Tuesday, 21 August 2018 17:35

FORUM SPIRITUAL KAUM MUDA ASIA DI MANILA

ISA- Institute of Spirituality in Asia- sebagai suatu Institusi Spiritual Akademis di Asia kembali menyelenggarakan Forum Spiritual Asia di Manila-Filipina. Kegiatan Spiritual Tahunan ini diadakan sesuai tema yang dipilih dengan maksud menghimpun semua pihak yang selama ini terlibat dalam kehidupan Gereja Katolik di Asia, baik dari kalangan religius maupun awam dari berbagai latar belakang karya pelayanan, guna membagikan pengalaman pelayanan dan mendapatkan pencerahan spiritual demi karya-karya pelayanan selanjutnya.

Forum Spiritual Asia yang ke-18 tahun ini dilaksanakan di Saint Paul University Manila pada tanggal 1-3 Agustus 2018. Hadir dalam Forum tiga hari ini utusan-utusan Kaum Muda dan tokoh-tokoh kaum muda baik religius maupun awam yang selama ini berkiprah dalam pelayanan Kaum Muda di berbagai Negara di Asia. Hadir juga utusan kaum Muda Katolik dari Amerika Serikat dan Belanda. Ada 7 orang muda-muda Katolik dari Indonesia bersama Romo Chris Purba, SJ dan saya menghadiri Forum Spiritual Muda Mudi Asia ini. Ada juga peserta asal Indonesia yang mewakili dari Negara lain karena mereka sedang berkarya di lembaga atau kongregasi di Negara yang mereka wakili.

Titik fokus Forum Spiritual Asia tahun 2018 ini adalah Kaum Muda dan Panggilan. Alasannya karena kegiatan berkonteks Gereja Katolik di benua Asia ini merupakan suatu bentuk tindak lanjut terhadap tema yang dipilih Paus Fransiskus untuk Sinode Para Uskup XV tentang Panggilan Kaum Muda (Young People, the Faith, and Vocational Discernment). Dalam terang tema tersebut, Forum Spiritual Asia ini diadakan dengan maksud menghimpun dan memberi ruang kepada Kaum Muda Katolik Asia dan pihak-pihak yang selama ini berkecimpung dalam dunia kaum muda-mudi Asia guna mensharingkan pengalaman hidup dan kiprah perjuangan mereka, khususnya dalam konteks pelayanan kaum muda-mudi Katolik sebagai upaya untuk turut mengambil bagian dalam upaya membangun bangsa dan Gereja serta kehidupan sosial.

Tema yang dipilih untuk Forum tahun ini adalah “LISTENING TO THE YOUTH, DISCERNING THE SPIRIT: SPIRITUAL PROCESS OF THE YOUTH IN AN UNKNOWN WORLD” (Mendengarkan Kaum Muda dan Penjernihan Roh: Suatu Proses Spiritual bagi Kaum Muda di tengah suatu Dunia yang tak pasti). Panitia mengundang beberapa Kaum Muda dari berbagai latar belakang Negara, Lembaga dan bentuk karya pelayanan untuk membagikan pengalaman mereka terkait hidup dan kiprah pelayanan mereka selama ini dalam dunia kaum muda. Ada dua sesi sharing setiap hari selama forum tiga hari ini. Sharing pengalaman pribadi dari wakil kaum muda dirangkai dengan proses internalisasi dan pencerahan spiritual dari beberapa nara sumber (Resource Speakers) sekaligus Pendamping Spiritual (Spiritual Directors).

Sharing pengalaman pada hari pertama berkisar seputar kiprah dunia kaum muda dalam karya-karya kemanusiaan yang dipelopori oleh orang-orang muda baik dalam konteks karya kemanusia (Charity Volunter Ministry), konteks Pendidikan dan juga bagaimana penghayatan semangat spiritual dalam dunia olahraga. Pada sesi pertama dengan sub-tema Listening to the Youth, Discrening the Spirit, Mark Conrad R. Ravanzo (co-founder dari I Am MAD (Making a Difference) mensharingkan pengalamannya tentang bagaimana pengalaman perjuangan hidupnya sebagai seorang anak piatu sejak umur 10 tahun kemudian menjadi inspirasi baginya untuk mendirikan sebuah wadah sosial bagi anak-anak yang membutuhkan bantuan karena pengalaman-pengalaman seperti yang dialaminya pada masa kecil.

Bertolak dari sharing Mark,  Fr. Art Borja, SJ (Clinical Psychologist, Spiritual Director and Chaplain Xavier School, Greenhills) yang diminta panitia menjadi Keynote Speaker and Spiritual Director untuk tema tersebut mengarahkan kami akan pentingnya merenungkan pengalaman masa silam guna menemukan karya tak terlihat Tuhan di balik pengalaman-pengalaman itu. Dengan jalan iman demikian, kita akan semakin mengakui kehadiran dan keterlibatan Tuhan dalam hidup kita. Dalam kaitan dengan hal ini, Pastor Borja menghantar kami menyadari pentingnya membuat disermen (pembedaan Roh) dalam hidup dan berkarya sehingga kita bisa mengikuti tuntunan Roh dan berkarya menurut kehendak Tuhan. Bahaya dari kurang memperhatikan peran disermen (pembedaan Roh), menurut Fr. Borja, adalah orang hidup dan berkarya berdasarkan keinginan dan rancangannya, serta kurang melibatkan atau tidak mengakui peran Tuhan dan Rohnya. Bahkan bisa menggunakan Tuhan dan kehendak-Nya sebagai label dalam hidup dan karyanya (working in the name of God but not for God’s will). Karena itu beliau menekankan pentingnya mengadakan refleksi entah secara pribadi maupun bersama berdasarkan data empiris berupa fakta-fakta sebagai sarana menguji karya dan buah Roh dalam hidup dan karya kita. Melalui refleksi berbasis data empiris, kita bisa mengetahui apa dan siapa penuntun di balik karya kita dan buah yang dihasilkan karena dari buahnya kita akan tahu Roh apa di balik hidup dan karya kita.

Ada juga sharing pengalaman menarik lainnya pada sesi kedua seputar kiprah kaum muda di dunia pendidikan dan olah raga: Maria Caterina Christina R.Lopa, (Juris Doctor and Associate Lawyer, Managing Director of Girls Got Game Philippines, Women’s Basketball Player of Ateneo de Manila University), Noli Ayo (Athletic Director of Antaneo de Davao University, Founder of Mindanao Peace Games), Ms. Sabrina Ongkiko (Teacher, Science and English School Librarian); dan Atty. Rene “Revo” Saguisag, Jr. (Executive Director, University Athletic Association of the Philippines). Di bawah sub-tema Spiritual Encounters in Youth Sports, mereka membagikan pengalaman mereka bagaimana karya mereka sebagai guru dan atlet serta coach berperan penting mengarahkan kaum muda untuk memiliki nilai-nilai luhur dalam diri dan peran mereka, entah dalam dunia pendidikan maupun dunia olah raga.

Mereka mengakui bahwa apa yang mereka lakukan bukan aktifitas fisik semata tetapi di balik itu ada visi misi dan roh yang dimiliki dalam diri mereka sebagai penggerak utama aktifitas mereka. Kesuksesan senantiasa terkait erat nilai-nilai luhur tak terlihat yang menghantar orang meraih sukses. Karena itu mereka mengatakan bahwa sebagai guru dan coach, mereka sendiri perlu memiliki spirit dan visi misi dalam proses pendampingan yang kemudian ditransferkan kepada anak-anak bimbingan mereka saat proses pendampingan. Satu hal menakjubkan dalam sharing mereka yakni semuanya mengakui bahwa kalau mau menjadi guru dan coach untuk orang lain termasuk orang muda, kesaksian hidup pribadi guru dan coach menjadi segalanya karena kesaksian hidup mempresentasikan visi misi, tujuan dan spirit di balik kehidupan seseorang.

Pada hari kedua, sharing pengalaman tentang kiprah kaum muda di dunia jurnalistik dan karya pelayanan Rohani untuk kaum Muda. Pada sesi I, diisi dengan sharing pengalaman pribadi dari Christian Esguerra (Jounalist and News Anchor of ABS-CBN Corporation, Assistant Professor of University of Santo Thomas) dan Ma. Angela B. Ureta, aO.Carm (Communications and Strategic Planning Consultant, and Former Executive Producer, in ABS-CBN News and Current Affairs). Di bawah sub-tema Media Education as Spiritual Formation, kedua wartawan ABS-CBN ini mensharingkan pengalamannya tentang bagaimana sebagai jurnalis muda, mereka harus berjuang untuk berkarya sesuai kode etik yang berlaku dalam dunia jurnalistik.

Mereka juga mengungkapkan bahwa wartawan yang mau sungguh bekerja sesuai jati diri dan kode etik jurnalisme perlu memiliki Roh Keberanian tersendiri dalam dirinya karena profesi ini kadang bahkan sering menghadapkan mereka pada situasi yang bertolak belakang dengan kode etik yang harus mereka jalankan. Ada banyak godaan dan tantangan yang mereka harus hadapi. Makanya Roh Kebenaran dan Keberanian yang dimiliki dalam diri akan memampukan mereka mengambil sikap melawan arus ketika berhadapan dengan praktek-praktek kurang terpuji yang terjadi dalam dunia jurnalistik. Selain itu mereka mengungkapkan peran penting karya mereka sebagai pembentuk opini publik. Untuk itu mereka juga perlu menampilkan kebenaran, kebaikan dan keluhuran dalam pemberitaan-pemberitaan mereka serta berupaya menghindarkan diri dari segala tendensi manusiawi dan duniawi, serta terus mengabdi pada kebenaran dan kepentingan umum.

Sesi kedua dibawakan oleh kami dari Indonesia dengan sub-tema Dialogue within dialogue: Youth in a Pluralistic Society. Ms Maria Regina Tjiumena (Wakil Koordinator BPK PKK KAJ dan Tim Inti Badan Pelayanan Nasional Pembaharuan Karismatik Katolik Indonesia) mensharingkan kisah hidupnya pada masa remaja yang menjadi cikal bakal karya-karya pelayanannya saat ini di dunia kepemudaan di Indonesia dan di beberapa kelompok kaum muda di Negara lain seperti Australia, Singapura dan lain-lain. Bermula dari pengalaman pribadi, Maria kemudian merasa terpanggil untuk melayani kaum muda agar mereka dituntun ke jalan yang baik dan benar demi masa depan mereka yang cerah. Maria juga mensharingkan untung-malang yang mereka hadapi dalam melayani kaum muda karena kaum muda punya cara tersendiri dalam mengeskpresikan kerohanian mereka. Maka menurut Maria, kita perlu mengetahui dan masuk melalui pintu mau-maunya mereka (enter through their door) sambil tetap menampilkan pesan luhur yang hendak dipresentasikan kepada mereka.

Pada sesi pendalaman sharing dan pencerahan spiritual, saya mengajak para peserta merenungkan bersama hikmah spiritual di balik kisah hidup dan karya Ms. Maria bahwa setiap orang memiliki kisah kehidupan entah bersama sesamanya maupun bersama Tuhan dalam perjalanan hidupnya. Tiap pengalaman punya pesan yang bisa dijadikan guru untuk langkah hidup selanjutnya. Karena itu kita perlu merenungkan pengalaman-pengalaman kita guna menemukan pesan sosial dan spiritual di balik setiap pengalaman hidup yang dialami. Dan karena pengalaman kita berbeda-beda maka diperlukan sikap terbuka dan kerelaan untuk saling mendengarkan, memahami dan memperkaya satu sama lain. Hal ini berlaku juga dalam hidup bersama yang ditandai aneka latar belakang dan perbedaan. Sebab itu dibutuhkan  peran penting nilai-nilai universal sebagai kompas penuntun dalam kebersamaan hidup dan kiprah pengabdian. Mengacu pada nilai-nilai luhur dan universal yang terkandung dalam Pancasila yang mampu menyatukan bangsa Indonesia yang sangat pluralistik dalam berbagai segi, para peserta diarahkan untuk menyadari bahwa sebenarnya fenomen pluralisme dan multi dimensi hidup ada di mana-mana. Demikian pun upaya menghadirkan dan menjadikan nilai-nilai universal juga tentu ada di setiap wadah bersama baik dalam konteks sosial, budaya, polituk maupun dalam konteks hidup religius karena setiap wadah yang baik dan benar tentu menghendaki persatuan, persaudaraan dan kesejahteraan bersama.

Maka perlu disadari dan dihayati nilai-nilai universal yang dimiliki oleh setiap wadah bersama, entah sebagai suatu bangsa maupun lembaga atau komunitas hidup bersama. Dan yang terpenting dari semuanya itu yakni niat mulia untuk berjuang bersama mewujud-nyatakan nilai-nilai kehidupan itu demi terciptakaan keharmonisan bersama. Dalam kaitan dengan hal tersebut, salah satu hal penting dalam kehidupan bersama yang ditandai sikon pluralistik-keanekaan yakni sikap terbuka, kemauan nan tulus menjaga persatuan dan kerelaan bekerja sama dengan iklas untuk mengupayakan kesejahteraan bersama – bonnum commune.

Pada sesi Open Forum, ada beberapa pertanyaan seputar kehidupan bersama di Indonesia yang pluralistik konteksnya dalam berbagai aspek kehidupan. Panitia memberikan kesempatan kepada beberapa peserta forum asal Indonesia untuk turut memberikan tanggapan atas pertanyaan-pertanyaan itu. Romo Albert  Herwanta O.Carm., Rektor Unika Widya Karya Malang memberikan tanggapannya dari konteks pelayanannya di dunia pendidikan. Romo Chris Purba,SJ, Moderator BPK PKK KAJ dan saya menjelaskan dari konteks pelayanan kaum muda. Selain testimoni dari Ms. Maria tentang kegiatannya di kelompok Karismatik, ada juga kesaksian Ms. Gisella Wenas dari Komunitas Sumur Yakub tentang bagaimana komunitas kaum muda ini memanfaatkan Media Sosial (medsos) untuk menghimpun dan menyelenggarakan kegiatan-kegiatan bersama serta menjadi sarana saling menginspirasi lewat online meeting yang diselenggarakan setiap akhir pekan. Kami menutup sesi tanggungan Indonesia dengan menyanyikan lagu Indonesia Tanah Air Beta sambil memegang bendera Merah Putih diiringi musik Sasando oleh Pastor John Bakok SVD yang sedang S3 Musik di Manila.

Sesi pertama hari ketiga diisi dengan sharing pengalaman dari 2 keynote speakers tamu: Bonnie Williams (Intern of Freeman Foundation, Junior Student of Philosophy and Religion of Furman University Amerika Serikat) dan Anne-Marie Bos, O. Carm. dari Belanda (Academic Staff of Titus Brandsma Instituut, Nijmegen Belanda). Di bawah sub tema The Sacred in the Secular Space of the Youth, keduanya mensharingkan pergulatan dan perjuangan mereka sebagai orang muda dan bersama orang-orang muda untuk menghidupi nilai-nilai Kristiani di tengah situasi sekularisme di negara-negara mereka.  Acara ini ditutup dengan input umum dari ISA Board Members tim penasihat Forum Spiritual ini dari berbagai kongregasi religius dan awam yang ada di Asia. Tim ini diwakili oleh Fr. Eliseo Mercado,Jr., OMI; Dr. Alfredo.Co; Fr. Daniel Franklin Pilario, CM; Sr. Ma. Anicia B. Co, RVM; dan Dr. Anne-Marie Bos, O. Carm. Masing-masing mereka memberikan tanggapan mereka atas forum spiritual Asia bertemakan Kaum Muda dan Panggilan serta meberikan inspirasi-inspirasi untuk kami semua.

Forum Spiritual Asia tiga hari ini ditutup dengan ceremoni penuntupan. Panitia menobatkan peserta asal Indonesia sebagai peserta paling aktif dan kreatif baik dalam presentasi-presentasi mereka maupun selama forum tiga hari ini berlangsung. Tentunya menjadi inspirasi tersendiri bagi muda muda Indonesia yang mengikuti Forum ini.

PESAN-KESAN FORUM SPIRITUAL MUDA MUDI ASIA

  • Forum spiritual ini mengajak kita untuk menaruh perhatian pada kehidupan dan kiprah kaum muda. Satu pesan penting saya selipkan di akhir pembicaraan saya bagi para peserta untuk tetap menaruh perhatian bagi hidup dan karya para muda. Alasannya karena mereka adalah pelanjut masa depan kita. Siapa pun mereka saat ini, toh pada mereka kita menaruh harapan kita untuk melanjutkan apa yang telah kita lakukan sekarang. Kegagalan mempersiapkan mereka sebagai orang-orang berkualitas dalam berbagai aspek kehidupan sama dengan kita tahu kapan semua hal baik dan mulia yang kita upayakan sekarang akan berakhir. Yakni pada saat masa kita berakhir dan mereka mau tidak mau harus mengambil alih tongkat kepemimpinan. Maka mari kita menaruh perhatian juga terhadap hidup mereka dan mempersiapkan mereka sebagai pribadi-pribadi yang berkualitas serta mendukung karya-karya mulia yang telah mereka lakukan seraya mengarahkan mereka pada jalan yang baik, benar dan menyelamatkan.
  • Kesaksian orang-orang muda berprestasi dalam forum ini memberikan optimisme tersendiri kepada kita bahwa di tengah pesimisme dan keraguan akan generasi zaman Now yang dilingkupi aneka glamour dunia sekarang, masih ada orang muda yang mampu membuat karya-karya mengagumkan bagi publik. Karena itu mari kita dukung mereka yang sudah berani memulai karya-karya luhur bagi kepentingan umum.
  • Kiranya momentum-momentum seperti ini makin menginspirasi kita semua untuk terus berjuang mengabdikan hidup kita untuk kemuliaan Tuhan dan semua sehingga kasih Tuhan sungguh tumbuh dan hidup serta dirasakan oleh banyak orang.
  • Dan untuk menggapai semuanya saya menampilkan di sini satu kalimat yang saya pakai mengakhiri ceramah saya pada Forum Spiritual Asia itu: kerendahan hati, keterbukaan hati, ketulusan adalah jalan-jalan ampuh yang menuntun kita bertemu Tuhan dan sesama serta berupaya bersama dengan niat tulus dan mulia guna menggapai kesejahteraan bersama.

Oleh: P. John Masneno, SVD (Tim Inti Pusat Spiritualitas Sumur Yakub Indo-Leste)

Tuesday, 07 August 2018 19:43

LOKARKARYA BIBLIODRAMA

Pusat Spiritualitas Sumur Yakub Indo-Leste menyelenggarakan Lokakarya Bibliodrama di Rumah Retret Syalom Batu Malang. Kegiatan selama 12 hari ini dilaksanakan pada tanggal 6-19 Juli 2018. Para peserta yang mengikuti kegiatan ini berjumlah 30 orang berasal dari berbagai kongregasi dan tempat pelayanan di Indonesia dan Timor Leste. Hadir juga dua misonaris Suster SSpS asal Indonesia yang sedang berkarya di luar negeri. Sr Veronika Lili, SSpS berkarya di Belanda dan Sr Maria Skolastika, SSpS berkarya di Bolivia. Mereka adalah biarawan-biarwati (Pastor-bruder-suster) yang berasal dari berbagai latar belakang karya pelayanan: di dunia kesehatan, pendidikan, formasi religius dan pelayanan parokial serta kategorial.

Kegiatan ini merupakan suatu tanggapan atas tuntutan profesionalisme dalam dunia karya pelayanan dan pewarta Kabar Gembira sesuai situasi dan tuntutan zaman sekarang. Seiring dengan perkembangan dunia sekarang ini maka para pewarta Sabda Tuhan dituntut mampu meng-up-date diri dengan kemampuan-kemampuan yang dibutuhkan sesuai profesinya sehingga Sabda Tuhan benar-benar menjadi kabar Gembira dan warta keselamatan bagi orang yang menerimannya. Profesionalisme yang dimaksud di sini bukan hanya soal kemampuan skill sebagai pewarta tetapi lebih dari dalam itu, seorang pewarta perlu mendalami jati dirinya sebagai pelayan Tuhan dan bagaimana berkarya sebagai abdi Tuhan. Karena relasi yang intim dengan Tuhan akan membantunya untuk hidup dan berkarya bernafaskan daya kasih dan penyelenggaraan Tuhan sesuai profesinya sebagai pelayan Tuhan.

Menyadari tuntutan tersebut, pihak Pusat Spiritualitas Sumur Yakub Indon-Leste yang bekerja sama dengan pihak AJSC (Arnold Janssen Spirituality Center) di Steyl-Belanda menyelenggarakan kegiatan Bibliodrama tersebut guna membantu para peserta mendalami hakikat diri dan hidup seorang pewarta Sabda Tuhan. Pastor Yanuarius Lobo, SVD, selaku Direktur Pusat Spiritualitas Sumur Yakub mengajak para peserta agar menggunakan Lokakarya Bibliodrama ini untuk memperdalam identitas diri sebagai Murid dan Rasul Tuhan yang dipanggil dan diutus mewartakan Sabda Tuhan sesuai tugas dan karya pelayanan yang dijalankan. Hal ini penting karena hanya dengan identitas diri yang jelas, seorang pewarta Sabda Tuhan akan mengarahkan dirinya, hidupnya dan karyanya sesuai identitas dirinya sebagai murid dan Rasul Tuhan,
Seiring dengan harapan tersebut, Pater Tony Bon Pates, SVD dari AJSC Steyl- Belanda mengajak para peserta agar mengikuti program Bibliodrama ini sebagai suatu perjalanan rohani bersama Sang Sabda dalam semangat dan suka cita Roh Kudus. Kesediaan membuka diri pada bimbingan Roh Allah dengan penuh sukacita, menurut Pater Tony, menjadi suatu gerbang lebar bagi peserta untuk mendalami betapa kayanya hikmah Sabda Tuhan yang berperan besar membantu manusia hidup dalam bimbingan dan rahmat kasih Tuhan.

Sepanjang proses dua minggu lokaretret ini, para peserta mengalami langsung bagaimana mereka dituntun dari sesi ke sesi menyadari betapa dalam dan kayanya Sabda Tuhan untuk direnugkan dan didalami pesannya. Aneka metode dan dinamika yang dipakai dalam lokakarya ini menghantar para peserta menyadari menemukan kekayaan pesan yang terkandung dalam setiap teks yang didalami.
Mereka mengakui bahwa proses Bibliodarama ini menghantar mereka menemukan bahwa teks-teks Sabda Tuhan yang sudah lama mereka ketahui, baca dan bahkan sering kotbahkan ternyata punya kekayaan yang luar biasa. Semuanya tergantung bagaimana cara membaca dan mendalaminya. Semakin kreatif mendekatkan diri pada Sabda Tuhan dalam bimbingan Roh Kudus, semakin kita diperkaya dengan begitu banyak pesan yang menyapa kita dan mengarahkan kita sesuai situasi hidup kita.

Kunci utama dalam proses ini yakni membiarkan diri dituntun oleh Roh Allah melalui teks yang didalami. Jadi bukan kita yang memberikan interpretasi atas Sabda Tuhan tapi bagaimana membiarkan diri kita diinspirasi oleh Roh Allah melalui Sabda Tuhan yang sedang direnungkan. Pater Tony memberikan ‘alarm’ bagi para peserta bahwa salah satu bahaya besar bagi seorang pewarta Sabda Tuhan adalah membaca dan memwartakan Sabda Tuhan dari perspektif dan pemahaman dia, bukan dari perspektif pesan Sabda Tuhan itu sendiri. Sebab itu, Pater Tony, yang sudah berkarya di bidang ini puluhan tahun dan membimbing para religius di berbagai Negara, mengajak peserta sepanjang proses ini untuk ‘turun dari kepala ke hati’ dan lebih menggunakan sisi nurani (intuisi spiritual) karena di sana Allah bertahta dan menuntun setiap anak manusia untuk hidup menurut bimbingan Roh Allah.

Beliau juga menekankan pentingnya menyadari identitas diri sebagai pelayan Tuhan. Kejelasan identitas diri seorang pelayan dan pewarta Sabda Tuhan akan mendorong dia di tengah aktifitas pelayanannya untuk mencari ruang dan waktu guna mengakrabkan diri dengan Tuhan yang memanggil dan mengutusnya menunaikan tugas pewartaan SabdaNya. Semakin intens dan dalam membangun relasi dengan Allah Tritunggal secara genuine, semakin membantu sang pelayan Tuhan dalam hidup dan karya pewartaanNya. Dia akan makin berupaya mengedepankan kehendak Tuhan, bukan kepentingan dan keingingan dirinya.

Jadi inti perjalanan rohani dalam kegiatan Bibliodrama ini sebenarnya mau menghantar peserta tidak saja memperdalam Sabda Tuhan dengan aneka medote dan dinamika. Lebih dari itu, para peserta dituntun pada hakikat diri mereka sebagai pelayan Tuhan. Atau dengan kata lain bagaimana hidup bernafaskan kehendak Tuhan sehingga hidupNya menjadi hidup kita, misiNya menjadi misi kita. Maka kegiatan ini juga sebenarnya merupakan penyegaran rohani akan jati diri para peserta yang adalah religius yang dipanggil menjadi Sabda yang hidup di tengah dunia sekarang ini.

Para peserta sungguh merasakan ‘karya roh’ dan pencerahan yang didapatkan dari proses ini. Dari pesan dan kesan mereka yang disampaikan di akhir kegiatan terungkap jelas di sana bahwa mereka sangat senang dengan kegiatan ini karena mereka dapatkan banyak hal bagi hidup dan karya pelayanan mereka. Setelah mendapatkan pencerahan dan penygaran rohani melalui perjalanan rohani Biliodrama ini, mereka berkomitmen untuk makin mengarahkan hidup mereka sesuai hakikat diri sebagai murid Tuhan dan berupaya melaskanakan modul-modul yang mereka buat dalam Lokakarya dalam karya pewartaan mereka baik secara pribadi maupun sebagai tim entah di dunia pelayanan pendidikan, formasi religius, kesehatan, parokial dan kategorial lainnya.
Kiranya Tritunggal Mahakudus yang memanggil dan mengutus para abdiNya ini terus membantu mereka mengaplikasikan hal-hal yang didapatkan dalam program Bibliodrama ini sehingga Tuhan dan SabdaNya makin dikenal, dicintai dan diandalkan dalam hidup banyak orang.

(Oleh P. John Masneno, SVD, Tim Sumur Yakub)

Sebanyak 9 orang suster SSpS dari berbagai provinsi SSpS di Indonesia mengikuti retret di Rumah Retret SVD Graha Wacana Ledug pada tanggal 18-26 Juni 2018. Kegiatan rohani yang diselenggarakan oleh Pusat Spiritualitas Sumur Yakub Indo-Leste ini merupakan suatu persiapan bagi para peserta menyongsong Yubileum perak kaul kebiaraan mereka. Ke-9 Suster Yubilaris yang menghadiri Retret ini yakni: Sr. Hironima, SSpS, Sr. Antonie Maria, SSpS, Sr. Anna Maria, SSpS dan Sr. Odilia, SSpS (dari Provinsi SSpS Flores Bagian Timur); Sr. Natalia, SSpS dan Sr. Roberta, SSpS (dari Provinsi SSpS Jawa); Sr. Agustina, SSpS, Sr. Raimunda, SSpS dan Sr. Adolfina, SSpS (dari Provinsi SSpS Timor).   

Selama delapan hari ziarah rohani ini para yubilaris dituntun merenungkan kiprah perjalanan hidup mereka sebagai biarawati berkaul yang telah hidup dalam kaul kebiaraan mereka selama 25 tahun. Pater Tony Bon Pates, dari AJSC (Arnold Janssen Spiritual Center) Steyl Belanda, mengajak para peserta pada sesi ini menyadari betapa penting membuat MEMORI dalam hidup. Karena dengan proses membuat memori, orang dibantu menemukan makna hidup dan kiprah karya pelayanannya.  Dengan menyadari hal tersebut, menurut Pater Tony, kita dibantu untuk menyadari bahwa hidup setiap anak manusia punya tujuan yang bersumber dari Tuhan sebagai pencipta dan penjamin hidup manusia. Semakin mengenal diri sesuai identitas diri kita, kita akan makin berusaha mengarahkan hidup kita sesuai jati diri kita dan mengandalkan Tuhan sebagai aktor utama dalam siarah hidup dan terlebih dalam karya pelayanan seorang abdi Tuhan.

Ada banyak sharing mengesankan dalam proses memori ini khususnya melalui dinamika-dinamika yang menghantar para yubilaris untuk melihat bagaimana Tuhan mengungkapkan cinta dan perhatianNya dalam hidup dan ziarah hidup berkaul mereka. Banyak pengalaman iman disharingkan oleh para suster abdi Roh Kudus yang sungguh menemukan karya penyelenggaraan Tritunggal Mahakudus dalam siarah hidup berkaul mereka hingga memasuki tahun yang ke-25 ini. Pengalaman-pengalaman iman yang mereka alami baik secara perorangan maupun secara komunal makin meneguhkan mereka dalam langkah siarah kemuridan bersama Tuhan melalui hidup berkaul yang mereka ikrarkan dan hayati.

Para peserta juga dituntun melihat hidup dan karya pelayanan yang sedang jalankan sekarang agar makin diarahkan sesuai arah hidup mereka sebagai orang-orang berkaul. Kaul-kaul, menurut Pater Tony, merupakan sarana yang bisa menghantar orang-orang yang mengikrarkannya agar berupaya mengikuti hidup Yesus yang miskin, murni dan taat pada kehendak Bapa. Karena itu kaul-kaul bukan soal ritualnya tapi soal niat dan tekad untuk mengikuti Yesus dalam hidup nyata.

Untuk itu para misionaris SSpS ini diarahkan untuk makin mendekatkan diri dengan Allah Tritunggal Mahakudus sehingga jati diri mereka makin diperkokoh dalam relasi dalam dan bersama Tritunggal Mahakudus, pemilik misi dan pemberi mandat misi kepada para misionaris.

(oleh P. John Masneno, SVD, Tim Sumur Yakub)

Thursday, 28 June 2018 13:44

JUST DO IT!

Slogan 'Just Do It!' mungkin tidak asing bagi telinga kita. Bagi penggemar sepatu olah raga "Nike", slogan ini sudah meresap dalam sanubarinya. Tentu saja, dalam dunia olah raga yang sarat akan kompetisi, slogan ini menjadi cocok dan terdengar pas rasanya. Apa yang awalnya dirasa berat dan sulit, bila kita perdengarkan slogan ini, semuanya menjadi mungkin dan bisa terasa lebih ringan. Just do it!

Seringkali dalam hidup ini juga kita rasakan demikian. Banyak persoalan dan tantangan hidup yang membutuhkan perhatian kita agar keseimbangan hidup kita terjaga. Acapkali kita seperti Santu Petrus yang merasa bimbang dan ragu-ragu untuk melangkah dan mengambil keputusan, takut manakala keputusan itu nantinya akan berdampak ini dan itu. Tapi satu hal yang hendaknya dipegang oleh pengikut Kristus adalah janji-Nya adalah ya dan amin, dan kita diminta untuk berserah penuh terhadap kehendak-Nya. Roh Kudus akan membimbing dan menuntun setiap langkah kita, asalkan kita juga memelihara dan mengimani Roh Kudus sebagai roh pembimbing kita. Hal ini hanya dapat kita rasakan bila kita bergaul erat dengan Roh Kudus. Discernment atau upaya pembedaan Roh untuk memilih yang terbaik dan paling tepat akan dirasakan bagi mereka yang berserah penuh terhadap kehendak-Nya. Rasul Paulus juga telah membuktikan kebenaran hal ini dalam hidupnya sendiri.

Mari kita belajar dari teladan St. Petrus dan St. Paulus, dua tokoh misionaris besar dalam Gereja Katolik. Tiada hari berlalu tanpa pewartaan Firman Tuhan dari mulut mereka, tiada hari berganti tanpa kesaksian hidup yang mereka sebarkan di seluruh kota yang mereka lalui. Keberanian, kegigihan, keuletan, dan semangat pantang menyerah mereka sungguh luar biasa. Padahal bila kita membaca latar belakang St. Paulus sebelum ia bertobat, sungguh merupakan pembalikkan seratus delapan puluh derajat dari apa yang ia lakukan setelah bertobat. Hal ini membuktikan bahwa tidak ada yang mustahil bagi Tuhan. Ia sanggup mengubah segala sesuatu yang terlihat tidak mungkin menjadi mungkin adanya. Kuncinya: Just do it! Lakukan saja apa yang menjadi bagian kita dan Tuhan akan menyelesaikan sisanya bagi kita.

Dalam kehidupan kita sehari-hari, hal yang tersulit untuk mencapai sesuatu adalah langkah awal/langkah pertama yang harus kita lakukan. Tanpa langkah awal tersebut, niscaya tidak ada prestasi yang akan kita capai. Hal itulah yang menjadi tantangan untuk setiap pekerjaan atau niat apapun yang hendak kita lakukan. Orang yang berniat merampingkan tubuhnya tidak pernah akan terwujud bila dia tidak pernah memulai berusaha mewujudkan niatnya itu. Begitu niat lain tidak pernah akan terwujud tanpa perjuangan mewujudkannya. Apakah itu mudah? Jawabannya sama sekali tidak! But, just do it! Tidak ada keberhasilan yang dicapai secara instan, semua butuh proses dan dalam proses tersebut suka dan duka kerapkali menghampiri. Proses jatuh-bangun itulah yang menentukan karakter seseorang, apakah nantinya akan menjadi tahan uji atau tidak. So, sekali lagi, just do it!

Jadi, sapaan Tuhan hari ini ingin menekankan kepada kita pentingnya dua hal yakni percaya dan lakukan -believe in God and just do it! Kemuridan Santu Petrus dan Santu Paulus mengajarkan kita bahwa kita tidak perlu meragukan tuntunan Tuhan dan Roh Kudus akan membawa kita ke mana, jalan di depan kita mungkin terlihat gelap dan sempit, tapi Tuhan punya cara memberikan mahkota kemenangan bagi kita yang telah menyelesaikan perlombaan kehidupan ini...

Tuhan, bantulah kami mengikuti teladan hidup Santu Petrus dan Santu Paulus yang rela meninggalkan segalanya demi mengikuti Dikau. Semoga kamipun mampu berjuang dari waktu ke waktu mewujudkan kemuridan kami dalam mengikuti Dikau. Amin.

Oleh dr. Yudy (berkarya di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta)

19 Frater SVD yang baru saja menyelsaikan masa formasi di Seminari Tinggi Santu Paulus Ledalero Maumere Flores NTT ditahbiskan menjadi Diakon. Upacara pentahbisan ke-19 Diakon itu berlangsung di Kapela Seminari Tinggi Ledalero pada hari Minggu, 3 Juni 2018. Ke-19 Diakon yang ditahbiskan adalah:

  1. Diakon Boysala, Adrianus, SVD
  2. Diakon Eureka Lorenzo Raymond, SVD
  3. Diakon Gyovani Rante, Agustinus, SVD
  4. Diakon Kalndija, Yanuarius, SVD
  5. Diakon Klau, Marselinus, SVD
  6. Diakon Manek Clementinus Saverius, SVD
  7. Diakon Naben, Rofinus, SVD
  8. Diakon Nasrudin Vitalis, SVD
  9. Diakon Ngara Wula Laba, Bonaventura, SVD
  10. Diakon Pati Ea, Martinus Vianey, SVD
  11. Diakon Purnawan Budiarti, Yohanes, SVD
  12. Diakon Reldi, Inosensius, SVD
  13. Diakon Remet Tejo Neno, Yustinus, SVD
  14. Diakon Sareng, Dionisius, SVD
  15. Diakon Seran, Yohanes Wolfhardus Kenedy, SVD
  16. Diakon Setu, Fransiskus Aprianus, SVD
  17. Diakon Suni Nono, Florianus, SVD
  18. Diakon Tan, Petrus, SVD
  19. Diakon Wewo, Yohanes Paulus, SVD

Uskup pentahbis, Mgr. Vinsensius Potokota, Pr, dalam amananatnya menekankan peran para Diakon dalam tugas  pelayanan Gereja dan mengkaitkannya dengan makna Hari Raya Tubuh dan Darah yang dirayakan pada hari yang sama. Mgr. Sensi mengajak para Diakon agar menyadari diri sebagai orang-orang yang dipilih dari tengah umat dan ditahbiskan guna meneruskan karya pelayanan Yesus Kristus yang diutus Bapa untuk menghadirkan cinta dan perhatian Tuhan kepada umatNya melalui hidup dan karya pelayananNya.

Karena itu Uskup Keuskupan Agung Ende ini menegaskan bahwa tahbisan Diakon bukan suatu upacara sederhana dan juga bukan semata suatu rangkaian ritus Gereja bagi para calon Imam sebelum ditahbiskan menjadi Imam. Tahbisan Diakon sesungguhnya merupakan suatu upacara mulia dan penuh makna karena melalui upacara tersebut seorang Diakon dicurahi Roh Kudus, Roh Penyelenggara agar mereka menghadirkan Roh Krisuts dalam karya pelayanan diakonat kepada Tuhan dan sesama.

Maka seorang Diakon harus hidup dalam semangat Roh Kristus yang selalu mau berkorban demi kepentingan umat Allah. Dan supaya tetap disemangati Roh Kristus maka para Diakon hendaknya setia mendekatkan diri pada Tuhan dan sabdaNya sebagaimana diamanatkan Uskup saat memberikan Kitab Suci dan Ibadat Harian: terimalah Injil Yesus Kristus dan Ibadat Harian ini, berusahalah agar apa anda bacakan, anda percaya, yang anda percaya, anda ajarkan, yang anda ajarkan, anda laksanakan.  Dan berdoalah demi kemuliaan Allah dan demi kepentingan Gereja-Nya yang kudus.

Senada dengan hal tersebut, Pater Provinsial SVD Ende, P. Lukas Jua, SVD, dalam sambutannya mengajak para Diakon yang baru saja ditahbiskan agar dalam menjalankan tugas Diakonat perlu mencotohi semangat Yesus yang rela berkorban. Diakon perlu mengobarkan waktu untuk melayani Tuhan dan sesama. Diakon mesti rela meninggalkan diri dan kepentingannya sehingga lebih banyak waktu digunakan untuk melayani sesama. Seorang Diakon bukan hanya menunggu didatangi umat tetapi harus keluar mengunjungi umat khususnya membawa komuni  kudus kepada orang-orang sakit dan para jompo.

Di akhir sambutannya Pater Lukas mengajak umat dan semua yang menghadiri upacara tahbisan tersebut untuk terus mendoakan para Diakon yang baru saja ditahbiskan agar mereka tekun setia menjalankan tugas Diakonat yang dipercayakan kepada mereka dan agar dijauhkan dari segala pengaruh buruk sehingga pada waktunya mereka layak ditahbiskan sebagai Imam Tuhan.

Para Diakon baru ini akan menjalankan tugas Diakonat mereka di Keuskupan Agung Ende, Keuskupan Maumere dan Keuskupan Larantuka. Dan setelah tahbisan Imam nanti, mereka akan bermisi di tempat-tempat misi sesuai penempatan saat mereka berkaul kekal. Ada beberapa orang yang akan berkarya di dalam wilayan Indonesia dan sebagian besar dari mereka akan berkarya di wilayah-karya SVD di luar negeri baik di wilayah Asia, maupun di benua Amerika, Benua Afrika dan benua Eropa.

Para Imam alumni Seminari Tinggi St. Paulus Ledalero dan Seminari Tinggi St. Petrus Ritapiret Thabisan 1982 mengadakan Reuni Angkatan di Lampung. Kegiatan reuni ini dilaksanakan di Rumah Retret Keuskupan Tanjung Karang Bandar Lampung pada tanggal 9-16 April. Hadir dalam kegiatan reuni ini seorang bapak keluarga (Bapak Theodorus Bate) yang juga adalah mantan teman kelas angkatan ini. Beliau mewakili teman-teman awam angkatan ini yang memilih jalan hidup sebagai awam Katolik.

Dalam misa pembukaan Pater Vinsentius Wun, SVD, selaku Wakil Ketua Reuni, mengajak teman-teman seangkatannya yang mengikuti kegiatan ini agar menggunakan kesempatan tersebut tidak sekedar menjadi moment jumpa kangen teman angkatan.  Lebih dari itu, menurut Pater Vinsen, yang sekarang menjabat sebagai Vikjen Keuskupan Atambua, hendaknya kegiatan reuni menjadi kesempatan emas untuk merenungkan hidup dan karya pelayanan mereka sebagai Imam Allah. Karena itu mengacu pada sikap iman Nikodemus dalam Injil yang direnungkan dalam Misa pembukaan tersebut, mantan Provinsial SVD Timor ini mengajak peserta reuni untuk menggunakan moment selama seminggu itu untuk mendegarkan Yesus Sang Guru sumber kebijaksanaan dan  kebenaran sejati demi langkah hidup dan pengabdian mereka selanjytnya sebagai Rasul Tuhan.

"Hidup sebagai pelayan Tuhan dan umatNya  diliputi pergulatan dan perjuangan. Sebab itu kita butuh waktu seperti yang dilakukan Nikodemus untuk bertemu Yesus dan membuka diri dicerahi oleh kebijaksanaan-Nya agar kita makin menemukan kekuatan, kesegaran baru dan petunjuk dalam menjalani realita hidup demikian," ungkap Pater Vinsen di akhir kotbahnya.

Reuni sepekan ini diisi dengan aneka kegiatan. Dua hari pertama diisi dengan input mengenai upaya memaknai dan mengisi masa pensiun mengingat usia para Imam angkatan ini rata-rata antara 65-70 tahun dan akan memasuki masa pensiun. Karena itu Bpk. Hillon I. Goa, sebagai Narasumber pada sesi dua hari input ini, menuntun para peserta reuni untuk merenungkan dan memaknai kiprah hidup dan pengabdian mereka sebagai Imam Tuhan dan pelayan umat yang sudah dijalankan selama kurang lebih 36 tahun.

Hal lain yang didalami juga pada sesi ini yakni ajakkan agar para pelayan Tuhan ini mulai memikirkan dan merancang kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan pada masa pensiun sehingga masa ini tidak menjadi masa stagnan dari karya pengabdian sebagai Imam tetapi justru menjadi Golden Age di mana hidup dan karya mereka makin berbuah limpah bagi sesama. Mereka juga diberi kesempatan merenungkan potensi dan  kemampuan yang mereka miliki sebagai modal dasar untuk upaya transformasi hidup dan karya di masa pensiun nanti.

Menindaklanjuti input bernas dari Pak Hillon, motivator nasional ini, para peserta meluangkan dua hari berikutnya untuk mensharingkan pengalaman hidup dan karya mereka. Setiap peserta diberi kesempatan membagikan pengalaman mereka dan niat serta rencana mereka guna mengisi masa pensiun yang sudah diambang pintu.

Sharing menarik juga disampaikan oleh Bpk. Theo Bate mengenai upaya mereka sebagai awam yang berjuang mewartakan Sabda Tuhan dan ajaran Kristiani dalam lingkup kerja mereka. Sebagai trainer dan motivator bagi karyawan karyawati di perusahaan-perusahaan, beliau berupaya mengimplementasikan nilai-nilai injil yang sifatnya universal dalam kariernya.   Beliau juga berupaya mewartakan pesan-pesan bijaksana berdasar pada Injil juga bahan-bahan yang diberikan dalam kegiatan training termasuk etos-etos kerja yang bernuansa Kristiani tetapi dibahasakan dalam konteks umum sehingga bisa diterima oleh public karena nilai-nilai itu berlaku untuk siapa saja tanpa kenal SARA.

Hal menarik lainnya yang terungkap dalam sharing-sharing para pastor yakni bagaimana cara pandang mereka terhadap masa pensiun. Dalam sharing pengalaman hidup, doa-doa spontan dan renungan-renungan saat perayaan ekaristi bersama hari-hari reuni ini jelas mengungkapkan cara pandang mereka terhadap masa pensiun sesuai identitas diri mereka. Hampir semua peserta melihat masa pensiun bukan sebagai masa berakhirnya karier yang sudah dilakukan bertahun-tahun. Bagi mereka, masa pensiun justru dilihat sebagai masa transformasi di mana mereka perlu menyesuaikan hidup dan karya pelayanan mereka sesuai faktor usia dan kondisi fisik mereka di usia senja mereka tetapi bukan berhenti berkarya. Hal ini tidak terlepas dari cara pandang mereka tentang jati diri dan status mereka sebagai Imam Allah yang sifatnya kekal.

Mindset demikian membuat mereka melihat masa pensiun bukan sebagai moment berhenti berkarya tetapi moment makin mentransformasi ilmu dan pengalaman hidup yang telah mereka dapatkan selama ini ke dalam bentuk pelayanan lain yang cocok dengan usia mereka. Dengan demikian meskipun mereka sudah tidak aktif lagi berkarya seperti yang mereka lakukan selama ini, mereka tetap menjalankan tugas Imamat mereka hingga akhir hayat.

Dari sharing-sharing mereka jelas terlihat bahwa komitment untuk terus mengabdi sebagai Imam hingga ajal bukan niat dadakkan tetapi sudah lama terformat dalam diri mereka. Dari testimoni mereka terbaca di sana bahwa pola pikir bahwa pengabdian berlangsung seumur hidup diteguhkan juga dalam pengalaman mereka khususnya pengalaman menghadapi tantangan dan kesulitan entah berupa problem-problem pastoral yang pernah mereka alami maupun pengalaman sakit serta aneka situasi lainnya. Semuanya itu makin meneguhkan iman mereka akan kesetian dan keagungan kasih serta kuasa penyelenggaraan Tuhan dalam hidup mereka khususnya di saat mereka mengalami tantangan dan kesulitan. Karena alasan-alasan itulah membuat mereka tetap teguh dalam komitment untuk tetap hidup dan berkarya sebagai Imam Tuhan termasuk di saat masa pensiun hingga ajal menjemput mereka.

Pihak Pusat Spiritualitas Sumur Yakub Indo-Leste mengunakan momentum ini juga untuk menyampaikan apresiasi yang tinggi kepada para Imam ini yang telah mengambil bagian dalam karya misi Gereja hingga usia Imamat mereka yang sudah memasuki 36 tahun. Pergulatan hidup sebagai Imam dan pelayan umat sekian lama membuat mereka makin matang dan dewasa dalam iman akan Tuhan dan dalam hidup sebagai pembawa rahmat Tuhan. Tidaklah berlebihan bila dikatakan bahwa mereka sudah tergolong sebagai 'nara sumber hidup' dalam konteks hidup imamat dan karya sebagai misionaris Allah. Alasannya karena sudah teruji dalam perjalanan waktu seusia imamat mereka.

Karena itu Pihak Sumur Yakub juga mengundang dengan hormat para 'nara sumber kehidupan' ini agar berkenan membagikan ilmu-ilmu kehidupan dan iman mereka akan Tuhan melalui program-program rohani yang diselenggarakan oleh sentrum spiritual ini atau melalui event-event rohani lainnya sehingga makin banyak orang dicerahi oleh input-input bernas dan kesaksian iman mereka.

Selain kegiatan-kegiatan rohani, sesi input dan sharing pengalaman, peserta reuni juga meluangkan waktu untuk kegiatan ‘outing’. Ada beberapa tempat yang sempat dikunjungi reuniers antara lain tempat wisata Pantai Sari Ringgi dan Pulau Tanjung Putus.

Selain ke tempat wisata umum tersebut, para peserta juga meluangkan waktu bertemu Bapak Uskup Tanjung Karang, Mgr. Yohanes Harun Yuwono di kediaman beliau.

Reuniers juga mengunjungi beberapa biara, sekolah dan Rumah Sakit yang ada di sekitar Bandar Lampung seperti RR La Verna, Biara Suster-Suster Belaskasih dari Hati Yesus yang Mahakudus (HK) dan Rumah Sakit Santa Anna.

Adapun beberapa kegiatan kemanusiaan yang dilakukan reuniers dalam temu teman angkatan ini yakni mengalang dana bantuan untuk salah satu keluarga teman angkatan mereka dan juga menyumbang dana sesuai kemampuan mereka kepada kedua lembaga almater mereka yakni Seminari Tinggi Ledalero dan Ritapiret.

Dalam acara penutupan P. Bernadus Boli Ujan, SVD selaku Ketua Panitia Reuni menyampaikan ucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada para peserta dan semua pihak khususnya para donatur yang telah mengambil bagian menyukseskan kegiatan reuni ini. Ucapan terima kasih juga dialamatkan kepada pihak Pengurus Pusat Spiritualitas Sumur Yakub Indo-Leste yang dengan rela turut mengambil bagian dalam kegiatan reuni ini. Kehadiran Pengurus Sumur Yakub, menurut Pater Boli, menjadi bukti nyata adanya dukungan dan perhatian dari para Pimpinan Kongregasi dan institusi Gereja. Karena itu mantan Sekretaris Komisi Liturgi KWI ini mengajak para peserta agar terus menjalin komunikasi di antara mereka dan semua pihak guna saling meneguhkan dan menguatkan di langkah hidup dan karya pelayanan mereka selanjutnya.

Kiranya kesegaran dan pencerahan serta peneguhan yang didapatkan selama kegiatan reuni ini turut memantapkan niat dan rencana para abdi Tuhan ini di jenjang pengabdian selanjutnya. Tuhan yang telah memanggil dan mengutus para abdi-Nya pasti senantiasa menyertai dan memberkati memberkati hidup serta karya pengabdian Para Pastor sekalian.
Salam dan berkat selalu dalam Tritunggal Mahakudus.

Oleh P. John Masneno SVD
(Sekretaris Eksekutif Pusat Spiritualitas Sumur Yakub Indo-Leste)

 

Pertama-tama kami, para Suster dari Kongregasi RVM (Religious of the Virgin Mary), yang mengikuti retret Sumur Yakub ini patut mengucap syukur kepada Tuhan karena boleh mengalami kesempatan berahmat ini. Kami yang mengikuti retret ini adalah para suster RVM yang sudah berkaul kekal dan sedang berkarya berbagai komunitas dan tempat pelayanan kami di beberapa tempat di Distrik RVM Indonesia. Kami meminta Pater John Masneno, SVD dari Pusat Spiritualitas Sumur Yakub Indo-Leste sebagai pendamping retret tahunan kami ini. Retret Tahunan kami selenggarakan di PSMI (Pusat Spiritulitas Muder Ignacia) di So’E, Kabupaten TTS-NTT pada tanggal 2-8 Desember 2017.  Kami, 12 suster peserta dari angkatan kaul yang berbeda, memilih tempat ini karena suasana alamnya cocok untuk kegiatan ‘menyepi’ kami selama seminggu ini.

Niat kami ber-12 yang mengikuti retret ini yakni mau menggunakan momen penghujung tahun 2017 untuk merenungkan kehidupan kami baik secara pribadi maupun bersama serta ‘menghirup udara segar rohani’ setelah setahun menyibukkan diri dengan aneka aktifitas karya pelayanan yang Tuhan percayakan kepada kami melalui kongregasi kami. Kami juga berniat menggunakan kesempatan berahmat ini untuk menimba kekuatan rohani guna melanjutkan tugas kerasulan di tahun baru nanti. Dan kami sungguh merasakan retret sepekan ini sebagai momen refreshing rohani untuk kami.

Kesan kami semua yang mengikuti retret ini yakni retret yang diberikan oleh pihak Pusat Spiritualitas Sumur Yakub ini memberikan suatu ‘warna’ spiritual tersendiri bagi kami. Memang kegiatan retret tahunan ini sudah biasa kami lakukan, sebagai suatu kewajiban kami sebagai religious, sebagaimana yang dilakukan oleh kongregasi lain juga. Namun pengalaman yang kami alami dalam Retret seminggu ini membuat kami sungguh-sungguh mengalaminya sebagai momen perjumpaan dengan Tuhan dan sekaligus moment berdialog dengan diri serta sesama suster sekongregasi yang mengikuti retret ini. Banyak hal baru dan inspirasi-inpirasi bernas yang kami dapatkan sepanjang hari-hari retret ini. Tema-tema yang didalami dan flow serta dinamika dari hari ke hari sepanjang sepekan retret ini membuat kami makin intens merenungkan hidup pribadi kami, kebersamaan kami dalam komunitas serta tugas-tugas yang Tuhan percayakan kepada kami. Benar bahwa ada beberapa point-point refleksi yang sudah sering kami dalami tetapi flow, cara dan dinamika yang dipakai sebagai sarana-sarana penghantar sangat besar bantuannya bagi kami para peserta sehingga kami semakin dituntun dari tahap ke tahap sejak hari pertama hingga hari terakhir untuk mendalami kehidupan dan karya kami baik secara pribadi maupun sebagai suatu kongregasi.

Bahan refleksi dari Kitab Suci dan ide-ide inspiratif selingi lagu, sharing, film dan input-input bernas membuat kami makin segar dan cerah sepanjang retret ini. ‘Kemasan-kemasan baru’ atas bahan-bahan yang sudah lama ada menjadikan pekan rohani luar biasa. Sungguh menjadi suatu ‘oase spiritual’ bagi kami dan rasanya satu pekan terlalu singkat.
Saya mau menyebutkan di sini beberapa hal bagus yang kami dapatkan dalam proses pendalaman bahan antara lain:

  • Kami dituntun dengan dinamika-dinamika menarik guna merenungkan dan mensyukuri segala rahmat Tuhan yang telah kami peroleh selama ini yang tak terhitung banyaknya. Terutama rahmat panggilan hidup sebagai seorang religius.  
  • Kami juga diarahkan mendalami satu hal penting terkait identitas diri kami sebagai orang-orang yang dikasihi Allah. Pada sesi ini kami merenungkan bagaimana Tuhan menata hidup setiap kami dan memperlakukan kami secara istimewa melalalui orang-orang yang mencintai kami terlebih cinta dari orang tua dan sanak keluarga sebagai orang yang paling dekat dalam hidup kami sebelum menjadi seorang religius.
  • Pendalaman lain yang tak menarik adalah permenungan tentang ‘kepercayaan Tuhan atas diri kami sebagai abdi dan rasul-rasulnya. Allah memanggil, memilih dan mengutus kami bukan sebagai orang-orang sempurna atau malaikat tetapi sebagai manusia biasa dengan segala keterbatasan, kami dipanggil dan diberi tugas untuk mewartakan cinta dan kebaikanNya melalui tugas pelayanan yang dipercayakan oleh kongregasi.
  • Hal yang menarik dan indah yakni di hari-hari terakhir dari retret ini, kami diberi kesempatan untuk saling memberi apresiasi satu sama lain. Mengagumi dan melihat potensi dati setiap suster adalah hal yang menarik demi penugasan untuk karya-karya  pelayanan agar lebih efektif dan berdaya guna. Di sini kami sungguh menyadari arti dari kehadiran orang lain/sesama dalam hidup bersama.  Bahwa kehadiran mereka memberi  ispirasi dan turut mengukir sejarah ziarah perjalanan hidup saya. Kamipun dituntun guna menyadari bahwa ini adalah suatu bukti nyata bahwa Tuhan tidak pernah membiarkan saya berjalan sendiri menapaki perjalanan panggilan hidup ini.
  • Dalam kehidupan bersama tak luput dari pengalaman pahit dan getirnya hidup namun  hal positif yang perlu dibuat adalah membangun niat untuk berusaha melihat sisi positif dari setiap pengalaman hidup dengan demikian dapat menikmati hidup/enjoy life.  

Sebagai akhir kata, kami mau mengungkapkan rasa syukur dan terima kasih kami atas kesempatan berahmat ini dengan kata-kata berikut:
Ketika kita sungguh-sungguh mau membuka hati dengan tulus pada Tuhan dan mengikuti bimbingan Roh-Nya dengan segala situasi diri dan hidup kita apa adanya maka Roh Tuhan akan membimbing kita memaknai hal-hal yang biasa menjadi hal-hal yang luar biasa sehingga kita makin mengakui bahwa memang Allah kita sungguh luar biasa. Pengalaman iman demikian meneguhkan kita untuk semakin maju dalam hidup dan karya misi yang dipercayakan Tuhan kepada kita bukan karena kita hebat tetapi karena didasarkan pada iman yang teguh akan kehadiran dan penyelenggaraan Rahmat Tuhan senantiasa yang setia memampukkan kita yang biasa dan tak sempurna ini menjadi sarana keselamatan dan berkat bagi sesama melalui hidup dan pengabdian kita.

Oleh Sr. Maria Hildegardis Timuneno, RVM

Page 3 of 5

Kegiatan Terbaru

...sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa (Yohan...

25 October 2023
...sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa (Yohanes 15:5)

Bagaimana menyelaraskan nilai-nilai iman sejati dengan kecanggihan art...

PERAN SABDA DALAM GEREJA MISIONER

19 October 2022
PERAN SABDA DALAM GEREJA MISIONER

Pada hari Sabtu, 15 Oktober 2022 yang lalu, Komunitas Verbum Domini (K...

BILBE ZOOM IV PUSPITA SUMUR YAKUB BERSAMA KARDINAL SUHARYO

18 October 2022
BILBE ZOOM IV PUSPITA SUMUR YAKUB BERSAMA KARDINAL SUHARYO

Bible Zoom-Youtube Live-Streaming diadakan lagi oleh Tim Pengurus Pusa...

BILBE ZOOM III PUSPITA SUMUR YAKUB BERSAMA MGR. DR. SILVESTE...

16 October 2022
BILBE ZOOM III PUSPITA SUMUR YAKUB BERSAMA MGR. DR. SILVESTER SAN

Tim Pengurus Pusat Spiritualitas (Puspita) Sumur Yakub SVD-SSpS Indone...

BILBE ZOOM II PUSPITA SUMUR YAKUB BERSAMA P. LUKAS JUA, SVD

14 October 2022
BILBE ZOOM II PUSPITA SUMUR YAKUB BERSAMA P. LUKAS JUA, SVD

Tim Pengurus Pusat Spiritualitas (Puspita) Sumur Yakub SVD-SSpS Indone...

Tentang Kami

Nama yang dipilih untuk sentrum ini adalah “Pusat Spiritualitas Sumur Yakub” yang mempunyai misi khusus yaitu untuk melayani, bukan hanya anggota tarekat-tarekat yang didirikan Santu Arnoldus Janssen saja tetapi untuk semua... selebihnya

Berita Terbaru

©2025 Sumur Yakub - Pusat Spiritualitas. All Rights Reserved.

Search