernah jatuh! Dialah pertahanan kita dari kejahatan yang selalu mengintai. Allah bagi kita adalah sahabat, sekutu. Bapa kita yag agung, tetapi kita tidak selalu menyadarinya, kita tidak menyadari bahwa kita memiliki seoarng sahabat, seorang sekutu, seorang Bapa yang mengasihi kita, dan kita lebih suka bersandar pada benda-benda dekat yang dapat kita sentuh, pada benda-benda yang kebetulan ada, melupakan dan kadang kala menolak yang terutama yaitu, kasih kebapaan Allah”.

Marilah kita terus menerus berkanjang pada Tuhan, menaruh suka duka kita dalam Kerahiman Ilahi seperti kata Pemazmur: “serahkanlah kuatirmu kepada Tuhan, maka Ia akan memelihara engkau!” (Mzm 55:23). Allah yang adalah setia tidak akan pernah meninggalkan kita.

Doa :
Allah Pengasih, kami serahkan hidup kami hari ini. Sertailah kami selalu agar kiranya kami senantiasa percaya bahwa Engkau tidak pernah meninggalkan kami. Bantulah kami untuk peka akan kehadiranMu, untuk selalu setia mencari serta mewujudkan Kerajaan Allah di muka bumi ini.
Oleh Sr. Maria Fransiska Manek, SFSC (berkarya di Teano Provinsi Caserta-Italia Selatan)

Published in Renungan
Wednesday, 13 June 2018 18:41

Persembahan Hati

Manusia terbiasa melihat apa yang tampak, segala yang berhubungan dengan fisik. Sementara Tuhan mampu melihat yang tidak tampak oleh mata manusia. Kita mungkin melihat seseorang memberikan persembahan/sumbangan besar kepada gereja, yayasan ataupun kegiatan kemanusiaan lainnya, tetapi sebatas itu sajalah kita dapat menilai orang tersebut. Mata kita tidak dapat menembus, melihat hati orang tersebut. Apakah di dalam hati masih ada sesuatu yang mengganjal mengenai seseorang yang belum dibereskan? Tuhan meminta sebelum persembahan diberikan, Dia ingin kita membereskan hati kita. BagiNya dasar persembahan adalah hati kita. Persembahan hati.

Hati adalah sesuatu yang tidak tampak, namun bisa kita rasakan dan mengerti secara jelas. Perasaan-perasaan yang muncul di dalam hati, positif atau negatif, bisa kita ketahui, bahkan seringkali menjadi penentu sikap dan perbuatan kita. Hati tidak pernah berbohong. Meskipun di mulut kita berkata tidak ada apa-apa, namun bila kita membenci/menyukai seseorang maka suasana hati kita tidak akan bisa berbohong. Tuhan sepertinya telah membuat hati ini sebagai alat ukur diri kita. Dan Tuhan ingin kita selalu menjaga hati kita tetap murni, bersih dan damai.

Dalam pesanNya mengenai persembahan, Tuhan meminta kita pergi berdamai dahulu, membersihkan hati dulu. Percuma saja bila kita berusaha menyembunyikan apa yang ada dalam hati kita, karena di hadapan Tuhan tidak ada yang tersembunyi, Tuhan tahu segalaNya. Karena itu akan menjadi sia-sia saja persembahan materi, tenaga, waktu dan pikiran kita pada Tuhan bila kita datang dengan hati yang belum bersih. Yang terutama dari semuanya adalah persembahan hati, barulah persembahan-persembahan lain akan berarti dan diterima Tuhan.

Jika demikian, rasanya menjadi begitu sulit bagi seseorang untuk bisa mempersembahkan persembahan. Sebenarnya tidak juga, asalkan kita mau mengikuti ajaran dan perintah Tuhan Yesus sendiri, yaitu: mengampuni dan mengasihi. Tuhan Yesus telah menebus dosa-dosa kita dan rela menderita sengsara dan mati di kayu salib karena kasihNya yang begitu besar pada kita semua. Teladan itulah yang seharusnya menjadi dasar bagi kita manusia untuk bisa selalu mau mengampuni dan mengasihi sesama kita, siapapun itu. Dan hal ini juga tertulis jelas dalam Alkitab. Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu. (Mat 5: 44)

Untuk memiliki hati yang bersih, kita harus rela mengampuni, juga meminta ampun tanpa rasa malu mengakui kesalahan-kesalahan kita. Bila segala ganjalan dan masalah telah hilang, kita akan memiliki hati yang bebas dari segala yang negatif, sehingga kita bisa mempersembahkan hati kita tersebut kepada Tuhan. Tuhan akan berkenan menerimanya. Usaha untuk membersihkan hati ini harus terus kita lakukan. Tuhan Yesus meminta kita terus berusaha. Dengan menyadari penuh bahwa dalam kedagingan kita sebagai manusia, kita memiliki kelemahan dan sering tak luput dari godaan dan cobaan, karena itu kita menerima bahwa diri kita dan orang lain tidak sempurna. Namun, itu bukan alasan untuk kita membiarkan diri kita tenggelam dalam kondisi ketidaksempurnaan. Setiap jalan panggilan ada suka dan duka. Semua jalan yang kita tempuh harus tetap kita jalani sebagai manusia yang utuh, belum setengah malaikat. Namun kita sama-sama harus terus berupaya berjuang mencapai kesempurnaan Bapa di surga dalam jalan panggilan kita masing-masing. "Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna." (Mat 5: 48)

Doa :
Syukur dan puji kami panjatkan ke hadiratMu ya Tuhan, karena telah Engkau perkenankan kami mengikutiMu. Tuhan Yesus, seperti apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami semua mengenai kasih, baik melalui firmanMu dan juga melalui perbuatanMu yang telah rela mati di kayu salib, mampukanlah kami untuk memiliki kasih sepertiMu. Berilah kami rahmat agar dapat mengampuni sesama, sehingga kami dapat memiliki hati yang bersih yang bisa kami persembahkan kepadaMu. Berkatilah juga kami semua dalam menjalani panggilanMu, sehingga kami memiliki semangat juang untuk mencapai kesempurnaan Bapa di surga dalam jalan panggilan kami masing-masing. Amin.

Salam kasih,
-Angel- (Ketua KBKK – Kelompok Bakti Kasih Kemanusiaan Jakarta)

Published in Renungan
Tuesday, 12 June 2018 17:08

Kiat Menjadi Garam dan Terang bagi Sesama

Saudara/i yang terkasih dalam Kristus, saya mengajak kita meluangkan waktu sejenak merenungkan kebenaran di balik teks Injil inspiratif yang menjadi bahan permenungan hari ini dari Mat. 5:13-16. Ada satu dua inspirasi sederhana yang hendak saya kedepankan di sini untuk kita renungankan bersama sebab hal-hal itu ‘mengena’ dengan kehidupan kita sebagai saksi-saksi Kristus.

Hal pertama, Kamu adalah garam dunia, jika garam menjadi tawar dengan apakah iadi asinkan (Mt 5: 13)

Dalam keseharian hidup kita bila kita mau makanan yang sedap, maka kita perlu menambah makanan itu dengan garam secukupnya. Demikianlah kita sebagai orang kristen, Kristus menghendaki kita untuk menjadi garam dunia. Dengan menjadi garam dunia, Yesus menghendaki agar kehidupan iman kita berpengaruh pada lingkungan sekitar kita dan membawa perubahan pada dunia yaitu dunia menjadi lebih baik.

Kehadiran kita sebagai berkat bagi orang lain, tidak harus dalam bentuk perbuatan-perbuatan besar, tetapi bisa melalui hal-hal sederhana yang membuat kehadiran kita membawa arti bagi sesama. Ada banyak contoh yang bisa kita lihat dalam kenyataan hidup sehari-hari. Sebagai pegiat di dunia pelayanan kesehatan, kami berupaya mewujudkan peran kami sebagai garam bagi orang lain misalnya dengan memberi keringanan biaya dalam perawatan di Rumah Sakit untuk mereka yang kurang mampu. Atau bisa dengan cara melayani orang lain dengan ramah dan penuh kasih tanpa membeda-bedakan siapa dia.

Kiranya permenungan kita tentang sifat dan fungsi garam fisik yang biasa kita gunakan setiap hari menjadi inspirasi bagi kita agar kehidupan kita sebagai orang Kristen kiranya juga memberi "rasa"dalam keseharian hidup. Dengan demikian kehadiran kita ada faedah nya bagi sesama. Saya yakin selama ini kita telah berupaya tekun setia menjadi garam bagi sesama melalui tidakan-tindakan kecil dan sederhana sebagai perwujudan identitas kristiani kita. Di situlah kita sebenarnya telah berupaya memberikan pengaruh moral ditengah masyarakat dengan perkataan dan tindakan yang baik, benar serta luhur.

Sifat garam yang juga mudah larut mengajak kita juga untuk menghadirkan hal-hal yang mudah melarutkan kita dalam suasana damai dan gembira melalui sikap ramah, sopan dan murah senyum serta tegur sapa dalam pergaulan. Seperti garam yang sudah larut dalam makanan tidak tampak lagi secara fisik namun perannya dirasakan, demikian juga kesaksian hidup kita yang luhur memberi rasa cinta, rasa aman, rasa damai, rasa sukacita dan persaudaraan yang tulus. 

Hal kedua, Kamu adalah terangdunia (Matius.5: 14)

Bila malam tiba semua orang membutuhkan terang, terlebih ditempat yang belum ada aliran listrik, maka terang itu sangat diharapkan & sangat berguna. Jadi terang sangat penting dan sangat dibutuhkan di saat gelap. Maka sangat tepat perumpamaan Yesus tentang diri kita sebagai terang bagi sesama. Dengan menjadi terang, Tuhan mengharapkan kita menjadi penyalur berkat yaitu mendatangkan terang keselamatan dan sukacita bagi orang lain terutama mereka yang hidup bersama kita. Hendaknya kita berupaya memancarkan kebaikan Allah dengan memperhatikan sesama, mau & rela berbagi dari kekurangan kita.

Buah yang diharapkan dari semangat dasar menjadi garam dan terang dunia adalah semakin banyak orang melihat segala perbuatan baik kita dan memuliakan Allah.

DOA PENEGUHAN
Tuhan bantulah kami agar hidup kami digarami dan diterangi oleh Dikau sendiri sehingga kami pun mampu menjadi garam dan terang bagi orang lain sehingga namaMu dimuliakan kini dan selamanya. Amin.

 

Published in Renungan
Page 2 of 6

Kegiatan Terbaru

...sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa (Yohan...

25 October 2023
...sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa (Yohanes 15:5)

Bagaimana menyelaraskan nilai-nilai iman sejati dengan kecanggihan art...

PERAN SABDA DALAM GEREJA MISIONER

19 October 2022
PERAN SABDA DALAM GEREJA MISIONER

Pada hari Sabtu, 15 Oktober 2022 yang lalu, Komunitas Verbum Domini (K...

BILBE ZOOM IV PUSPITA SUMUR YAKUB BERSAMA KARDINAL SUHARYO

18 October 2022
BILBE ZOOM IV PUSPITA SUMUR YAKUB BERSAMA KARDINAL SUHARYO

Bible Zoom-Youtube Live-Streaming diadakan lagi oleh Tim Pengurus Pusa...

BILBE ZOOM III PUSPITA SUMUR YAKUB BERSAMA MGR. DR. SILVESTE...

16 October 2022
BILBE ZOOM III PUSPITA SUMUR YAKUB BERSAMA MGR. DR. SILVESTER SAN

Tim Pengurus Pusat Spiritualitas (Puspita) Sumur Yakub SVD-SSpS Indone...

BILBE ZOOM II PUSPITA SUMUR YAKUB BERSAMA P. LUKAS JUA, SVD

14 October 2022
BILBE ZOOM II PUSPITA SUMUR YAKUB BERSAMA P. LUKAS JUA, SVD

Tim Pengurus Pusat Spiritualitas (Puspita) Sumur Yakub SVD-SSpS Indone...

Tentang Kami

Nama yang dipilih untuk sentrum ini adalah “Pusat Spiritualitas Sumur Yakub” yang mempunyai misi khusus yaitu untuk melayani, bukan hanya anggota tarekat-tarekat yang didirikan Santu Arnoldus Janssen saja tetapi untuk semua... selebihnya

Berita Terbaru

©2025 Sumur Yakub - Pusat Spiritualitas. All Rights Reserved.

Search