Efesus 5: 21-33, Mzr 128 dan Lukas 13: 18-21
Para Pencinta Sabda Tuhan ytk,
Salam jumpa melalui renungan ini. Saya yakin sdr/I sudah membaca dan merenungkan Sabda Tuhan hari ini Injilnya yang penuh makna inspiratif. Saya mengajak kita melalui refleksi ini untuk merenungkan satu pesan penting berikut.
Yesus mengajak kita melalui ajaran-Nya ini untuk memahami dan mengakui bahwa hal-hal besar apapun selalu bermula dari aksi-aksi kecil yang berkualitas. Rasanya tepat Yesus memberikan perumpamaan ini karena kehadiran Yesus, ajaran-Nya yang mengagumkan dan perbuatan-perbuatan ajaib yang dilakukan menciptakan ekspetasi tersendiri dalam diri orang-orang sekitar-Nya pada waktu itu. Mereka mengharapkan Dia menjadi Raja dan Pemimpin hebat ala dunia atas Kerajaan Allah seperti Raja Daud, leluhur-Nya.
Tak heran, banyak orang termasuk para pemimpin Yahudi bahkan para murid-Nya sendiri turut mempertanyakan ke-Mesianis-Nya ketika Yesus mengumumkan penderitaan-Nya karena mereka mau menyaksikan Yesus, Raja yang hebat dll. Alasannya karena mereka salah memahami arti Kerajaan Allah yang dimaksudkan Yesus.
Menyadari adanya gagal paham dan munculnya harapan-harapan spektakuler keliru tentang Kerajaan Allah dan bagaimana mengambil bagian dalam karya Kerajaan Allah, maka Yesus berupaya menyadarkan mereka melalui ajaran tentang sesawi dan ragi. Yesus menggunakan perumpamaan biji sesawi dan ragi, dua hal yang sangat familiar dengan kehidupan sehari-hari masyarakat Yahudi pada saat itu. Keduanya adalah benda dengan wujud yang sangat kecil dan hampir tidak kelihatan namun memiliki perkebangan dan daya efek luar biasa untuk ciptaan atau elemen di sekitarnya.
Artinya Kerajaan Allah bukanlah kerajaan lahiriah, yang besar dan megah secara tiba-tiba seperti yang mereka bayangkan. Kerajaan Allah lebih tertuju pada kualitas hidup baik, benar dan luhur yang mampu menciptakan damai, sukacita, kesejahteraan dan kebahagiaan bersama sebagaimana diupayakan Yesus. Rasul Paulus membahasakan secara baik dalam Roma 14:17: ‘Sebab Kerjaan Allah bukanlah soal makanan dan minuman (baca: hal-hal fisik), tetapi soal kebenaran, damai sejahteraan dan sukacita oleh Roh Kudus’.
Maka sangatlah tepat sesawi dan ragi dipakai Yesus menggambarkan apa arti Kerajaan Allah dan bagaimana mengambil bagian di dalamnya. Sesawi dan Ragi, sekali lagi, merupakan dua elemen kecil secara fisik bahkan hal-hal biasa, tak terlihat yang sering disepelekan (tak terpantau di mata publik), namun memiliki daya dan mutu hidup yang bermanfaat luar biasa bagi banyak pihak.
Pesan ini cukup aktual bagi dunia kita sekarang ini dimana ada kecenderungan tumbuhnya semangat ingin dilihat, diketahui, populer karena peran dan karya-karya yang dilakukan, perumpamaan Yesus ini mengajak kita untuk menampilkan suatu gaya hidup lain yang tetap aktif terlibat dalam karya misi Allah melalui hal-hal kecil sederhana yang kita lakukan dalam keseharian hidup kita, namun punya efek bagi sesama. Dan kalau pun apaun yang kita lakukan diketahui publik, itu bukan tujuan yang kita hendak kejar, namun menjadi sebuah kesaksian inspiratif untuk menggerakkan orang lain untuk turut melakukan hal-hal luhur. Karya baik-benar yang bervisi misi mulia dan luhur serta berkesinambungan akan diberkati Tuhan dan senantiasa berkembang.
Bila kita kaitkan ajaran Yesus ini dengan pertumbuhan Gereja, maka menjadi suatu peneguhan tersendiri bagi kita para pengikut Yesus. Bermula dari hanya 12 orang, namun berkat ketekunan dan kesetiaan menyebarkan kebaikan dan kebenaran sejati Kabar Sukacita Allah yang diajarkan Yesus, maka dari 12 Sesawi dan Ragi ini, Kerajaan Allah bertumbuh melalui Gereja, menyebar ke seluruh dunia dan menjadi tempat banyak orang termasuk kita menemukan damai dan sukacita dalam iman akan Tuhan.
Kiranya perumpamaan Yesus tentang Sesawi dan Ragi ini semakin menginspirasi kita agar semakin menghidupi semangat kemuridan dan kerasulan kita yang terus mengambil bagian karya misi Allah melalui hal-hal kecil, tak terlihat namun memiliki daya pengaruh turut mengembangkan Kerajaan Allah yang penuh berkat dan sukacita bagi sesama.
Marilah mengawali segala aktivitas keseharian dan pelayanan kita dengan memulai dari sesuatu yang kecil dan sederhana termasuk memperhatikan dan menolong mereka yang tidak mampu, papa dan terpinggirkan. Amin.
Oleh Bambang Gunawan (Paroki Yakobus Kelapa Gading)