Ketua Komisi Pastoral Migran dan Perantau Konferensi Waligereja Filipina menyambut baik putusan sebuah pengadilan di Kuwait untuk menghukum mati majikan dari seorang buruh migran Filipina yang menjadi korban pembunuhan.
Uskup Ruperto Santos menyebut putusan itu sebagai “berita yang sangat menghibur dan memberi semangat.”
“Kita di sini melihat keseriusan dan ketulusan hati Kuwait untuk memberikan keadilan kepada (Joanna Demafelis) dan untuk melindungi kesejahteraan para buruh migran kami di sana,” kata prelatus itu.
Sebuah pengadilan di Kuwait menjatuhkan hukuman gantung – tanpa kehadiran terdakwa – kepada seorang pria asal Libanon dan isterinya yang berasal dari Suriah karena membunuh Demafelis.
Demafelis menghilang pada September 2016. Jenazahnya ditemukan pada 6 Februari tahun ini di dalam sebuah mesin pendingin di sebuah apartemen kosong di Kuwait.
Kedua majikan asisten rumah tangga itu – Nader Essam Assaf dan Mona Hassoun – meninggalkan Kuwait setelah jenazah Demafelis ditemukan. Pencarian terhadap keduanya pun akhirnya dilakukan oleh Interpol.
Pemerintah Filipina menyambut baik hukuman mati tersebut. Namun pemerintah Filipina menegaskan bahwa hukuman itu berdampak kecil terhadap sebuah larangan tentang pengiriman buruh migran Filipina ke negara itu.
Penemuan jenazah Demafelis membuat gerah Presiden Rodrigo Duterte yang memerintahkan larangan itu.
Larangan itu tetap berlaku, kata Wakil Sekretaris Eksekutif Senior Presiden Menardo Guevarra.
Ia mengatakan hukuman tersebut bukan syarat untuk membatalkan larangan itu.
Pencabutan larangan itu tergantung pada sebuah kesepakatan yang tengah dinegosiasikan oleh Filipina dan Kuwait untuk menjamin perlindungan buruh migran Filipina.
Uskup Santos mengatakan para uskup akan mendukung pemerintah jika pemerintah memutuskan untuk mencabut larangan itu.
Ia mengatakan dengan “kolaborasi” kedua negara itu “untuk mempromosikan hak dan martabat” dan dengan menandatangani sebuah kesepakatan “kita akan mendukung pencabutan sebagian dari larangan tentang pengiriman buruh migran Filipina.”
Namun Menteri Tenaga Kerja Silvestre Bello III mengatakan rancangan akhir usulan kesepakatan dan rekomendasi untuk perlindungan buruh migran Filipina telah diserahkan kepada Presiden Duterte untuk dimintai persetujuan.
Ia menambahkan bahwa beberapa pasal yang ada dalam kesepakatan itu antara lain menghentikan penyimpanan paspor buruh migran Filipina oleh majikan asal Kuwait, memperhatikan kontrak kerja, menjamin pembayaran upah minimal 400 dolar AS melalui bank dan tidak ada penyitaan telepon seluler dan alat komunikasi lainnya.
Sebelum ada larangan itu, Kuwait merupakan negara tujuan utama bagi buruh migran Filipina. Sekitar 250.000 warga Filipina bekerja di sana.
Menurut Bank Sentral Filipina, sejak Januari hingga November tahun lalu pengiriman uang dari buruh migran Filipina yang bekerja di Kuwait mencapai 735 juta dolar AS.