Tentang Kami

Tentang Kami

Nama yang dipilih untuk sentrum ini adalah “Pusat Spiritualitas Sumur Yakub” yang mempunyai misi khusus yaitu untuk melayani, bukan hanya anggota tarekat-tarekat yang didirikan Santu Arnoldus Janssen saja tetapi untuk semua rohaniwan-rohaniwati dan awam yang perlu menghidupi hidup dan misinya sebagai pengikut-pengikut sejati  Tuhan Yesus Kristus, Jalan, Kebenaran dan Hidup, dalam konteks Indonesia.

Nama sentrum ini diambil dari Kitab Suci Kristen. Dalam Kitab Suci ada ayat-ayat yang menampilkan sumur sebagai suatu tempat penting dimana orang dapat menimba air untuk menyegarkan rasa haus, atau untuk mencuci/membersihkan, ataupun untuk menyuburkan pertumbuhan kehidupan (tanaman, binatang, dan manusia). 

Dalam Kitab Kejadian, misalnya, dikisahkan di sana bahwa ketika Hagar bersama anaknya Ismail mengembara di padang gurun Bersyeba dan kehabisan air, ia membuang anak itu ke semak-semak karena tak tahan menyaksikan tangisan kehausan dan kematian anaknya itu. Ia sendiri menangis (Kej 21:19). Dan pada saat itu Tuhan datang membuka mata Hagar dan membangun kembali kehidupan dan harapan yg telah terpuruk. Hagar melihat sebuah sumur, lalu mengisi kirbatnya penuh dgn air, dan memberi anaknya minum sampai puas. Kitab Kejadian 21:22-30 mengungkapkan betapa pentingnya sebuah sumur sehingga Abraham berani membayar mahal sumur Betsyeba (yang telah dirampas oleh tentara Abimelekh, orang Filistin itu) dgn 7 ekor anak domba untuk memperoleh kembali sumur itu. Sumur adalah tempat dimana binatang-binatang memuaskan dahaganya dengan air dari dalamnya, dan Ishak dan Yakub bertemu dengan pasangan hidup yang sesuai dengan kehendak orangtua (bdk. Kej 24: 11; 29:2). Sumur (kering) menyelamatkan Yusuf dari kematian ketika hendak dibunuh saudara-saudaranya yang pemarah (Kej 37:22) atau Daud dari kejaran Absalon di Bahurim(2 Sam 17:18). Sumur Beer adalah tempat Allah memuaskan bangsa Israel dari kehausannya, dan daripadanya lahirlah sebuah madah pujian (Bil 21:17). Kitab Amsal dan Yesaya mengajak orang untuk minum dari sumurnya sendiri yang membual (Ams 5:15; Yes 36:16). Penginjil Lukas menampilkan Yesus sebagai Tuan yang baik yang menarik kembali anaknya yang terperosok ke dalam sumur pada hari Sabat dengan mengabaikan segala peraturan yang tidak menyelamatkan kehidupan (Luk 14:5).

Yakob adalah anak Ishak dan cucu Abraham, yang melahirkan 12 suku Israel yang kemudian berkembang menjadi suatu bangsa yang besar, sebagai pemenuhan janji Tuhan kepada Abraham. Di tengah-tengah kesulitan hidup yang membuat seseorang bisa saja goyah iman dan harapan, Abraham tua dan Sara isterinya yang mandul, tetap kuat dalam kepercayaan. Dalam usia tua mereka mendapat cuma satu anak sah yakni Ishak (dan anak tidak sah Ismail dari Hagar, pelayan Sara). Ishak cuma mendapat dua anak (Esau dan Yakub). Namun Yakub beranakkan 12 orang dengan ratusan cucu dan ribuan cece dst…

Istilah ‘Sumur Yakob’, ditemukan dalam injil Yohanes 4:6. Dalam perjalanan dari Yudea ke Galilea, Yesus melewati daerah Samaria, yakni kota Sikhar dekat tanah yang diberikan Yakub kepada Yusuf anaknya. Di tanah Yusuf ini ada sebuah sumur yang disebut Sumur Yakub. Yesus amat letih setelah perjalanan jauh. Dan di tengah hari itu (jam 12.00) ia duduk di dekat sumur itu, tentu saja untuk memuaskan dahaganya, ketika murid-muridnya telah pergi ke kota untuk membeli makanan. Yesus yang kehausan bertemu dengan perempuan Samaria yang hendak menimba air dari sumur Yakub, nenek moyangnya. Disini terjadi dialog antara Yesus (orang Yahudi) dan perempuan (Samaria) itu, yang masing-masing berdiri pada visinya masing-masing tentang kehidupan. Berangkat dari visi Kerajaan Allah (persekutuan semua atas dasar kasih) Yesus menuntun perempuan itu kepada ‘air hidup’ yang tidak lain diriNya sendiri. Dan perempuan itu yang pada awalnya memiliki cara pandang yang memisah-misahkan bangsa manusia, secara perlahan dibimbing oleh Roh Yesus kepada visi Kerajaan Allah. Dan perempuan yang telah menemukan visi baru tentang kehidupan, dan telah melihat terang yang dibawa Yesus, pergi mewartakannya kapada orang-orang sekotanya. Banyak orang kota kemudian percaya kepada Yesus sebagai Kepenuhan Hidup berkat perempuan itu.

Ada empat unsur penting yang terungkap dalam perikop tentang perjumpaan yang terjadi di Sumur Yakub itu (Yoh 4:6 ): 

  • Awal pertemuan: Yesus berinisiatif untuk bertemu dengan perempuan Samaria dan meminta air kepadanya; perempuan itu mengungkapkan rintangan-rintangan (yang membuatnya tidak bertemu dan mengalami Allah).
  • Proses transformasi: Yesus meminta air - perempuan menyatakan halangan - Yesus menunjuk halangan yang sebenarnya dan bagaimana mengangkat rintangan ini (berilah aku air itu agar aku tak usah datang lagi kesini – Tepat katamu karena engkau mempunyai lima suami) - perempuan itu menyadari dirinya dan menyadari Siapa (Yesus) yang ada di hadapannya - perjumpaan dengan cinta Allah ( air yang Kuberikan akan menjadi mata air dalam diri yang terus menerus memancar – Tuhan berilah aku air itu ).
  • Buahnya: Pertobatan dan Pembaharuan - Hidup Baru (Tuhan, Engkau seorang nabi – Penyembah yang benar akan menyembah Bapa dalam roh dan Kebenaran).
  • Misi (perempuan itu memanggil orang-orang sekotanya untuk datang bertemu dengan Mesias/Kristus/Allah).

Jadi Sumur itu penting sebagai tempat orang menimba air kehidupan. Dan di Sumur Yakub itu terjadi Proses Pembaharuan – Refundasi – Transformasi diri untuk Misi.

“Pusat Spiritualitas Sumur Yakub” sebagai jawaban atas seruan Gereja berhadapan dengan situasi zaman.

Konsili Vatikan II mengajak seluruh Gereja katolik untuk membaharui diri sehingga lebih siap menghadapi tantangan zaman pada abad ini. Pembaharuan itu harus sesuai dengan semangat Injil supaya Roh Kudus yang menjiwainya menjadikan Gereja itu sebagai sarana pembaharuan dan persatuan dunia. Prinsip-prinsip doktrinal dan prinsip-prinsip umum bagi pembinaan religius tertuang dalam Kostitusi Dogmatik ‘Lumen Gentium’(LG), Perfectae Caritatis (PC), dan Optata Totius (OT). 

LG no. 47 mengatakan bahwa setiap orang yang dipanggil untuk mengikrarkan nasehat-nasehat injil hendaknya sungguh-sungguh berusaha supaya bisa bertahan dan semakin maju dalam panggilan yang diterimanya dari Allah. PC artikel 2 menegaskan bahwa “ penyesuaian serta pembaruan hidup membiara itu mencakup baik usaha yang terus menerus untuk kembali kepada sumber-sumber seluruh kehidupan Kristen maupun kepada semangat lembaga-lembaga itu serta penyesuaiannya kepada keadaan zaman. PC no. 18 menekankan kebutuhan akan pendidikan berkelanjutan dan petunjuk terus menerus dalam hal seni dan ilmu pengetahuan bersma dengan pembentukan berlanjut kaum religius untuk mencapai penyesuaian penuh makna dari kehidupan religius dengan kebutuhan-kebutuhan dewasa ini. Kaum religius perlu seumur hidup dan dengan tekun berusha menyempurnakan kebudayaan rohani, pengetahuan dan kejujuran mereka. Dan untuk para pemimpin hendaknya sefdapat mungkin menciptakan kemungkinan serta mengusahakan bantuan dan waktu bagi mereka. OT no.21 menyatakan bahwa pembentukan berlanjut harus dikejar dan disempurnakan bahkan setelah selesainya tahun studi di seminari-seminari. Dektrit mengingatkan para pemimpin lokal dan Konferensi Wali Gereja setiap bangsa untuk merancang satu sistem untuk pengenalan bertahap klerus muda kepada kehidupan imamat dan kegiatan kerasulan dengan memberikan perhatian kepada aspek-aspek spiritual, intelektual dan pastoral dari panggilan imamat. (bdk. KOMKOM SVD Ende, “ Pembentukan Berlanjut SVD” dalam ’Dialog dengan Sang Sabda’ No.4 – Desember 2004, p. 14).

Pastores Dabo Vobis (PDV) yang dikeluarkan oleh Paus Yohanes Paulus II segera sesudah sinode para uskup tahun 1990 (dipublikasikan tahun 1992) tentang Pembentukan Imamat (khususnya no. 78-81) menyatakan bahwa tujuan daripada pembentukan berlanjut bagi para imam adalah “agar mengobarkan karunia Allah yang ada padamu” (2Tim 1:6). Di dalamnya Paus menegaskan bahwa pembinaan terus menerus justru karena sifatnya ’berkelanjutan’, harus menjadi sebagian dari hidup imam, di setiap tahap dan situasi hidupnya. Pada setiap taraf tanggungjawabnya dalam Gereja ia mengalami pembinaan (no.76). Perkataan Yesus “Mari, ikutilah Aku” (Mat 4:19 par) adalah sebuah undangan tak berakhir. Panggilan diterima dan dijawab pada setiap momen kehidupan seseorang. Dalam perspektif inilah tampil makna pembentukan berkelanjutan. Pembinaan itu perlu untuk mengadakan penegasan tentang panggilan atau kehendak Allah yang terus berlangsung (no.70). Pembentukan berlanjut dalam hal ini adalah proses pertobatan berkelanjutan. Pembentukan berlanjut menurut Paus Yohanes Paulus II dapat membantu seorang imam untuk “berada” dan “bertindak” dalam semangat dan pola Yesus Sang Gembala Baik. Paus bahkan menunjukkan tahap-tahap seorang imam perlu dibantu yakni imam muda, imam usia tengah dan imam-imam lanjut usia serta yang sakit atau lemah fisik dan moral. (ibid. pp. 15-16)

Vita Consecrata (VC), surat apostolik yang dikeluarkan Paus Yohanes Paulus II yang merupakan kumpulan refleksi-refleksi sinode para uskup tentang Hidup Bakti tahun 1994 (diterbitkan tahun 1996), juga mengungkapkan pentingnya pembentukan berlanjut khususnya dalam bab III yang berjudul “Mengarahkan Pandangan ke Masa Depan” (no. 67-71). Pembinaan yang berkelanjutan dilihat sebagai prasyarat intrinsik pentakdiran religius. Karena keterbatasan-keterbatasan manusiawi, tak seorangpun dapat menyatakan bahwa ia telah menghidupkan sepenuhnya “penciptaan baru”. Ia membutuhkan upaya-upaya berkelanjutan. VC menggariskan tahap-tahap yang perlu mendapat perhatian khusus dalam pembinaan berkelanjutan: tahun-tahun pertama keterlibatan penuh dalam kerasulan, tahun-tahun usia tengah, tahap kedewasaan dan usia lanjut.(ibid. p. 17)

“Pedoman-Pedoman Pembinaan dalam Lembaga-Lembaga Religius” yang dikeluarkan tahun 1990 oleh Kongregasi Vatikan untuk Lembaga Hidup Bakti dan Serikat Hidup Kerasulan. Dokumen ini, khususnya pada no. 66-71, antara lain mengutik Kanon 66 yang menyatakan bahwa hidup para biarawan/ti hendaknya dengan tekun mengikuti bina lanjut rohani, ilmiah dan praktis dan para pemimpin hendaknya memikirkan kemudahan dan waktu untuk itu. Motivasi mendasar utama untuk pembinaan berkelanjutan adalah hakikat panggilan Allah itu sendiri, yang dibaharui pada setiap momen kehidupan seseorang dan dalam lingkungan-lingkungan baru. Di samping itu motivasi lain adalah fungsi religius di dalam Gereja, iman Kristen di masa depan dan masa depan dari lembaga-lembaga religius itu sendiri. Fokus utama pembinaan berlanjut haruslah terletak pada spiritualitas. Ia juga harus menyentuh aspek partisipasi yang memperkaya hidup Gereja, pembaharuan yang berkenaan dengan ajaran dan profesi dan karisma yang tepat dari setiap lembaga. Waktu khusus yang diminta perhatiannya dalam pembinaan berlanjut menurut dokumen ini adalah peralihan dari pembentukan dasar ke pengalaman pertama dengan hidup yang lebih mandiri, usia setelah sepuluh tahun dalam kaul kekal, kematangan penuh, momen-momen krisis yang dipicu oleh faktor-faktor eksternal seperti kegagalan, merasa terasing dan faktor-faktor pribadi seperti penyakit, godaan-godaan berat, dan masa pensiun. (cfr. Ibid. p. 18).

“Bertolak segar dalam Kristus: Komitmen Hidup Bakti yang dibaharui di Milenium Ketiga”, yang diterbitkan oleh Kongregasi Vatikan untuk Lembaga Hidup Bakti dan Serikat Hidup Kerasulan, tahun 2002, mengajak semua kepada pembaharuan dengan munculnya milenium baru. Menghadapi milenium baru ini Paus Yohanes Paulus II (dalam Surat Aportolik Novo Millenio Ineunte) mengajak semua kaum beriman (khususnya kaum religius) untuk “bertolak ke tempat yang dalam”(Luk 5:4). Semua religius dibentuk dalam kebebasan belajar sepanjang hidup, dalam tiap usia dan musim, dalam seluruh lingkungan dan konteks manusiawi, dari tiap pribadi dan tiap budaya, terbuka untuk diajar oleh percik kebenaran dan keindahan apapun yang ada di sekitar mereka ( no.15). (bdk. Ibid. p.19).

Konstitusi SVD art. 508 menyatakan bahwa hidup kita harus dibentuk sesuai dengan iman kita oleh senantiasa mendengarkan suara Roh Kudus, yang berbicara kepada kita dalam Kitab Suci, dalam kehidupan komunitas dan kehidupan Gereja, juga di dalam peristiwa-peristiwa zaman kita. Hendaknya kita menjawabnya dalam doa dan tindakan kita. Sedangkan artikel 520 mencatat bahwa perubahan-perubahan dalam dunia dan dalam Gereja di bidang ilmu-ilmu pengetahuan dan teologi, maupun perkembangan dalam tiap tahap kehidupan seseorang, menuntut dari tiap sama saudara dan tiap komunitas supaya belajar terus menerus, mengembabgkan bidang karyanya serta mengusahakan pendewasaan seumur hidup. 

Sejak Kapitel Jenderal SVD ke-XIII hingga kini, terus menerus ditegaskan pentingnya pembentukan berlanjut itu. Pembentukan berkelanjutan itu dimaksudkan agar hidup dan karya missioner yang diemban lebih berdaya dan lebih tanggap zaman, sesuai dengan kehendak Allah di bawah bimbingan Roh Kudus.

Kapitel Jenderal SSpS ke-XI tahun 1996 mengambil tema “Dipanggil Untuk Mensharekan Hidup dan Misi” untuk melanjutkan arah yang telah dimulai oleh Kapitel Jenderal ke-X tahun 1990, meningkatkan jawaban profetis kita terhadap tantangan-tantangan dari dunia kita yang berubah. Dalam kapitel ini dihasilkan prioritas-prioritas berkaitan dengan Spiritualitas, Komunitas dan Misi dimana ditekankan pentingnya pendalaman Spiritualitas Trinitaris, memupuk relasi antar pribadi yang member hidup dan melaksanakan pengertian tentang misi jaman ini.

Pusat Spiritualitas ini akan menyiapkan dan menyelenggarakan pelbagai kegiatan yang berguna bagi hidup dan misi gereja di Indonesia. Mengingat betapa kayanya Gereja Indonesia dari segi sumber daya manusia maka penting sekali kerjasama antar tarekat dan awam, untuk menyelenggarakan pelbagai program sesuai dengan kebutuhan hidup dan misi Gereja. Meskipun pembinaan itu dapat dilaksanakan oleh masing-masing tarekat, namun perjumpaan antar anggota tarekat dengan sharing dan tukar-menukar pengalaman tentu akan sangat memperkaya dan meneguhkan panggilan dan hidup rohani missioner dari orang-orang yang mengikuti kegiatan dari Pusat ini.

KONTEKS INDONESIA

Umat Katolik di Indonesia merupakam minoritas di tengah mayoritas Islam. Kaum religius maupun awam katolik menghayati hidup dan menjalankan misi dalam konteks pluralitas agama, budaya dan suku yang disatukan dalam Pancasila lewat semboyan Bhineka Tunggal Ika. Di tengah pluralitas seperti inilah kaum religius dan juga awam menghayati spiritualitas, komunitas dan misinya. Untuk itu dibutuhkan pembaharuan, peningkatan dan pertobatan terus-menerus. 

Kegiatan Terbaru

...sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa (Yohan...

25 October 2023
...sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa (Yohanes 15:5)

Bagaimana menyelaraskan nilai-nilai iman sejati dengan kecanggihan art...

PERAN SABDA DALAM GEREJA MISIONER

19 October 2022
PERAN SABDA DALAM GEREJA MISIONER

Pada hari Sabtu, 15 Oktober 2022 yang lalu, Komunitas Verbum Domini (K...

BILBE ZOOM IV PUSPITA SUMUR YAKUB BERSAMA KARDINAL SUHARYO

18 October 2022
BILBE ZOOM IV PUSPITA SUMUR YAKUB BERSAMA KARDINAL SUHARYO

Bible Zoom-Youtube Live-Streaming diadakan lagi oleh Tim Pengurus Pusa...

BILBE ZOOM III PUSPITA SUMUR YAKUB BERSAMA MGR. DR. SILVESTE...

16 October 2022
BILBE ZOOM III PUSPITA SUMUR YAKUB BERSAMA MGR. DR. SILVESTER SAN

Tim Pengurus Pusat Spiritualitas (Puspita) Sumur Yakub SVD-SSpS Indone...

BILBE ZOOM II PUSPITA SUMUR YAKUB BERSAMA P. LUKAS JUA, SVD

14 October 2022
BILBE ZOOM II PUSPITA SUMUR YAKUB BERSAMA P. LUKAS JUA, SVD

Tim Pengurus Pusat Spiritualitas (Puspita) Sumur Yakub SVD-SSpS Indone...

Tentang Kami

Nama yang dipilih untuk sentrum ini adalah “Pusat Spiritualitas Sumur Yakub” yang mempunyai misi khusus yaitu untuk melayani, bukan hanya anggota tarekat-tarekat yang didirikan Santu Arnoldus Janssen saja tetapi untuk semua... selebihnya

Berita Terbaru

©2024 Sumur Yakub - Pusat Spiritualitas. All Rights Reserved.

Search